Guru, Dosen, Buku, dan Kurikulum Baru

Guru dan Dosen

Begitu banyak tulisan tentang guru di berbagai media. Seolah-olah hanya guru yang disalahkan dalam lemahnya ranah pendidikan di negeri ini. Para dosen di perguruan tinggi tak mau disalahkan, sebab kunci kuatnya pendidikan terletak pada guru. Padahal kita melihat, kualitas guru kita menjadi kurang baik lantaran rendahnya mutu dosen di tingkat perguruan tinggi . Terutama dosen-dosen di lembaga pencetak para guru. Silahkan anda lakukan penelitian, pastilah anda akan mendapatkan kenyataan itu. Tak usah marah, mari kita sikapi dengan cara yang bijaksana.

Guru di sekolah, dan dosen di perguruan tinggi seharusnya berjalan seia sekata sesuai dengan harapan undang-undang guru dan dosen. Mereka harus memperbaiki cara mengajarnya, dan mampu berkomunikasi dengan baik kepada peserta didiknya. Interaksi menjadi indikator nyata bahwa terjadi komunikasi yang harmonis antara pendidik dengan peserta didiknya. Pembelajaran yang menyenangkan terjadi di antara keduanya. Guru dan dosen harus terus belajar dan mengupdate dirinya.

Guru adalah sosok professional dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu guru harus banyak membaca buku. Rajin mencari informasi baru di internet dan menciptakan konten-konten edukasi. Guru harus mengupdate pengetahuan baru dari buku dan sumber-sumber lainnya.

Dari banyak membaca itulah akan terasa betapa luas ilmu pengetahuan, dan betapa sedikitnya ilmu yang kita kuasai. Bila guru banyak membaca, maka dia tak akan pernah kehilangan ide dalam mengajar dan melakukan inovasi baru dalam pembelajaran. Guru akan seperti mata air yang tak akan habis airnya dan terus mengalir dari atas hingga ke bawah

Dosen adalah guru yang mengajar di perguruan tinggi. Negeri ini membutuhkan banyak dosen yang berkualitas untuk mencetak para guru. Dosen yang berkualitas akan melahirkan mahasiswa yang berkualitas pula. Oleh karena itu sudah sepatutnya dosen-dosen kita berpendidikan minimal S3 dan lulus dari perguruan tinggi terpercaya dan terakreditasi. Sehingga gelar doktor yang disandangnya bukan hanya sekedar gelar, namun bermanfaat buat orang banyak keilmuannya.

Kita melihat sedikit sekali doktor-doktor bergelar S3 yang mau turun gunung berbagi ilmu pengetahuannya. Kita mungkin mengenal Pak Onno W Purbo, dan Pak Romi Satria Wahono. Kedua doktor ini sangat banyak memberikan ilmunya kepada orang lain. Mereka mau turun gunung dan memberikan ilmunya. Kita membutuhkan doktor-doktor seperti itu, dan bukan doktor yang hanya duduk tenang di ruangan ber-AC.

Kita kehilangan dosen-dosen yang memiliki idealism tinggi dan senang berbagi ilmunya. Mereka pun senang membuat dan menyusun buku. Mereka mengikat ilmunya dengan buku-buku yang sangat menginspirasi pembaca.

Buku adalah jendela dunia. Tanpa buku kita mungkin belum tahu apa-apa. Banyak buku terlahir setiap harinya. Anda bisa mencarinya di google books, dan anda akan takjub dengan banyaknya buku yang terbit setiap harinya.

Sayangnya, budaya membaca atau literasi masyarakat kita masih lemah. Terutama dikalangan guru dan dosen. Akibatnya, banyak guru dan dosen yang harus diupdate keilmuwannya. Mereka harus banyak membaca dan belajar secara mandiri. Bila mereka terus belajar, maka kurikulum baru yang dibuat sendiri oleh mereka akan terasa inovasinya, dan bermanfaat buat para peserta didiknya.

Dosen sebaiknya menghindari proyek dan fokus dengan keilmuannya. Sebab sering ditemukan, ada dosen yang hanya datang dalam 3 pertemuan saja dengan mahasiswanya dalam satu semester. Untuk hal ini sudah menjadi buah bibir bagi mahasiswa yang sering ditinggalkannya.

Kurikulum Baru sebentar lagi akan diluncurkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan. Terutama kurikulum untuk di tingkat sekolah (SD/SMP/SMA/SMK, dan sederajat). Semoga diikuti pula dengan kurikulum di tingkat perguruan tinggi. Kalau hanya di sekolah saja kurikulum berganti, sementara di perguruan tinggi tidak diperbaiki, maka jangan salahkan guru bila kita tak mendapatkan guru-guru yang cerdas dan berkualitas. Sebab sumbernya ada dalam lembaga pencetak para guru.

Mari sama-sama kita kuliti kelemahan dan kelebihan kurikulum baru. Teruslah memberi masukan kepada pemerintah, dan teruslah menulis bila anda merasa tidak puas dengan kurikulum baru. Biasakan berpendapat dengan tulisan, itulah salah satu cara kita sebagai masyarakat intelektual agar dapat didengar.

Bila ternyata tulisan kita juga tak didengar, maka segeralah membangun kekuatan social media. Cari orang yang sevisi dengan anda, maka revolusi pendidikan pun akan segera terjadi. Persoalannya sekarang, siapakah di antara kita yang siap menjadi pelopor dan bukan pengekor? Harus ada pemimpin yang berani dan terus mengkritisi kurikulum baru. Bukankah kurikulum dibuat untuk kebaikan kita semua?

Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com/

Belajar dan Berbagi Ilmu PTK di Kampus UNJ Rawamangun

Workshop PTK di Wisma UNJ
Worskhop PTK di Wisma UNJ

Akhirnya datang juga hari itu. Hari yang ditunggu oleh para guru yang ingin belajar dan berbagi ilmu PTK. Sekitar 50 orang guru hadir di Aula Wisma UNJ Rawamangun pada hari Minggu, 24 April 2013. Meskipun hari libur, mereka tetap semangat untuk belajar menulis proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan melaporkannya. Kegiatan diulai dari pukul 08.00wib sampai pukul 18.00 wib.

Sebagai salah seorang nara sumber yang ikut hadir pada hari itu, saya seperti mendapatkan semangat baru. Sebab terus terang guru kurang dilatih dalam ilmu penelitian. Kami bukan dosen yang memang diajarkan cara meneliti dalam Tridarma perguruan tingginya. Guru harus mampu belajar sendiri atau mandiri dari mereka yang tulus berbagi ilmu pengetahuan, dan pengalamannya.

Ketika hadir di hari itu, para peserta sangat antusias sekali mendaftar ulang. Kami rata-rata belum pernah bertemu sebelumnya. Kami hanya berkomunikasi melalui dunia maya saja. Bahkan para panitia yang terlibat baru ketemu hari itu. Sebab acara ini memang dirancang melalui dunia maya. Kami menyebarkan publikasinya hanya melalui dunia maya saja. Alhamdulillah, banyak respon positif kami terima. Bahkan ada peserta dari Palangkaraya, dan menginap di Wisma UNJ hanya untuk belajar ilmu PTK.

Para nara sumber dan trainer PTK sudah hadir lengkap di pagi hari. Mereka memang sangat antusias berbagi ilmunya. Selepas ketua Panitia Workshop PTK (Pak Bhayu) memberikan sambutan dan laporannya, saya diminta juga memberikan sambutan mewakili pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat. Terus terang kami sangat menyambut baik kegiatan ini.Guru harus mampu juga meneliti di kelasnnya sendiri.

Nusa Putra
Dr. Nusa Putra

Pak Nusa Putra (Dosen FPIPS UNJ) memberikan keynote speakernya sangat bagus sekali. Beliau memotivasi kami untuk meneliti secara baik dan benar. Beliau juga menjawab semua pertanyaan teman-teman guru tentang permasalahan PTK yang dihadapi guru di lapangan. Dialog interaktifpun terjadi, dan tak terasa waktu satu jam berjalan begitu cepat. Kamipun menjadi semakin paham tentang Urgensi PTK bagi pembelajaran kami di sekolah.

Dedi Dwitagama
Dedi Dwtagama

Pak Dedi Dwitagama memotivasi kami agar mampu menulis kreatif dan memanfaatkan blog sebagai media pembelajaran. “Jangan takut untuk menulis! Dengan menulis kita akhirnya akan dipaksa membaca”, katanya. Pengalaman pak Dedi Dwitagama dan prestasinya tentu membuat kami tersulut untuk mampu juga seperti beliau. Dialogpun terjadi dan tanpa terasa waktu berjalan begitu saja. Banyak doorprize buku diberikan kepada para guru dari penerbit Indeks yang menjadi sponsor utama kegiatan ini.

Supardi dan Bahar Sungkowo
Supardi dan Bahar Sungkowo

Tak kalah seru ketika Pak Supardi dan Pak Bahar Sungkowo menceritakan pengalamannya. Sebagai seorang guru PNS, pak Supardi bercerita dan berbagi pengalamannya menulis laporan PTK. Sistematika penulisan PTK beliau jelaskan dengan rinci. Berbeda dengan Pak Supardi yang guru PNS, Pak Bahar Sungkowo sungguh kreatif dalam melaporkan PTK-nya. Sebagai seorang guru di sekolah swasta beliau tergerak melakukan sebuah inovasi baru melalui PTK. Tak heran bila kemudian laporan PTK-nya banyak yang masuk di tingkat nasional, dan menjadi juaranya. Pak Bahar membawa contoh-contoh PTK yang sudah dibuatnya.

Farid Wadji
Farid Wadji

Pak Farid Wadji (Dosen FT-UNJ), berbagi ilmunya tentang teknik pengumpulan data. Kami yang hadir menjadi tahu dan lebih paham bagaimana mengumpulkan data penelitian yang validitasnya diakui. Kami menjadi tahu bagaimana melakukan wawancara, membuat angket, dan lain sebagainya. Teknik-teknik pengambilan data dijelaskan beliau dengan penuh kesabaran kepada kami.

Di sesi akhir, saya kebagian untuk meminta teman-teman menuliskan apa yang sudah didapatkannya untuk menulis rancangan proposal PTK. Saya baca sangat bagus-bagus sekali isinya. Semoga mereka dapat menyelesaikan laporan PTKnya, dan terpilih untuk mempresentasikan hasil PTKnya dalam seminar nasional yang akan diadakan oleh IGI Pusat. Rencananya, hasil PTK mereka akan dimasukkan dalam jurnal ilmiah IGI. Semoga segera terwujud nantinya.

45781_10200653196200429_541037107_n

Belajar dan berbagi ilmu PTK di Kampus UNJ Rawamangun Jakarta Timur membuat saya semakin lebih memahami bahwa PTK itu indah. Banyak hal dapat kita lakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui PTK. Semoga semakin banyak guru yang tergerak untuk melakukan PTK dan melaporkan hasil PTKnya. Bukan semata-mata hanya untuk naik pangkat bagi guru PNS, tetapi semata-mata karena ingin meningkatkan kualitas atau mutu pembelajarannya di kelas.

13617857072144418149

Foto bersama dengan Omjay, Lia, Pak Bahar, dan Pak Farid

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Beauty of Besqi 2013

Pada hari Minggu (24/02/), Manajemen Bekasi Square, salah satu pusat perbelanjaan di Bekasi yang terletak di samping tol Bekasi Barat, menyelenggarakan lomba foto yang mengambil tajuk “Beauty of Besqi”. Lomba foto ini merupakan even yang cukup besar yang pernah diselenggarakan untuk ukuran kota kecil seperti Kota Bekasi. Jadi ingat ketika Blogger Bekasi menyelenggarakan “Amprokan Blogger” pada bulan Maret tahun 2009,

waktu itu Pa M2 masih menjabat sebagai Walikota, kita pernah menyelenggarakan lomba foto dengan hadiah yang cukup besar, yaitu Rp. 10 juta. Dilihat dari besaran hadiah, sebenarnya ini merupakan even yang sangat besar untuk kegiatan lomba fotography.

Hadiah yang disiapkan oleh panitia “Beauty of Besqi” pun hampir sama besarannya. Mungkin ini lah yang menarik para peminat fotography menyerbu mall Bekasi Square, sering disingkat Besqi, yang mencapai angka

300-an dan mencari peruntungan hadiah sebesar Rp. 10 juta untuk juara 1. Wal hasil, mall penuh dengan lalu lalang dan polah “aneh” para fotographer, baik yang amatiran maupun yang professional. Setiap peserta menampilkan gayanya masing-masing dalam memotret. Ada yang berdiri dengan penuh wibawa, tiduran bahkan ada yang nungging. Kesimpulannya, SERU dah !

Asal peserta juga beragam. Mereka datang dari berbagai kota, terutama Jakarta dan sekitarnya. Bahkan ada beberapa orang datang dari luar kota. Fotographer dari Bekasi sendiri, jelas yang paling banyak. Mereka berasal dari berbagai komunitas, seperti Komunita Bekasi Foto (di mana saya juga menjadi anggotanya) dan Komunitas Foto Nusantara. Bila ada sedulur yang tertarik untuk gabung dengan Komunitas Bekasi Foto, bisa langsung meluncur ke Group Facebook “Bekasi Foto”.

Selain fotographer amatiran, ada juga komunitas yang betul-betul professional seperti PPLF (Paguyuban Pemburu Lomba Foto). Anggota komunitas ini, sebagian besar adalah para fotographer yang sering menjuarai lomba foto, baik tingkat local, nasional bahkan international. Salah seorang kawan dekat saya mengatakan bahwa beberapa orang memiliki penghasilan yang cukup menggiurkan dari berbagai even lomba foto. Bahkan ada yang berpenghasilan sebesar Rp. 200 jutaan dalam setahun yang dihasilkan dari beberapa lomba. Ini lah yang mungkin dikatakan para motivator, hobi yang menghasilkan.

Sebelum acara lomba dimulai, terlebih dahulu diselenggarakan workshop dengan menampilkan tutor yang sudah malang melintang di dunia fotography, yaitu Darwis Triadi. Para penggiat dan pecinta fotography Indonesia, mungkin juga se dunia, mengenal Darwis sebagai fotographer yang mengkhususkan pada foto model. Konon, di tangan Darwis wanita biasa-biasa saja bisa terlihat menarik dan menutupi kekurangannya dengan mengambil sudut gambar (angle) yang tidak biasa. Seandainya Om Jay (Upsss….maaf om dijadiin obyek. Kuawalat neh sama senior !) dipotret ama Darwis, saya yakin hasilnya akan seperti Pierce Brosnan yang bintang 007 itu. Tapi kayaknya kalau ini over estimate deh ! hehehehe. Tapi kurang lebih seperti itu lah karya Darwis.

Membludaknya peserta lomba foto “Beauty of Besqi”, menggambarkan bahwa fotography bukan lagi hobi yang ekslusif. Hampir semua orang memiliki akses yang terbuka lebar terhadap fotography, setidaknya sebagian besar warga negara Indonesia memiliki handphone yang dilengkapi dengan kamera. “Yang membedakan suatu foto itu bagus atau tidak adalah kesan ketika me;lihat foto itu. Apakah bercerita atau tidak ?”, begitu kata Darwis. Saya sendiri sulit untuk menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan “foto yang bercerita itu”, maklum masih amatiran. Mungkin yang dimaksud adalah seberapa penuh kepala kita diisi oleh imajinasi ketika ketika melihat sebuah karya foto. Kesimpulannya adalah sebuah hasil foto yang baik, tidak dihasilkan semata-mata karena kamera yang mahal, namun yang paling penting adalah moment dan sudut dalam mengambil foto atau sering disebut sebagai angle. Jangan salah tafsir, yang dimaksud bukan Angle Elga yang pernah menjadi istri siri Pa Haji Roma, kandidat kuat Presiden RI 2014 itu.

Kehadiran Darwis Triadi di Bekasi, setidaknya memberikan spirit dan wawasan baru bagi saya. Dengan modal kamera yang pas-pasan saya pun memberanikan diri mengambil beberapa frame yang mudah-mudahan masih bisa dinikmati oleh para sedulur Beblog yang saya cintai. Monggo dilihat-lihat ! sekian dulu terima kasih. Mudah-mudahan ada manfaatnya !

stock lama
Stock Lama
Gerobak Pemulung
mau belanja

Perang Strategi Marketing di Pilkada Jabar

Pilgub Jabar (JB1) 2013

Hari Minggu tanggal 24 Februari 2013 merupakan saat yang telah ditentukan dimana rakyat Jawa Barat menentukan pemimpinnya selama lima tahun kedepan.

Prosesi pergantian pemimpin di Jawa Barat ini sangat menarik untuk dicermati setelah beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia disedot perhatiannya di ajang pilgub DKI Jakarta, bukan apa, karena provinsi inilah propinsi terbesar setelah provinsi DKI Jakarta dari sisi jumlah penduduk maupun aktivitas ekonominya.

Sudah banyak analisis dan prediksi atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perhelatan akbar ini dibahas dalam kesempatan berbeda diberbagai media, pada kali ini penulis akan mengupas sisi marketing dalam pilkada jabar dari perspektif kacamata orang awam.

Saya akan mengulas/membandingkan secara singkat strategi marketing yang digunakan oleh tiga kontestan yang menurut saya ketiganya berpeluang dan bersaing ketat meraih kursi Jawa Barat 1 (JB1). Mereka adalah kontestan nomor 3 (Dede Yusuf - Lex Laksamana); kontestan nomor 4 (Ahmad Heryawan - Dedi Mizwar) dan kontestan nomor 5 (Rieke Diah Pitaloka - Teten Masduki).

Ketiga kontestan ini memiliki persamaan dan perbedaan strategi marketing yang menarik untuk diulas, diantaranya adalah terlihat pada tiga faktor, pada faktor Figuritas; faktor Simbol dan faktor Slogan.

 

Faktor Figuritas;

Seperti kita ketahui bersama bahwa ketiga kontestan ini memunculkan kesamaan strategi marketing dari sisi figuritas, yaitu ketiganya sama-sama mengusung artis sebagai magnet yang menarik calon pemilihnya (vote getter).

Nilai lebih pada faktor figuritas ini dimiliki oleh kontestan nomor 3 dan nomor 5, dimana figur artis pada kedua kontestan ini memiliki pengalaman sebagai mantan wakil gubernur (Dede Yusuf) dan mantan anggota DPR (Rieke DP), sementara Dedi Mizwar walaupun memiliki karakter dan penokohan yang kuat, yang bersangkutan sangat minim pengalaman pada level pemerintahan maupun kelembagaan.

Namun terlepas dari kelemahan faktor figur artis, kontestan nomor 4 ini anehnya, justru lebih menonjolkan figur kedua kontestannya ketimbang partai pengusungnya, paling tidak itu yang terlihat pada banner dan spanduknya yang sebagian besar tidak menampakkan logo partai pengusungnya.

Perang Strategi Marketing di Pilkada Jabar.

 

 

Faktor Simbol;

Seperti halnya pada perhelatan pilgub DKI Jakarta, pada pilgub Jawa Barat kali ini memunculkan strategis marketing berupa simbol-simbol yang unik.

Kontestan nomor 3 memunculkan simbol berbentuk oval berwarna biru muda dengan larikan warna biru gelap, hijau dan merah, dugaan penulis simbol mereka merepresentasikan keragaman warna partai pengusungnya. Namun sepertinya penulis mendapatkan adanya inkonsistensi dalam mensosialisasikan simbol ini kepada calon pemilih, karena simbol ini hanya dimunculkan pada awalnya saja.

Adalah kontestan nomor 4 yang menurut saya pertama kali di pilgub jabar ini yang memunculkan simbolnya yang kreatif sekaligus unik berupa simbol kancing merah, kreatif dan unik karena menurut saya kontestan nomor 4 ini (mungkin) belajar dari kesuksesan Jokowi dengan simbol kotak-kotaknya, namun oleh mereka ide ini mereka kembangkan lebih kreatif lagi berupa kancing, dan penulis menduga keunikan tanda silang yang disamarkan menjadi empat atau lima larik benang yang mengikat kancing tersebut sebagai kode yang mengarahkan pemilih untuk mencoblos simbol kancing merah ini, kreatif dan cerdas bukan.

Nah… Simbol yang dunakan oleh kontestan nomor 5 sepertinya tidak asing lagi bagi kita, bagaimana kuatnya brand simbol ini dimunculkan dan dipopulerkan oleh Jokowi pada pilgub DKI. Ya… Simbol yang mereka gunakan sebagai strategi marketing menjaring pemilih adalah dengan simbol kotak-kotak, namun beberapa hal yang sepertinya dilupakan bahwa brand ini menjadi juara di pilgub DKI kemarin adalah semata-mata karena kepopuleran Jokowi sebagai icon pengusungnya dan lagi bukti bagaimana simbol ini tidak berhasil mengangkat salah satu kontestan pada pilgub provinsi Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu.

Perang Strategi Marketing di Pilkada Jabar

 

 

Faktor Slogan;

Terdapat beberapa slogan yang dipergunakan oleh masing-masing kontestan, namun menurut pandangan penulis terdapat satu slogan yang mereka pergunakan sebagai slogan utama, walaupun terdapat beberapa inkonsistensi dari ketiganya dalam penggunaan slogan dalam spanduk dan banner mereka.

Adapun penggunaan slogan dapat penulis paparkan sebagai berikut:

Slogan “Bekerja dengan Hati” merupakan kalimat slogan yang digunakan oleh kontestan nomor 3, untuk kontestan nomor 4 dengan slogan “Lebih Dekat dan Melayani” dan kontestan nomor 5 dengan slogan “Jabar Baru, Jabar Bersih”. Sepertinya nafas dan jiwa yang ingin dimunculkan dalam keseluruhan slogan ini dapat kita resapi dan ambil maknanya.

Namun sebagai catatan untuk kontestan nomor 5, sepertinya mereka tidak lepas dari bayang-bayang euforia kemenangan pada laga pilgub DKI yang lalu, dimana segala unsur strategi membrandingkan kontestannya mereka copas bulat-bulat, mulai dari simbol yang dipergunakan (kotak-kotak) maupun slogan yang dipergunakan (Jabar Baru vis a vis dengan Jakarta Barunya Jokowi Ahok).

Lantas pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah:
Siapakah kemudian yang akan menjadi juara dalam ajang perebutan kursi kepemimpinan Jawa Barat 1 (JB1) ini??

Dan jawabannya adalah bukan pada hasil survei atau prediksi, tapi kita akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut tidak akan lama lagi, paling tidak dalam 2 atau 3 hari kedepan.

Semoga Jawa Barat selama 5 tahun kedepan akan dipimpin oleh pemimpin yang amanah, pro kepada keadilan untuk rakyat…. Yah… Semoga…

 

Demikian Adanya
~TheEnd~
@ludwinardi | 313FE116
www.ludwinardi.com

Patali Day 2013 : Meningkatkan Kecintaan Pada Kuliner Nusantara

Kata “Patali” selalu merupakan “keyword” klasik untuk mengidentifikasi bahwa tak lama lagi ibu saya akan menyajikan hidangan masakannya yang lezat dan dashyat. Ya, “Patali” atau “Pasar” dalam bahasa Gorontalo senantiasa dipakai ibu, juga ayah saya yang memang berasal dari kota “Serambi Madinah” itu, dalam soal menjelaskan destinasi memperoleh bahan-bahan untuk meramu masakan yang nikmat. Dan ketika kata “Patali” itu dipakai sebagai ikon dalam penyelenggaraan acara yang digagas oleh Yayasan Omar Niode pada Hari Sabtu (24/2) bertempat di ruang Nusantara Hotel Dharmawangsa, saya dengan antusias segera membalas undangannya mengkonfirmasi kehadiran.

 

patali2

Setelah mengisi pendaftaran ulang, saya lalu memasuki ruangan yang dipenuhi sekitar 300-an yang menghadiri ajang pertemuan berbagai komunitas dari hulu ke hilir yang meliputi perwakilan produsen, konsumen, usaha penunjang, chef, blogger, penggemar fotografi, pelajar, mahasiswa tataboga dan perhotelan, media massa serta siapapun yang peduli akan pertanian, pangan dan seni kuliner yang dihasilkan dari bumi Indonesia. Acara dibuka dengan tarian khas asal Gorontalo yang memukau diiringi lagu kegemaran ibu saya “Hulondhalo Lipu’u”

patali3

Selanjutnya, tampil Terzi Niode , Sekretaris Omar Niode Foundation memberikan kata sambutan.”Sebagai penyelenggara, kami berharap pengunjung yang hadir di acara ini khususnya para mahasiswa dan pelajar,akan lebih memahami ragam hasil pertanian, pangan dan seni kuliner Indonesia. Kami juga mengadakan sesi cara menulis dan kiat fotografi makanan agar para blogger, mahasiswa dan pelajar meningkatkan keterampilan mereka dan dapat membantu melestarikan serta meningkatkan popularitas produk dan jasa kuliner baik di negara sendiri maupun tingkat dunia,” kata Terzi. Dikesempatan itu pula Terzi mengungkapkan mini survey yang dilakukan oleh Omar Niode Foundation dimana terdapat hal menarik yakni Gado-Gado ternyata menjadi makanan favorit serta Martabak menjadi cemilan kegemaran terbesar pilihan responden.

Setelah itu tampil Yusni Emilia Harahap, staf ahli Menteri Bidang Lingkungan, Kementerian Pertanian yang antara lain mengulas upaya-upaya yang dilakukan dalam hal diversifikasi pangan serta pemberdayaan industri pertanian di Indonesia melalui solusi holistik dan profesional. “Indonesia memiliki sumber daya pertanian yang memadai dan untuk itu adalah penting agar diversifikasi pangan melalui seni kuliner tradisional Indonesia kian ditingkatkan penetrasinya guna meningkatkan wawasan dan kesadaran masyarakat kita untuk mencintai ragam olahan masakan asli Indonesia,”katanya.

patali-4

Dikesempatan berikutnya tampil Firmansyah Rahim, Dirjen Destinasi Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang memaparkan 30 ikon kuliner tradisional Indonesia. “Kuliner Indonesia itu bisa berfungsi sebagai “food diplomacy”, sehingga keunikan serta kelezatan yang dimiliki akan membangkitkan impresi yang bagus khususnya orang-orang dari luar negeri yang belum pernah mencicipi kehebatan makanan Indonesia,” katanya antusias.

Setelah itu dilakukan peluncuran 3 buku terbaru Yayasan Omar Niode masing-masing berjudul Pertanian dan Pangan berbasis Pangan & Lingkungan, Food Science and Technology serta Appetizing Snipplets, Agriculture Food and Culinary Muse disamping itu dilakukan pula peluncuran situs Pangan, Agrikultur dan Kuliner www.omarniode.org. Sangat menarik, karena peluncuran ini dilakukan oleh penari-penari khas Gorontalo dari Sanggar De Tila Bataila dibawah pimpinan Indrawati Tahir Gobel.

patali-5

Saya kemudian mengikuti jalannya Konferensi Pers yang dilaksanakan di ruangan yang tak jauh dari tempat semula. Hadir sejumlah awak media dan jurnalis yang menanti pemaparan narasumber dari masing-masing Omar Niode Foundation, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pariwisata/Ekonomi Kreatif. Saya sempat menanyakan strategi sosial media Omar Niode Foundation khususnya bagi kontribusi konten melalui blogger. Pada kesempatan itu, Terzi Niode menjawab bahwa pihaknya sangat terbuka untuk menerima tulisan-tulisan dari blogger untuk dimuat di www.omarniode.org dan berharap bahwa kontribusi konten tersebut akan menambah wawasan dan eksposure promosi kuliner nusantara melalui dunia maya.

cara-isipatali

Seusai Konferensi Pers, saya lalu berkeliling ke Bazar Mini yang dilakukan oleh mitra Omar Niode Foundation. Saya langsung mencari stand ibu Mona Melani Jamal yang terkenal dengan bisnis rumahan kue-kue khas Gorontalo di Jakarta. Disana saya menemukan kue-kue tradisional kegemaran yang kerapkali dibuat oleh ibu saya tercinta, mulai dari Wapili, Kue Perahu dan Cara Isi. Saya pun ikut antri bersama beberapa orang yang lain mencicipi dan melampiaskan rindu saya pada masakan tradisional tersebut. Selain ibu Mona, di bazaar mini tersebut, ada juga stand dari pelaku UKM kuliner, perusahaan makanan, penjual alat-alat masak, lembaga swadaya masyarakat dan elektronik yang ikut berpartisipasi.

patali-7

Saya kemudian melaporkan sejumlah kesan-kesan saya mengenai acara ini lewat jaringan twitter saya dan Facebook bertagar #pataliday. Sebelum makan siang, saya mengikuti sesi sharing dari Chichi Bernardus, wartawan senior dan editor yang memberikan kiat-kiat menulis artikel kuliner terutama makanan sehat. Saya sangat tertarik mengikuti sesi ini. “Menulis kuliner mesti dibuat secara menarik dengan menyertakan “personal touch”, sejarah, “local wisdom” dan termasuk bila ada kandungan nutrisinya untuk menambah kekuatan artikel tersebut,” kata Chichi serius.

Saat makan siang, kami mencicipi hidangan yang sangat istimewa yang sebagian besar merupakan ikon kuliner di Indonesia seperti Gado-Gado Jakarta, Tahu Telur Surabaya, Soto ayam Lamongan, Rendang Padang, Pindang Patin Palembang dan Orak-Orik Buncis Solo. Rasanya sungguh lezat. Hal menarik lainnya adalah, saya sempat mencicipi Ice Cream Jamu yang merupakan sebuah inovasi keren kuliner Indonesia. Selain itu Patali (Market) Day juga tidak melupakan anak dan remaja dengan mengadakan permainan tebak buah dan biji bersama Slow Food Jakarta Kemang dan pelajaran memasak makanan Indonesia bersama Young Chefs Academy.

me-with-vindextengker

Saya berkesempatan juga berjumpa dan berfoto bersama Chef International Vindex Tengker yang pernah menjadi juri dalam Master Chef Indonesia sebelum beliau tampil mempertunjukkan keterampilan memasak sambil fotografer profesional Anny Valentina memberikan kiat-kiat terbaik mengambil foto saat demo masak tersebut. Kami sekeluarga sangat terhibur dan banyak mendapatkan manfaat melalui acara ini. Bagi saya Patali Day diharapkan bisa dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan untuk ketahanan pangan dan pelestarian kuliner Indonesia lebih baik. Terimakasih untuk Omar Niode Foundation yang sudah menggagas acara ini begitu menarik dan memikat, mudah-mudahan saya bisa hadir kembali dikesempatan mendatang

Foto-foto lain acara ini bisa lihat disini

Heart

 

 

Credit

 

Semalam itu insomnia melanda, saya tidur hampir lewat dari jam 3 pagi :(
Akhir-akhir ini kualitas tidur dan makan saya agak buruk. Obat penambah nafsu makan dan penghilang mual yang dokter kasih memang berhasil, nafsu makan saya membaik sih meski segala pengen di makan. Alhasil saya menahan perih semalaman karena asinan yang agak kecut dan pedas itu sepertinya :D

Sisi positifnya saya punya bahan postingan hari ini, boleh ya saya share ocehan saya di twitter saat terjaga semalam… ^_^

Hal-hal paling baik dan indah dï dunia ini,tdk bisa dï lihat dgn mata atau dï sentuh. Tetapi dï rasakan oleh hati #Heart

 

Organ paling besar dlm tubuh, hampir 500 pekerjaan dan tugasnya.organ ini adalah mesin utama di dalam tubuh. Jika rusak, maka tamat riwayatmu. #Heart

 

Jika sel ganas sudah tumbuh bisa di pastikan fungsinya sudah buruk,dan saat sel-sel itu menyebar,organ ini akan kehilangan kemampuannya. #Heart

 

Hati yang rusak beda tipis dengan hati yg patah. Dua-duanya gak asik #Heart

#JagalahHati itu pesan untuk liver dan perasaanmu/kalbumu… Dua-duanya butuh perawatan dan pengawasan #Heart
Makan yang sehat,hindari antibiotik, bahan kimia, jangan begadang, jangan stress, jangan emosian,jangan terlalu ambisius, selalu sarapan pagi, perbanyak humor. Kata bapak Dahlan Iskan di bukunya nih #Heart
Penyakit hati slalu menguras kantong, patah hati slalu menguras air mata #Heart
Rata-rata yang mengendap di dalam hati slalu punya pengaruh besar, entah kista, tumor, rindu atau kamu #Heart
Berlakulah adil pada anugerah Tuhan yang satu ini, jangan abaikan bisikannya, penuhi haknya, dengarkan keluhan, rasanya dan hasratnya. #Heart
Yang jatuh hati, yang main hati, yang pake hati, boleh…silahkan. Asal jangan patah hati dan makan hati #Heart
Jadi, jagalah hati mu agar tetap sehat dan bahagia… #Heart

Sadisnya Indomie, sadisnya tulisan gugatannya

sesuatu fb grup

Mengikuti polemik “sesuatu” yang terjadi antara blogger Hazmi Srondol dan Indomie memang cukup membuat hati bergetar. Apa yang dilakukan Indomie memang sungguh “Afgan”, alias ‘sadis’ kalau kata anak2 jaman sekarang. Bagaimana bisa dibilang tidak sadis jika sebuah tulisan/cerita yang dipergunakan untuk kepentingan iklan komersial di berbagai media cetak hanya dihargai 3 dus Indomie?

Bagi saya pribadi, Indomie bukan sekadar produk mi instan yang terkadang dikangeni, tapi Indomie juga pernah menjadi bagian dari sejarah hidup saya. Sempat sekitar setengah tahun saya menjadi penulis naskah iklan senior (senior copywriter) yang menangani Indomie ketika saya bekerja di Hotline advertising, sebuah biro iklan milik seorang pakar branding Subiakto.

Indomie adalah salah satu klien besar yang pernah saya pegang, dan sekaligus juga salah satu klien menyebalkan yang pernah saya tangani, hehe… Tapi apa memang ada klien yg tidak menyebalkan? Betul juga sih, tapi untuk klien yang satu ini, kalau pake indikator pedasnya Ma’ Icih, tingkat menyebalkannya mungkin ada di angka sepuluh! Kenapa bisa begitu? Tak akan saya ceritakan karena bisa memperkeruh suasana, dan mungkin juga jadi terlalu teknis, karena akan berhubungan dengan istilah-istilah di kalangan periklanan.

Memori akan tingkat menyebalkan yang tinggi itulah yang membuat saya tanpa berpikir panjang ikut-ikutan menyebar tautan tulisan Hazmi Srondol di Kompasiana itu ke sebuah grup Facebook yang berisi orang-orang yang bekerja dan ada hubungannya dengan periklanan. “Indomie memang harus diberi pelajaran!” begitu suara hati saya pada malam hari itu sebelum saya mengunggah tautannya di dinding grup FB tersebut.

Esok harinya, saya mendapat telepon tak terduga dari seorang kawan lama, kawan ketika kita pernah bersama dalam satu tim menghadapi deadline dan tekanan klien. Ternyata kawan itu adalah salah satu orang biro iklan atau agency yang menangani Indomie, yang ternyata saya tidak menyadari bahwa di bagian bawah tulisan, emailnya ikut pula dicantumkan oleh mas Hazmi. Tentu saja dia agak kaget ketika tahu bahwa yang menyebar tautan di grup itu adalah saya. Hari itu juga posting tautan itu saya hide, meski belakangan ada orang lain yang memposting ulang.

Melanjutkan cerita telepon yang saya terima, kawan itu tentunya tak hanya sekadar menanyakan kabar, tapi juga bercerita tentang kasus ini yang kembali menyeret namanya. Dia bilang bahwa itu kasus sudah agak lama dan masih sedang dalam tahap negosiasi. Bahkan dirinya pun saat ini sudah tidak lagi menangani Indomie, meski produk mi instan tersebut masih menjadi salah satu klien di kantornya. Di saat itu saya dilanda kebingungan plus rasa bersalah. Sebagai penulis saya tidak terima jika sebuah karya tulisan “diperlakukan” seperti itu, sebagai teman saya juga nggak tega ketika dia bercerita bahwa kini namanya menjadi ikutan tercoreng negatif akibat dibukanya kasus ini ke publik dunia maya.

Oke, di titik ini saya akan coba menjadi orang yang tidak memihak. Memang keterlaluan jika perusahaan sebesar Indomie menghargai sebuah karya kreatif yang dibuat iklan komersil di berbagai media hanya dengan tiga dus mi instan. Sudah selayaknya kasus ini dijadikan bahan pembelajaran bagi mereka dengan dibuat sebuah tulisan. Sayangnya, tulisan tersebut mengapa harus disertai pencantuman email dengan nama-nama yang tidak disamarkan dan terang-terangan, yang menurut saya memang kurang elok dan agak sadis juga. Bagi nama-nama yang ada di email tersebut tentunya akan merasa seperti “ditelanjangi” di depan umum.

Ini adalah pembelajaran yang sangat berharga bagi saya, bagi semua pihak. Pihak Indomie, pihak biro iklan/agency, dan juga tentu pihak penulisnya. Kasus ini tidak akan mencuat jika ketika itu pihak Indomie merespon dengan cepat, jika pihak agency terus menerus melakukan pendekatan personal terhadap penulisnya, dan jika sang penulis bisa sedikit bersabar dalam menanti kepastian untuk mendapat hak yang lebih layak. Ternyata, hidup ini memang tidak seindah rangkaian kata-kata yang kita tulis di blog… :)

Kurikulum Baru itu Dibuat Tergesa-Gesa

Guru-guru di SDN RSBI 12 Rawamangun Jaktim

Sebagai seorang guru, saya sudah harus siap apapun kurikulumnya. Tak boleh menolak, dan harus menjalankan kurikulum itu dengan baik sesuai dengan kehendak pemerintah. Kami di kelas harus mampu menterjemahkan kurikulum menjadi mata pelajaran yang menarik perhatian peserta didik. Masalah metode pembelajaran, silahkan dicoba sendiri kalau ingin menjadi guru kreatif. Pemerintah seolah lepas tangan dalam pelatihan guru.

Continue reading Kurikulum Baru itu Dibuat Tergesa-Gesa

Kesombongan Seorang Penulis

Kesombongan akan berbuah ketidakbahagiaan. Siapa yang sombong pastilah tidak disukai oleh orang lain. Oleh karena itu, saya selalu memohon kepada Allah agar dijauhkan dari sifat sombong.

Bila kesombongan menghinggapi diri, mohon segera disadarkan. Nasehatilah aku dan dia dengan cara yang baik. Sebab kesombongan akan membuat diri ini lebih hebat dari orang lain. Padahal banyak kelemahan diri yang tentu saja masih harus terus diperbaiki. Introspeksi diri menjadi kunci utamanya.

Continue reading Kesombongan Seorang Penulis