Ketika Ide Menulis Macet
Artikel Sunday, May 1st, 2011 76 views Print Artikel IniSetiap blogger pasti mengalami kemacetan dalam menulis. Cara yang paling efektif ketika ide menulis macet adalah banyak membaca dan segera menulis apa yang telah dibacanya. Dengan begitu, otak diajak berolah raga untuk mengulang kembali apa yang dibaca. Hal itu sering saya lakukan, dan termasuk juga pagi ini setelah membaca kompas Minggu, 1 Mei 2010.
Saya membaca kompas anak. Di halaman 29 itu ada seorang anak yang mengirimkan pengalamannya berjualan kue donat. Dia tak menyangka, hasil tabungannya dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan ide bisnisnya berjualan donat. Awalnya, ide itu terlahir dari melihat kemampuan ekonomi orang tuanya. Ayahnya tukang tambal ban, dan ibunya seorang guru yang bergaji kecil. Penghasilan mereka belum cukup untuk membiayai 2 orang anak. Saya pun terharu, karena kedua anaknya itu adalah anak yang kreatif. Mereka tak menjadi anak manja. Hasil tabungan lebaran mereka yang sebesar Rp. 100.000,- itu mereka pergunakan untuk modal dagang berjualan kue donat.
Ibu mereka membuat kue donat, dan ayah mereka membantunya dengan perasaan bahagia. Keluarga itupun akhirnya berjualan donat, dan terus meningkat penghasilannya karena donat yang dijual sangat enak rasanya. Perekonomian merekapun akhirnya terbantu, dan mereka berbahagia dengan berjualan donat.
Kisah lain saya baca di kompas minggu hal 18. Seorang sarjana S2 kesulitan mencari kerja. Umurnya telah 40 tahun lebih, dan rasanya sulit bagi umur setua itu untuk mencari pekerjaan. Padahal sudah banyak uang orang tuanya dipakai untuk membiayai kuliah anaknya itu sampai selesai kuliah di pascasarjana. Singkat cerita, akhirnya si anak sadar bahwa ijazah S2nya tak akan membantunya kalau dia tak berwirausaha. Maka dibukanyalah rumah kost putri untuk menambah biaya hidup mereka. Dari berwirausaha kecil-kecilan itulah jiwa wirausahanya tumbuh dan mulai berani mengambil keputusan untuk berwirausaha.
Saya mengambil pelajaran dari 2 kisah di atas. Satu kisah dialami oleh anak smp, dan satu kisah lagi dialami oleh lulusan S2. Bedanya adalah anak smp cepat mengambil peluang dengan mengumpulkan uang lalu segera berjualan donat. Sedangkan lulusan S2 terlalu banyak berpikir dan membaca buku-buku wirausaha
Dari 2 kisah di atas, ide menulis yang tadinya macet menjadi lancar karena mendapatkan ide dari membaca. Jadi orang yang lahap membaca tak akan pernah kehabisan ide untuk menulis. Ada saja ide segar yang mengalir begitu saja.
Ketika ide menulis macet segeralah mencari informasi dengan banyak membaca atau bersilahturim. Dari silahturahim itu kamu bisa menceritakan perjalanan kamu hari ini. Banyak berjalan akan semakin banyak dilihat.
Akhirnya 2 tulisan di kompas cetak hari ini telah melancarkan ide menulis saya yang semula macet. Sekolah tinggi dan wirausaha telah memberi pembelajaran penting bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sebaliknya bila kita mau berusaha dengan jualan donat akan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Meskipun ide itu terlahir dari seorang siswa kelas viii smp (MTS) di Ponorogo.
Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Menulislah Setiap Hari dan buktikan apa yang terjadi salam blogger persahabatan Omjay Print Artikel Ini
benar sekali om Jay, kalau menurut saya intinya ya membaca, baik itu membaca tulisan, membaca peristiwa, membaca sebuah objek, bahkan membaca situasi pun bisa dijadikan satu tulisan
Salam
[Reply]
Inspiratif om Jay, tapi kegiatan menulis pada ujungnya kembali kepada komitmen kita untuk menuangkan ide, pandangan dan pemikiran dalam bentuk tulisan. Untuk itu, melengkapi tulisan om jay ini, silahkan baca “Blogger, Terlahir atau Dilahirkan?”
http://bloggerbekasi.com/2011/05/03/blogger-terlahir-atau-dilahirkan.html
[Reply]