Home » Laporan Warga » Kisah Mudik 2010 (2): Terhalang Banjir dan Derita Macet Sepanjang Malam

Kisah Mudik 2010 (2): Terhalang Banjir dan Derita Macet Sepanjang Malam

Dari Garut, kendaraan kami melaju kencang menyusuri pebukitan yang teduh namun minim penerangan lampu jalan. Pak Heru mengendarai kendaraannya dengan hati-hati. Dibelakang, Alya terbatuk-batuk tak bisa tidur. Rupanya radang tenggorokannya sejak kemarin belum sembuh juga. Mungkin karena udara dingin menyebabkan alergi batuknya kambuh. Di Singaparna, kami mampir sejenak di apotik Kimia Farma membeli obat batuk untuk Alya.

Setelah minum obat, Alya tertidur pulas. Rizky memilih untuk tidur di pangkuan saya, di kursi depan samping Pak Heru. Jalanan yang meliak-liuk tak urung membuat saya mengantuk. Sudah pukul 20.30 malam saat itu. Saya pamit mau tidur sebentar ke Pak Heru yang masih terus waspada mengemudikan mobil.

Saya terbangun ketika malam mendekati pucuknya. Kami lantas singgah sejenak di Rest Area SPBU Jatilawang Wangon yang luas. Di tempat parkir kendaraan terlihat begitu padat, kami agak susah mencari tempat parkir.

Kami lalu turun dan masuk ke area restoran untuk minum teh hangat. Saya dan istri menuju ke Mushalla SPBU Jatilawang untuk menunaikan sholat Isya.

Kami terkejut, lantai Mushalla sudah penuh orang yang tidur tergeletak. Nampaknya mereka kebanyakan adalah pemudik sepeda motor yang letih dan ingin beristirahat. Dengan susah payah, sambil “nyempil-nyempil” kami berhasil menunaikan sholat Isya.

Setelah minum teh, kami melanjutkan perjalanan. Yogya masih 160 km lagi. Kalau dihitung-hitung sih, bisa ditempuh -bila kondisi normal hanya 3-4 jam saja. Saya agak tenang, sebentar lagi kami akan sampai. Tapi lagi-lagi dugaan saya meleset. Hanya sekitar 2 km dari tempat kami beristirahat tadi, mobil kami terjebak macet sangat panjang. Ternyata didepan kami ada banjir sedalam kurang lebih satu meter di daerah Sumpiuh. Lagi-lagi saya menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal dan Pak Heru menggaruk-garuk jenggotnya.

“Aduuh…bagaimana ini ya?” saya mengeluh tak sabar. Pak Heru angkat bahu. Sama bingungnya.

“Kita coba jalan memutar bagaimana pak? Tapi agak jauh,” kata Pak Heru menyodorkan alternatif.

“Yuk, kita memutar saja, walaupun jauh, apa boleh buat,” saya memutuskan.

Mobil kami akhirnya memutar arah dan melewati jalan memutar yang saya tak tahu kemana. Menurut pak Heru sih arah ke Wonosobo, tapi nanti tetap akan turun dan ketemu di titik pangkal banjir di Sumpiuh tadi.

Jalan alternatif memutar yang kami tempuh lumayan lancar. Beberapa kendaraan mengikuti dibelakang kami. Alhasil, sekitar 2 jam kemudian (karena sempat nyasar, pak Heru lupa jalannya), kami tiba di titik pangkal kemacetan tadi. Syukurlah, banjir sudah surut. Meskipun begitu, tetap saja, kami terjebak macet panjang (walau tak terlalu parah seperti sebelumnya). Setidaknya kami “parkir gratis” dijalan karena macet sekitar 2 jam.

“Sepertinya, kita bakal tiba di Yogya besok pagi deh Mas kalau begini situasinya,” kata Pak Heru seraya tersenyum kecut.

“Ya, beginilah resikonya, pak. Kita hadapi dan nikmati saja,” seperti biasa istri saya menimpali dari belakang dengan nada bijak.

Saya menggigit bibir. Handphone yang saya pegang sudah “tewas” kehabisan daya baterai sejak tadi. Saya tak bisa update status dan mengecek status teman-teman @pulkam lainnya di Twitter.

Dan, begitulah, dengan susah payah, kami akhirnya masuk di perbatasan Yogya sekitar pukul 08.00 WIB. Kami memutuskan untuk tidak berpuasa hari itu, karena badan begitu letih digeber macet panjang dan perjalanan yang sangat melelahkan. Kami mampir sejenak untuk sarapan di Restoran Ambar Ketawang, kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah mertua saya di Kuncen, Tegaltirto, Kecamatan Berbah Sleman.

Pukul 09.00 pagi, tanggal 9 September 2010, kami akhirnya tiba di tempat tujuan. Rasa letih langsung hilang menyaksikan sambutan hangat ayah dan ibu mertua serta adik ipar saya, Ahmad di beranda rumah.

Bersambung…

Print Artikel Ini Print Artikel Ini
Posted by amriltg on Sep 16 2010. Filed under Laporan Warga. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

8 Comments for “Kisah Mudik 2010 (2): Terhalang Banjir dan Derita Macet Sepanjang Malam”

  1. macet memang menjadi peristiwa yg akan kita alami pada saat mudik.
    jangan lupa mengunjungi tempat favorit selama mudik mas, hehhehhee

    Apa itu? Musholla dan toilet.

    salam
    Omjay

    [Reply]

    amriltg Reply:

    @wijaya kusumah, Tepat sekali Om, itu adalah tempat favorit selama mudik :) )

    [Reply]

  2. Alhamdullilah saya tidak terjebak macet selama perjalanan, jadi agak nyaman sedikit.

    Catatan mudik saya ada disini http://arishu.blogspot.com/2010/09/uang-semir-usai-sholat.html

    [Reply]

    amriltg Reply:

    @Aris Heru Utomo, wah..syukurlah Mas, tidak harus mengalami derita seperti saya

    [Reply]

  3. Itulah indahnya mudik… selalu ada moment yang tidak terlupakan, baik susah ataupun senang selalu menjadi kenangan indah…

    [Reply]

    amriltg Reply:

    @sabar, betul Mas, inilah romantikanya mudik yg mau tidak mau, suka tidak suka, mesti kita alami :) . Yang penting kita selalu memetik hikmah terbaik dari sana

    [Reply]

  4. macet..itulah seninya mudik.

    [Reply]

  5. sedih juga nih…tahun ini ndak bisa mudik….
    salam buat keluarga di kampoeng halaman…

    [Reply]

Leave a Reply

Amprokan Blogger | Temu Blogger Nusantara


Amprokan Blogger

Sponsor

images-1

---

Member Be-Blog

Sudahkah Anda menjadi bagian dari Be-Blog?

Siapa saja yang sudah terdaftar?

Login

Login Anggota
Lost Password?

Shoutbox


Loading

WP Shoutbox
Name
Website
Message
Smile
:mrgreen::neutral::twisted::arrow::shock::smile::???::cool::evil::grin::idea::oops::razz::roll::wink::cry::eek::lol::mad::sad:8-)8-O:-(:-):-?:-D:-P:-o:-x:-|;-)8)8O:(:):?:D:P:o:x:|;):!::?:



Gabung di Milis Blogger Bekasi

Powered by Yahoo Groups

© 2010 Komunitas Blogger Bekasi. All Rights Reserved. Log in

Switch to our mobile site

- Designed by Gabfire Themes