Penghargaan suami untuk istri
Fiksi Sunday, August 1st, 2010 371 views Print Artikel IniPagi ini kau telah terbangun lebih awal dariku. Dan ketika aku terbangun secangkir kopi dan sepotong roti telah tersedia dimeja. Aku seduh dengan penuh semangat, rasanya makin enak saja, siapa dulu yang buat..pujiku. Apakah makna dari semua ini, ahh aku merasa tersanjung untuk berada disampingmu.. Aku merasa Allah telah menganugerahkan hadiah yang paling indah untuk hidupku. tak terasa dapur rumah kita semakin pekat hitam, itu bekas-bekas pengabdianmu untuk selalu membuatku merasakan masakanmu. Nasi liwet dan sayur tahu bacam itu kesukaanku, kau tak pernah lupa itu bila aku telah pulang dari bepergian jauh. Di bawah kelopak matamu aku lihat guritan kulitmu yang berkerut makin banyak, ah aku tak tega melihatmu. Kau selalu tegar mendengar apa yang menjadi keluhanku dan kaupun selalu saja tersenyum saat aku berangkat kerja, memang terkadang kau mengeluh, tapi tetap tegar menjalani hidup ini yang penuh liku. Setelah aku berangkat bekerja, kau selalu memberikanku keyakinan bahwa aku akan segera kembali,itu tergambar dari raut wajahmu..
Hemm..apa yang bisa aku kulakukan untuk membalas semua kebaikanmu…
Aku hanya terus berusaha untuk selalu mencintaimu,menjagamu dan terus bersamamu…
Namun aku terus berusaha menjadi yang terbaik, walaupun dengan rumah sederhana ukuran 7 x 3 tapi itu tak membuatmu merasa sempit. Maafkan ya..jika aku sering pulang malam, tak tahu apa yang telah engkau berikan yang terbaik untuk keluarga ini.. Maafkan ya..jika kadang rasa kantuk membuatku malas terbangun sementara kau sibuk memberikan popok dan memberi susu pada bidadari kecil kita..
Terima kasih ya untuk apa yang telah kita jalani bersama…mari kita teruskan langkah ini membuat rumah ini semakin ceria..membuat tetangga kita semakin tersenyum dengan keberadaan kita…sekedar puisi untukmu
Ketika waktu telah terhanyut dengan keheningan…
Ketika kasih kita kita terhanyut dalam untain waktu…
Ketulusan dan keihkalasan yang akan terus menghiasi kita…
Kamu..sosok hebat yang aku kenal…
00′ tengah malam diujung do’a
Print Artikel Ini