by: Al Faqir Ilallah “sahabatbaik”
Ramadhan adalah bulan Rahmat,Magfirah,Pembebas dari Api Neraka. Karena tepatlah kiranya dibulan ampunan ini untuk senantiasa memohon ampunan kepada Allah disertai dengan amalan-amalan shalih sehingga kebaikan-kebaikan itu bisa menghapus dosa dan perbuatan jelek. Itulah ciri seorang mukmin yang senantiasa mengharapkan ampunan Allah.
Allah SWT berfirman:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran : 133)
Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
(Qs An-Nisa : 48)
Permohonan ampun ini merupakan perlindungan dari Azab, penjaga dari syaiton, penghalang dari penderitaan,kefakiran, dan kegelisahaan. Karena dosa merupakan hal yang membuat penderitaan dan kegelisahan yang terbesar dalam kehidupan manusia.
Permohonan ampun juga merupakan pengaman dari paceklik yang mengakibatkan dosa. Andai para pejabat negeri ini senantiasa beristigfar penuh dengan kesadaran akan ampunan Allah maka tak akan mungkin ada sebuah usaha yang memanfaatkan proyek negara atau pun dana APBN/APBD untuk kepentingan pribadi atau kepentingan partai. Maka Bertaubatlah wahai para pemimpin dan pejabat negeri ini. Meskipun dosa-dosa itu telah menggunung setinggi langit Allah SWT.
Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam dalam sebuah Hadist qudsi mengatakan
Allâh berfirman:
“Wahai anak keturunan Adam, seandainya kamu membawa dosa sepenuh bumi
kemudian kamu menjumpai-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Ku (tidak berbuat syirik) tentu saja Aku akan membawakan untukmu sepenuh bumi ampunan.
(HR Muslim)
Setiap manusia pasti tidak luput dari dosa kecuali Nabi Muhammad SAW yang memang maksum dijaga kesuciannya. Saat Ramadhan ini waktunya untuk pensucian jiwa atas dosa-dosa seorang manusia baik secara vertikal berkaitan dosa-dosa kita kepada Allah maupun dosa-dosa horizontal yang terkait hubungan kita sesama individu.
Bertaubat kepada Allah tidaklah sesulit seperti halnya memohon ampunan atas kesalahan kita kepada manusia. Kepada Allah, kita memohon ampunan-Nya dan beristiqomah tidak mengulangi perbuatan dosa yang pernah kita dilakukan. Sementara kepada manusia kita memohon maaf kepada yang bersangkutan/Manusia kemudian mengembalikan barang atau apa yang menjadi hak orang lain yang pernah kita pakai atau kita rampas lalu bersegera memohon ampun kepada Allah SWT. Tentunya semua itu dilakukan dengan taubat sebenar-benarnya taubat atau taubatan nasuha
Alangkah indahnya seorang koruptor yang takut akan siksa Allah bertaubat dengan mengakui kekhilafannya telah menggunakan hak rakyat untuk kepentingan pribadi/partainya. Kemudian mengembalikan semua hasil korupsi itu kepada rakyat, lalu bersegera dia beristigfar memohon ampun kepada Allah.
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.
Kartika Wanasari,25 Juli 2011
www.sahabatbaik.blogspot.com
Sumber :
-Ust Google
-Catatan pribadi dari acara-acara Tarhib