Sosok blogger satu ini mungkin tak asing bagi kita semua. Luigi Pralangga yang kini bertugas sebagai Procurement Officer, United Nations Assistance Mission for Iraq (UNAMI), Iraq sejak Agustus 2010, merupakan salah satu blogger yang cukup populer di Indonesia dengan sajian tulisannya yang renyah, lucu dan bersahaja tentang pengalaman-pengalaman penugasannya di luar negeri sebagai salah satu bagian dari jajaran“Indonesian Peacekeepers” di United Nations melalui blognya. Kemampuan handalnya mengolah kata-kata membuat blog alumni Teknik Sipil ISTN ini menuai banyak kunjungan dan komentar dari banyak pembaca. Tak heran bila bulan Februari 2010 silam, Luigi pernah diundang dalam acara talkshow populer di Metro TV “Kick Andy” pada episode “Kasih untuk Dunia”.
Saat ini bertugas di Kuwait dan sudah memboyong istri tercinta bersama ketiga buah hatinya kesana, Pria kelahiran Jakarta 29 April 1974 baru saja meluncurkan buku perdananya berjudul “Ondel-Ondel Nekat Keliling Dunia” yang diangkat dari blognya. Disela-sela kesibukannya Kang Luigi, berkesempatan menjawab sejumlah pertanyaan saya via email. Berikut petikannya:
Bisa Kang Luigi menceritakan bagaimana pertama kali ngeblog dan siapa gerangan yg jadi “inspirator”-nya?.
Trend blogging ditanah air memang sudah dimulai pada awal 2003-an, namun cukup lama saya mulai mengadopsinya lantaran kurangnya wawasan teknis perihal web-authoring yang saya fahami waktu itu, dan melalui ‘Friendster’ dan jejaring kerabat yang saya fahami mulai menuliskan ‘daily life stories’ dan menggunakan beberapa platform blogging yang marak ditawarkan oleh Blogger, WordPress, LiveJournal dan lain sebagainya. Diantara sederet platform itu dan setelah melalui beberapa konsultasi dengan Adhitya Mulya dan Ninit Yunita, pasangan penulis yang juga saat itu mulai bertugas di Cote D’Ivoire (Republik Pantai Gading), dan saya waktu itu dalam persiapan bertugas ke Liberia (Negara tetangga Cote D’Ivoire), maka bulatlah tekad saya untuk menjadikan blog dan ngeblog sebagai salah satu medium komunikasi di dunia maya ini.
Dalam banyak kesempatan, keduanya sangat responsive dalam memberikan ‘pemberdayaan’ kepada komunitas penulis amatir yang dengan antusias mendukung dari sisi advokasi dan dukungan moral dalam sosialisasinya pad beberapa milis. Adhitya Mulya, dengan gaya penulisan santainya dan terkenal sekali dengan ciri penyampaian straight forward (ceplas-ceplos) memberikan sebuah sinyalemen kepastian bahwa karakter apa adanya bisa bebas dicurahkan dalam ruang blog, dan karakter seperti itu memang pas dengan gaya penulisan blog saya, sebuah contoh nyata dan tulisan pada blog-nya mendapat response pembaca yang beragam dan mendalam. Itulah yang membuat saya juga yakin bahwa prinsip ‘be yourself’ in blogging helps you create your own-unique online identity as well as readership-base..
Apa pengalaman menarik dan mengesankan yang Kang Luigi dapatkan selama ngeblog ?.
Menulis Blog, atau Blogging dan kini dikenal dengan istilah beken” “Ngeblog” bisa diibaratkan seperti perpaduan seorang pemimpin redaksi sebuah media majalah, juragan sebuah warung sayur, montir kendaraan, duta besar, perawat atau dokter dan juru kampanye” - nah kesemua fungsi tadi bercampur menjadi satu pada layaknya pencitraan seorang blogger. Semua tinggal dikembalikan kepada ‘visi dan misi’ si blogger yang bersangkutan. Nah, berawal dari situ, tulisan pada blog yang awalnya diniati sebagai ‘experience sharing’ kemudian berkembang meluas menjadi ‘knowledge sharing’.
Situasi diatas tadi memberikan banyak kesempatan dan pengalaman interaksi lintas sektoral yang luas dan mendalam. Interaksi disini adalah komunikasi baik melalui medium on-line communications baik via email, dan blog comments, blog-commenting pada sederet kategori group bloggers, dan komunitas online seperti mailing list (Yahoogroups, Googlegroups) dan terus sampai masuk pada jejaring media sosial.
Interaksi lintas sektoral itu mulai menjadi intensif seiring dengan mendalamnya tulisan (Blog posting) yang mengedepankan ‘readers benefit’ yaitu manfaat bagi pembaca, perihal apa yang penting untuk diketahui oleh bloggers dan pembaca blog, maka itulah yang saya kemudian mulai sajikan dengan dikemas secara santai dengan berbagai pengalaman unik dan menarik, serta konyol sebagai bagian dari strategi komunikasi berbasis human-interest dan personal.
Nah, mulai dari situlah berbagai pengalaman unik mulai bermunculan, dimana acapkali saya diminta menjadi ‘career coach’ bagi mereka (pembaca blog) yang mulai serius menjadikan pilihan karirnya berkecimpung pada bidang humanitarian professionals, adalagi beberapa kalangan mahasiswa dengan studi political science dan studi perdamaian yang memintakan pendapat, ulasan dan mentoring dalam upayanya menyusun bahan skripsi dengan dukungan data dari sederet referensi yang bisa diakses melaui online library pada situs web publikasi PBB serta dukungan informasi serupa dimana sebagai staff PBB, yang pernah bertugas di New York cukup faham akan dimana mencari dokumen ini dan itu atau kepada kantor bagian apa di markas besar dan siapa di mission mana atau website misi PBB apa yang bisa menjadikan referensi paten guna mendukung perampungan si skripsi mahasiswa tadi. Satu hal yang saya pikir cukup unik adalah ramai-nya pertanyaan dari pembaca blog yang notabene suami, kakak, atau adiknya dan kerabat familinya akan ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja pada daerah konflik dan pada benua afrika yang berkisar tentang perihal keamanan setempat, perilaku sosial, informasi ‘lokalisasi’, hubungan asmara jarak jauh’, Pengalaman ditipu oleh online scam khas Nigeria, bahaya HIV/AIDS dan bagaimana praktek sihir setempat dan sebagainya sampai kepada informasi perihal minta dicarikan ‘obat kuat’ khas negara afrika setempat. Aneh-aneh, bukan?.
Perihal yang mengesankan adalah sebuah kemampuan untuk memberikan pemberdayaan melalui information sharing kepada komunitas dalam skala lebih besar, yaitu pada kesempatan yang diberikan oleh beberapa media cetak dan elektronik tentang aspek ‘kesempatan & tantangan karir pada penugasan pasca-konflik & peranan anak bangsa pada operasi pemulihan perdamaian PBB” serta beberapa kesempatan kopi-darat, bertatap muka dengan pembaca setia blog, komunitas pemerhati peacekeeping dan berbagi secara langsung sekaligus menjalin silaturahim secara aktif. Kesemuanya itu memberikan pengalaman yang luar biasa akan upaya membangun komunitas dan kekerabatan yang kuat dan menjadikan knowledge sharing & empowerment cukup efektif.. dan memberikan kesempatan pada generasi muda akan pemahaman yang lebih baik akan bagaimana mereka bisa ‘well-informed’ dan merencanakan masa depan-nya dalam memilih bidang pilihan karir, terutama pada pilihan karir pada forum multi-lateral seperti PBB dan peacekeeping operations PBB.
Kang Luigi membuat blog pribadi pralangga.blogspot.com dan juga menggagas hadirnya pralangga.org yg mengundang beberapa kontributor artikel, apa perbedaan yang mendasar antara kedua blog ini dan apa yang ingin Kang Luigi capai dengan membuatnya dalam dua blog ?.
Keduanya hanya dibedakan pada segmentasi topik tulisan saja. Blog pribadi, memang diniati sedari tahap awal hanya untuk memberikan khabar kepada sanak famili dan kerabat bahwa anak, keponakan, sepupunya yang satu ini sehat walafiat selama bertugas di daerah konflik sembari bercerita sedikit tentang keseharian selama bertugas. Seiring dengan meluasnya response dari pembaca blog dan mereka pada jejaring relasi, dan pertimbangan bahwa “PBB dan Misi operasi peacekeeping PBB” tidaklah hanya melibatkan personil berseragam/bersenjata saja, melainkan seluruh elemen profesi dan kompetensi, maka bersama dengan rekan perwira penerangan Kontingen Garuda pada misi UNIFIL di Lebanon itulah kemudian digagas situs web bersama ‘Indonesian Peacekeepers” pada alamat http://pralangga.org dan tidaklama setelah itu juga dibuatkan Group Komunitas Indonesian Peacekeepers pada Facebook: https://www.facebook.com/groups/5057875788/ sebagai wadah forum komunikasi informal dan ajang kekerabatan dimana peacekeepers, baik itu mereka dari kalangan TNI, Polri, dan staff sipil PBB serta International NGO dan sanak-famili mereka, serta pemerhati peacekeepers bisa terakomdasi kebutuhan informasi dan lintas komunikasi aktifnya yang selama ini belum tersambungkan secara integral. Saat ini komunitas pada facebook group tersebut sudah mencapai 6,948 Members dan terus bertambah.
Dalam upaya memperluas ragam informasi tulisan, kita selalu mengundang setiap perwira penerangan dari tiap Kontingen Garuda baik dari TNI, dan Polri untuk ikut aktif berbagi informasi melalui siaran pers-nya, serta tulisan/artikel lepas yang mengangkat issue human interest dari sudut pandang pribadi sebagai prajurit garuda Indonesia pada penugasan misi perdamaian dibawah naungan PBB.
Pada awalnya, situs Indonesian Peacekeepers (IP) didukung oleh wed designer kondang, Viking Karwur dan Thomas Arie Setiawan serta Kusaeni, dengan koresponden awal yaitu perwira penerangan dari Satuan Tugas Kontingen Garuda XXIII-A, Letkol. Muhammad Irawadi. Sejak itu, seiring dengan meluasnya readership dan sosialisasi keberadaan situs IP, rekomendasi dan undangan menjadi koresponden situs meluas terutama dari rekans Kontingen Garuda serta staff PBB asal Indonesia yang mulai banyak bergabung dengan misi operasi PBB.
Selain itu kita juga mengundang rekans yang bertugas pada LSM Internasional, serta humanitarian profesional lainnya yang kesemuanya melengkapi ragam dan warna tulisan yang menyuguhkan gambaran selengkap mungkin akan wacana “Inilah tantangan dan kesempatan bertugas untuk perdamaian dan kemanusiaan” dan mengedepankan kefahaman bahwa ‘perdamaian dan nurani kemanusiaan’ dalam diri masing-masing individu harus terus dijaga dan ditumbuh-kembangkan kepada sesama dan kedalam generasi penerus, serta upaya mengedepankan pengertian bahwa menjadi PBB, Operasi Pemulihan Perdamaian PBB, dan menjadi sosok peacekeepers dan humanitarian professional adalah bukan monopoli orang barat dan/atau rekans yang berseragam/bersenjata saja.
Bisa diceritakan awalnya Kang Luigi akhirnya bisa meniti karir dan penugasan luar negeri di UN seperti saat ini?.
Semuanya berawal dari impian. Tidak pernah ada rencana yang sudah dipatok oleh saya waktu itu akan berkarir di PBB, dan hidup bekerja di Amerika Serikat yang akhirnya mendaratkan saya pada kesempatan karir di markas besar PBB di New York. Kota New York sebenernya bukanlah impian terbesar, masih ada yang lebih besar lagi: Kanada. Ya, sejak lepas SMA dan usai menjalani program pertukaran pelajar di Jepang, say abanyak mempelajari dari interaksi dengan para perwakilan pelajar Kanada itu dan sejak itulah saya menjadi ingin sekali pergi ke sana. Entah kenapa. Namun, berhubung belum kesampaian, New York, Amerika, nggak masalah, deh. Itung-itung “mendekatkan diri” secara geografis menuju Kanada. Sebuah program musim panas mendaratkan saya ke New York pada tahun 2000, dan usai program itu, saya diminta mendukung kegiatan pada kantor Penasehat Militer pada Perutusan Tetap RI (PTRI - New York) menjelang pelaksanaan sidang akbar majelis PBB (UN General Assembly) yang menghadirkan para kepala negara anggota PBB itu, hingga akhirnya berujung pada tawaran kerja secara tetap yang dengan sigap saya terima. Setahun berlalu, dan semenjak itulah saya banyak berkecimpung dalam urusan dukungan administrati kantor yang mengurus perihal pengiriman baik wakil pengamat militer (Military Observer) dan kontingen Garuda Indonesia pada misi peacekeeping PBB. Hal inilah yang kemudian menjadikan minat untuk mengetahui lebih baik, perihal substantif peacekeeping PBB (pemeliharaan perdamaian) dan peranan Indonesia disana, termasuk relasi dan jejaring yang kemudian terbangun dengan rekans yang bekerja di Markas Besar. Pada pertengahan tahun 2001, secara resmi saya bergabung pada kantor divisi pengadaan/pembelanjaan & kontrak PBB, dikenal sebagai United Nations Procurement Division (UNPD) yang sibuknya bukan main dalam urusan dukungan pembelanjaan dan logistik kebutuhan barang dan jasa tidak hanya untuk lingkup operasional PBB di Markas Besar New York, namun juga misi pemulihan perdamaian di berbagai daerah konflik.
Tidak sedikit kolega sekantor yang datang dan pergi dari penugasan misi yang bertugas sebagai pejabat pengadaan, itulah yang kemudian membuahkan kesempatan untuk terjun ke lapangan langsung, mengingat sejak akhir tahun 2002, saya mulai menangani pembelanjaan dan urusan logistik misi pemeriksaan senjata PBB ke Iraq. Mendarat di Baghdad, Irak kisaran February 2003 membuat mata ini terbuka luas akan apa yang selama ini saya kerjakan dibelakang meja komputer dengan setumpuk berkas tender dan koordinasi telepon dengan supplier dan kolega dilapangan, sejak itu gambaran dua dunia (headquarters & field missions) menyatu dalam benak ini akan bagaimana pesat dinamika dan sisi ekspose multi-dimensional serta peranan signifikan elemen pembelanjaan dan Supply Chain Management (SCM) bagi operasional misi PBB. Penugasan pertama ke Irak dibawah UNMOVIC merupakan wahana luncur saya untuk kemudian meniti dan melaksanakan manuver karir dibidang peacekeeping ini, hingga berbalas dengan permintaan tugas ke Liberia dibawah UNMIL selama 6,5 tahun dan kini di Kuwait dibawah naungan misi politik PBB untuk Irak (UNAMI).
Setelah sharing pengalaman di blog tentang pengalaman selama menjalankan tugas sebagai Procurement Staf UN di berbagai negara, apa saja manfaat yang Kang Luigi sudah peroleh dan kendala apa yang pernah dialami?.
Manfaat yang pertama adalah pemberdayaan kapabilitas, sebuah proses pembelajaran dan pembangunan kompetensi profesional dibidang Supply chain management pada sebuah organisasi besar/internasional dengan wilayah operasional global dimana lingkungan kolega yang sangat beragam dari kewarganegaraan, kultur dan latarbelakang. Tentunya sebuah adaptasi dan penggemblengan tersendiri dalam upaya mencapai hingga saat ini. Dari sisi SCM, tentunya banyak memahami pentingnya dukungan integral guna memastikan kelancara operasional, ditambah lagi kemampuan memimpin serta kerja team yang terpadu dimana membawahi kolega yang sangat beragam dari sisi latarbelakang kultur, kebangsaan, tabiat/karakter dan nilai kearifan/kepekaan atas norma lokal yang serta-merta harus masuk dalam elemen kepemimpinan tadi. Dengan ekspose terhadap berbagai situasi sulit dan darurat, kapabilitas dan keandalan kompetensi psikis individu juga teruji, dimana bekerja didaerah konflik, pasca-konflik, pasca-bencana dan lain sebagainya adalah sama sekali bukan “Business as usual”. Dalam setiap humanitarian professional, apakah itu civilian atau uniformed staffs, sederet prasyarat harus mampu dipenuhi agar sukses dalam mengemban mandat bertugas pada sebuah peacekeeping mission, selain kompetisi teknis, profesionalisme, integritas, sensitivitas terhadap kearifan/budaya setempat dan peka terhadap perihal kesetaraan gender, seorang humanitarian professional juga penting untuk memerankan peranannya sebagai duta besar perdamaian dalam setiap tindak-tanduk, tutur-kata khususnya selama berada di daerah penugasan mission agar apapun yang kita jalani dalam keseharian bertugas tidak bertolak belakang dan membahayakan kolega sesama, serta secara keseluruhan menciptakan dampak negatif terhadap mandat misi PBB atau organisasi/institusi yang menaunginya.
Bicara soal kendala, sudah pasti banyak dan menjulang. Mengapa begitu?. Pertama karena lokasi geografis penugasan adalah daerah yang baru saja usai atau masih dilanda konflik, sehingga stabilitas keamanan dan situasi politik negara setempat (host country) sangat rentan. faktor keamanan dan pengamanan menjadi pertimbangan besar yang mempengaruhi pendekatan operasional. Kondisi higenitas dan kesehatan umum serta fasilitasnya yang hancur porak-poranda akibat konflik atau peperangan, menjadikan daerah penugasan dilanda epidemi dari berbagai wabah penyakit, sehingga hanya mereka dengan kesehatan yang prima (sehat jasmani & rohani) saja yang diperbolehkan bertugas di daerah seperti ini. Isolasi dari kehidupan normal dan separasi dengan keluarga atau hubungan sosial, hambatan terhadap kemudahan akses komunikasi dan kesempatan rekreasi adalah sebagian kecil dari sederet tantangan tugas.
Baru-baru ini diselenggarakan 2 event pertemuan besar Blogger di Indonesia yaitu Kopdar Blogger Nusantara di Sidoarjo & ASEAN Blogger Summit di Bali. Menurut Kang Luigi-dalam kapasitas sebagai seorang blogger — peran apa yang bisa dimainkan Blogger Indonesia dalam konteks Nasional maupun Regional?.
Blogger adalah layaknya seorang jurnalis tidak resmi dimana apa yang disuarakannya cukup efektif dalam menggalang opini, terutama pada daya jelajah dan ranah ‘social capital’nya masing-masing pada komunitas dimana ia berasosiasi, serta seberapa aktif kekerabatan yang telah berhasil ia bangun dalam kapabilitasnya menyebarkan informasi yang dilemparkannya ke forum-forum tersebut. Ibarat lentera yang punya ukuran daya terang, yang skalanya bisa berupa lilin, portable torch (lampu senter), sampai kepada kaliber ‘mercusuar’ seiring dengan posisinya serta statusnya dalam konteks strata + pergaulan sosial.
Mungkin dalam kesempatan ini, ijinkanlah saya mengulas sedikit tentang fungsi “Pemberdayaan Masyarakat” atau Society Empowerment dimana inilah yang akan menjadi daya tarik komunitas untuk turut berpartispasi, baik sebagai blogger dan sebagai pemerhati/pembaca atas topik/bahasan yang ditulisnya. Sudah seyogyanya kedepan ini, terutama pada era digital dimana arus informasi tidak mengenalbatas geografis dan sudah terbukti ampuh untuk menjadi ‘senjata’ perlawanan terhadap banyak issue substantif antara pihak penyelenggara negara dengan rakyatnya. Kita faham benar akan bagaimana ‘The Arab Spring’ diawali dari Tunisia, Mesir, Jordan, Bahrain, Syria, Libya, dan kini kembali ke Syria lagi - itulah daya/kapabilitas kekuatan penggalangan yang dimotori oleh blogger (via media jejaring sosial).
Nah, fahamilah keampuhan ‘senjata’ tadi - dalam hal ini kita ganti saja istilahnya menjadi ‘kapabilitas’ dan kita bisa merancang cetak-biru ‘kapabilitas’ ini agar bisa menjadi alat pemberdayaan komunitas. Sepanjang perjalanan blogging saya mulai tahun 2004, selang waktu 3-4 tahun setelah itu mulai bermunculan blogger-blogger yang baik tulisannya dan social capitalnya mulai meningkat baik mutu dan spektrumnya (Online followers beragam dari pelajar, mahasiswa sampai ke tingkat profesional) dan serta-merta diasah melalui interaksi personal, serta kegiatan bersama, seperti kopdar, gathering.
Dibentuknya komunitas blogger berdasarkan aspek geografis adalah langkah yang positif, sedemikian menjadikan wadah/forum komunikasi pada tingkat yang lebih kompak, dari tingkat kabupaten sampai terus ke propinsi. Mungkin kalau kita kilas balik ke jaman perjuangan kemerdekaan serupa dengan kelopmpok pemuda; Jong Java, Jong Ambonese dan lain sebagainya hanya saja kita saat ini sudah mempunyai kefahaman teknologi kominfo yang jauh lebih maju, tinggal bagaimana mempersatukan-nya secara konsisten dan mengakar terhadap agenda nasional yang ujung-ujungnya akan membeirkan manfaat bagi pembangunan kemakmuran kelas menengah yang mapan, yaitu kelas dimana banyak bloggerIndonesia kini berada.
Tanpa bermaksud (sama skeali) mengajari atau sok pinter, ijinkan saya sedikit mengulas mengakar terhadap apa?. Mengakar dari segi kefahaman akan 5 pilar pembangunan, yaitu:
Achieving Macroeconomic Stability
Creating A Better Business Environment
Establishing Good Governance And Strong Institution
Instituting Social Reforms to Improve Equity
Managing the Environment
Saya tidak akan mengulas saat ini akan ke-lima pilar diatas, namun kalau kita mau memahainya secara sekilas saja, masing-masing pilar pembangunan tadi bisa diaplikasikan, dan diambil peranan pemberdayaannya oleh komunitasblogger melalui program bersama terutama dari sisi ‘professional & capacity building programs’.
Dari banyak kegiatan yang selama ini dilakukan oleh komunitas blogger sudah merefleksikan idealisme dan tepat sasaran dalam upaya pemberdayaan masyarakat, namun demikian perbaikan program dan kolaborasi dengan badan-badan pemerintah serta pembahasan issue substantive pembangunan perlu banyak ditingkatkan. Pemberdayaan dalam hal krusial seperti: Defence, Diplomacy and Development (3D) - masih dirasa kurang, baik dari sisi program, expose, sinergi bersama partner organization, dan kerangka pengembangannya.
Pada saat komunitas kita mulai diperkenalkan dengan issue 3 D tadi, maka paradigma dan mutu produksi para bloggers dan sikap/pandangan/opini masing-masing individu komunitas akan berada pada level awareness dan critical yang lebih baik, sehingga bisa menjalankan fungsi kontrol sosial alternative terhadap issue nasional atau perihal yang menjadi perhatian/concern masyarakat luas bilamana ‘mainstream media’ tidak cukup baik dalam mengangkatnya serta’bloggers kelak dianggap sebagai elemen/kelompok strategis yang HARUS diperhitungkan dan dilibatkan dalam dialog pembangunan’
Forum diskusi, dialog dan workshop apapun itu bentuknya oleh bloggers, dari Boggers dan untuk bloggers akan memberikan pengetahuan /wawasan perihal pendidikan perahanan, ketahanan, kesatuan dan pemeriharaan perdamaian khusus untuk anggota komunitas bloggers sehingga paradigma masing-masing bisa bergeser dari yang awam menjadi faham, dari yang ignorant bisa menjadi aware, dan seterusnya kelak bisa memainkan pada tingkat yang lebih baik peranan diplomasi P-to-P (Person to person Diplomacy). Ketahuilah bahwa masing-masing dari kita, apalagi seorang bloggers adalah “An ambassador of one, as well as an army of one”
Fahamilah bahwa kita semua - terutama Bloggers Indonesia adalah ‘Stake Holder’ yang mereka semua itu (institusi pemerintahan, organisasi internasional dan badan negara lainnya) memerlukan kita sebagai mitra dalam menjalankan program mereka. Kita mempunyai kepentingan yang sama besar jadi disinilah fakta yang perlu difahami bahwa dalam menjalin kerjasama dan koordinasi, tiadalah pihak yang jauh lebih penting melebihi satu sama lain.
Bloggers Indonesia - kita semua punya tanggungjawab bersama (a shared responsibility) untuk mendidik anak bangsa agar tidak menjadi rapuh/rentan dan mempunyai daya juang yang tinggi, faham akan tanggungjwab dan kewajibannya, fasih dalam kompetensinya, kuat dalam persatuan hingga mampu menjawab tantangan global kedepan, piawai memainkan peranan strategis-nya pada lingkup regional, dan internasional sehingga dihormati, disegani, juga dicintai oleh bangsa lainnya.
ASEAN Blogger Summit di Bali menghasilkan sejumlah poin deklarasi . Bagaimana pendapat Kang Luigi menanggapi isi deklarasi ini dan ditingkat global bagaimana strategi serta peran yang bisa dimainkan ASEAN Blogger dalam mewujudkan visinya?.
Satu kata kunci dalam menyiasati dan memastikan kontribusi positif Blogger Indonesia sebagai anggota komunitas Blogger ASEAN, yaitu “pemberdayaan” atau empowerment. Pemberdayaan yang sifatnya universal, terhadap diri, komunitas dan segenap anak bangsa. Pemberdayaan apa sajakah yang kita perlukan? dalam berbagai hal dan multi-dimensional sehingga upaya pemberdayaan ini mampu secara efektif meningkatkan kompetensi Indonesia, tidak hanya untuk kalangan blogger semata namun seluruh anak bangsa agar ia mampu bersaing dan berdiri sejajar dengan sesama warga ASEAN lainnya.
Dengan pemberdayaan tersebut, yang juga berarti pembangunan kompetensi Blogger Indonesia, dan segenap anak bangsa sehingga mengantarkan pada situasi dan kondisi dimana anak-bangsa ini dapat dan mampu produktif dalam karya-karya dibidangnya masing-masing, kreatif dalam inovasi substantifnya, aktif dalam menggelorakan perubahan positif yang berguna, bermanfaat bagi khalayak umum, sukses melaksanakan good governance, baik dalam kepemerintahannya serta organisasi korporatnya.
Kesemuanya diatas akan secara otomatis menjadikan Indonesia sebagai anggota ASEAN yang memberi nilai tambah dan menjadi referensi solusi, teladan (role model) bagi anggota dan warga ASEAN lainnya. Dari situslah posisi tawar Indonesia dan peranannya baik dalamlingkup ASEAN, dan regional ASIA PACIFIC dan Internasional akan benar-benar diperhitungkan, didengar himbauannya, disegani keberadaannya dalam forum apapun.
Bagaimana Kang Luigi melihat peran sosial media ini dalam mendukung aktifitas blogging?.
Saya melihat postensi jejaring sosial (Social Media) sebagai ‘conduit’ atau penyalur atau ruang penyebaran informasi dan wahana kolaborasi yang cukup efektif dengan catatan bahwa para blogger Indonesia faham untuk bagaimana terbaik memanfaatkannya secara benar dan menjadikannya (Jejaring Sosial) ini sebagai perangkat dalam strategi komunikasi individualnya.
Terlepas dari itu, sudah selayaknya aktivitas blogging/ngeblog ini juga didasari oleh karya-karya nyata pada lingkup dunia nyata dimana karya-karya tersebut kemudian layak untuk diangkat dalam sebuah blog dan disebarkan kisahnya kedalam ranah social media. Tanpa dibarengi dengan produksi karya nyata yang membawa manfaat bagi kepentingan umum, blog dan ngeblog bisa dikatakan hanya sibuk dan ramai dengan ‘pepesan kosong’.
Selain dari mutu tulisan, si konten tadi - seorang blogger dalam aktivitas PR (Personal Relations)nya hendaknya faham akan potensi dan resiko yang dimiliki oleh jejaring sosial, dan pertimbangan serta prinsip dasar Public Information Strategy selayaknya menjadi referensi dalam beraktivitas pada medium ini, hingga manfaat dan efektivitas kegitan kolaborasi menjadi positif, efisien dan efektif dan bukan sebaliknya.
Penting sekali agar blogger Indonesia bisa senantiasa memberdayakan anggota komunitasnya secara reguler sehingga produktivitas (termasuk menulis blog/ngeblog) dan pencitraan blogger Indonesia, dan Indonesia secara keseluruhan baik terhadap komunitas Blogger ASEAN dan lingkup yang lebih luas lagi senantiasa positif dan membawa manfaat.
Kang Luigi akan meluncurkan buku perdana yang diangkat dari kisah-kisah di Blog. Bisa diceritakan latar belakang penulisan buku ini?.
Seperti diulas pada jawaban pertanyaan sebelumnya, juga atas dorongan semangat para sahabat yang mengatakan bahwa kisah pengalaman ini sangat layak untuk dikemas dalam sebuah buku guna memberdayakan khalayak yang lebih luas. Dari pertimbangan itulah kemudian rangkuman kisah dari blog posting ini dikemas ulang sehingga menjadi pas untuk sebuah buku. Bagi saya pribadi, meluncurkan sebuah buku bukanlah tujuan utama namun lebih kepada ‘dampak manfaat’ apa saja bila kelak ringkasan kisah ini dikemas dalam format buku. Dengan berbagai masukan yang diterima dan didiskusikan, kemudian saya melangkah lebih lanjut dengan penyusunan materi hingga menjadi sebuah buku.
Disela-sela kesibukan bekerja bagaimana strategi Kang Luigi mengatur waktu ngeblog dan menulis?.
Menulis itu, bagi saya tidak bisa dipaksakan. Karena memang tulisan saya selama ini adalah bukan tulisan berita namun lebih kepada kisah, opini dan wacana meski berdasarkan pengalaman pribadi, saya memerlukan cukup waktu untuk mengkaji ulang dari sisi ketersediaan ide, elemen pendukung dan pertimbangan apakah topik tulisan ini memang pantas. Worth shared?. Seiring dengan bertambahnya umur dan meluasnya interaksi dengan berbagai kalangan lintas sektoral dan banyak pembelajaran yang saya terima, produksi penulisan blog posting menjadi fluktuatif dimana skala prioritas kehidupan dan berkeluarga juga berjuang untuk mendapatkan perhatian dan tindaklanjut dalam 24 jam rentang waktu yang saya miliki.
Sesekali saya menuliskannya dalam draft yang kemudian, esok, minggu depan, bulan depan saat longgar dan saat ‘mood’ ini memang sedang dalam kekuatan penuh, meneruskan draft yang sebelumnya ditinggal. Mengkaji ulang meski acapkali gaya penulisan ala sontoloyo masih mewarnai kental aroma penulisan, yang tidak dipungkir juga membuat saya heran - telah menjadi hiburan tersendiri bagi kalangan pembaca.
Saat ini, selain menulis blog, saya juga cukup disibukkan dengan berbagai kolaborasi via email dimana peran tambahan yang awalnya dilakoni sebagai blogger dan terus bertambah menjadi: Juragan sebuah warung sayur, montir kendaraan, duta besar, perawat atau dokter dan juru kampanye tadi. Peranan tambahan tadi adalah dalam artian, implementasi dukungan moril dan korespondensi aktif dengan beragam kalangan pembaca dalam bentuk one-on-one communications, interaksi tatap wajah saat memungkinkan dan lain sebaginya yang kesemuanya kembali dipindahkan ke dunia nyata sedemikian rupa bahwa bloggers adalah juga manusia yang bisa dan berkenan diajak turun dari dunia maya untuk membantu sesama, meski itu mungkin hanya sebatas konsultasi, pemberian saran/pandangan dan tepukan dipundak atau jabat erat kedua tangan ini.
Blogger turun langit (dari dunia maya) nampaknya kedepan akan menjadi sebuah prasyarat penting bilamana sang blogger yang bersangkutan ingin dan serius dalam membangun komunitasnya menjadi komunitas yang kuat, erat, solid dan terbedayakan.
Apa saran-saran Kang Luigi untuk blogger pemula dan baru pertama kali memasuki dunia blogging?
Cari dan dapatkan visi dan misi-mu sebelum terjun ke dunia blogging dan jadilah komunikator yang ulung dalam menyampaikan ide pada tulisanmu, sebab apa yang ditulis, kemudian naik on-line dan terbaca pihak umum, akan terus tersimpan disana (di dunia maya). Pastikan apapun yang ditulis memang membawa manfaat dan berguna, jika tidak jelas ia akan menjadi bom waktu pada 5, 10 tahun kemudian terhadap jabatan atau perjalanan karir sang blogger yang bersangkutan dan implikasinya pada kehidupan dunia nyata.
Peranan apa yang ingin dimainkan oleh seorang blogger dalam mindsetnya akan mempengaruhi isi, mutu blog posting, konsistensi atau kelangsungan umur blog dan komunitas dan perkembangan jumlah pembaca yang mengikutinya.
Biodata Luigi Pralangga:
Nama : Luigi Pralangga
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 29 April 1974
Jabatan saat ini : Procurement Officer, United Nations Assistance Mission for Iraq (UNAMI), Iraq mulai Aug 2010 - saat ini
Pendidikan Terakhir : S1 Teknik Sipil, ISTN
Pengalaman Kerja sebelumnya :
Procurement Officer, United Nations Mission in Liberia (UNMIL), Liberia - West Africa mulai 2004 - Aug 2010
Procurement Liaison, United Nations Monitoring Verification Inspection Commission (UNMOVIC), Baghdad, Iraq mulai Nov 2002 - May 2003
Procurement Assistant, United Nations Procurement Division (UNPD), New York mulai 2001 - 2004
Alamat Blog : http://pralangga.blogspot.com & http://pralangga.org
Karya buku yang sudah dihasilkan : “Ondel-ondel Nekat..” 2011
Tempat Domisili : Kuwait City, State of Kuwait
Twitter: @pralangga
Foto-foto boleh ditengok di http://flickr.com/photos/pralangga dan dari Facebook