Mengeja Aksara Kehidupan Di Negeri Paman Sam

Judul Buku : Kopi Sumatera di Amerika

Penulis : Yusran Darmawan

Penerbit : Noura Books

Cetakan : I, Desember 2013

Tebal : xiii + 251 halaman

ISBN : 978-602-1606-08-7

Saya selalu menyukai gaya menulis Yusran Darmawan di blog, yang tahun silam dinobatkan sebagai Kompasianer of the Year ini. Untaian kalimatnya terangkai rapi dengan narasi yang indah dan menggugah membuat saya selalu merasa betah untuk membacanya dari paragraf pertama hingga paragraf terakhir. Renyah, segar dan inspiratif.

Saat mendapatkan kabar bahwa buku karyanya “Kopi Sumatera di Amerika” telah terbit, saya buru-buru memesannya lewat Gramedia Online. Alhamdulillah, minggu lalu, buku ini telah tiba dan segera saya baca tuntas. Meski nyaris semua isi buku yang sebelumnya sudah pernah ditayangkan di blog ini sudah saya baca, namun membacanya kembali sungguh membawa sensasi tersendiri.

yusrand-1Buku “Kopi Sumetera di Amerika” (selanjutnya saya sebut KSDA) ini seakan membawa imajinasi kita “bertamasya” ke sebuah negeri nun jauh dan kerapkali menjadi impian semua orang-termasuk saya :) — untuk mendatanginya. Dengan lincah, Yusran menuturkan pengalamannya mulai di halaman pengantar tentang bagaimana “jasa”ngeblog di Kompasiana yang mengantarkannya memperoleh beasiswa di negeri Paman Sam itu. Yusran bertutur dalam artikel berjudul “Berkat Kompasiana, Dapat Beasiswa Ke Luar Negeri” itu :

Dulunya, aku hanya bisa bermimpi tentang belajar di negeri orang lain. Aku hanya bisa berkhayal, tanpa tahu kapan kesempatan itu akan menyapa. Bahkan ketika para sahabat mengirimkan aplikasi untuk beasiswa, Aku hanya menyaksikannya saja, tanpa sedikitpun keinginan untuk mencoba peruntungan. Aku kerap pesimis saat hendak menjalani sebuah seleksi. Aku sering merasa bahwa diriku bukan tipe orang yang beruntung sebagaimana kisah Aladin penemu lampu wasiat atau Ali Baba yang menemukan gua berisi harta karun.

Dua tahun silam, seorang kawan pernah berbisik bahwa saat dirimu tak pernah mencoba, maka dirimu tak pernah punya kesempatan. Maka selagi ada kesempatan, cobalah berbagai peluang. Saat dirimu mencobanya, maka dirimu punya kesempatan untuk mencetak keajaiban. Kalimat ini serupa mantra yang menyalakan sesuatu dalam jiwaku. Ada inspirasi yang tiba-tiba menyelusup. Barangkali, kehidupan adalah sebuah panggung di mana kita mesti menjemput beragam peluang. Kita mesti menghadapi hidup sebagaimana seorang nelayan yang setia menebar jaring di mana-mana. Tak semua jaring akan menghasilkan ikan, namun dengan cara menebar di mana-mana, ia sedang memperbesar peluang. Ia sedang menebar harapan.

Ya, Yusran mengawali buku ini dengan bagaimana ia merentang impian dan kemudian menggapainya sekuat tenaga, tanpa menyerah. Berkat aktifitas ngeblog di Kompasiana, proposalnya untuk mendapatkan beasiswa IFP-Ford akhirnya terwujud. Ia terpilih menjadi salah satu dari 50 pemenang beasiswa IFP (International Fellowship Program) dari ratusan peminat yang mendaftar. Dan dari sinilah rangkaian kisah menarik perjalanan seorang pemancing ikan, putra seorang guru biasa di pulau Buton ini menjalani kehidupan di Amerika berawal.

yusran-2Ada 5 bab terdapat dalam buku KSDA yang masing-masing berisi 5 sampai 13 artikel.

Pada bab pertama bertajuk “Menjemput Takdir”, Yusran menceritakan bagaimana romantika perjalanannya pertama kali menginjak benua Amerika. Saya sempat ikut tegang membaca ketika Yusran menceritakan kegugupannya saat hilangnya tas ransel yang berisi sejumlah dokumen penting sebelum menghadapi proses imigrasi di bandara (“Kerikil-Kerikil Menuju Ohio”, halaman 3). Yang membuat saya tersenyum, saat pemeriksaan imigrasi sang petugas Bandara menanyakan arti kalimat yang tertulis pada baju yang dipakainya“Walaupun Aku Buaya, Namun Aku Sudah Tobat & Menjadi Vegetarian” (halaman 9). Di artikel lain, pada bab yang sama, Yusran mengisahkan kecemasan pada kemampuan bahasa Inggris yang sangat rendah dan bagaimana ia menyiasati kendala tersebut (“Bahasa Inggris Hancur, Cumlaude di Amerika”, halaman 11 & “Ini Soal Kemampuan Bertahan!”, halaman 17).

Pada Bab 2 yang bertajuk “Ada Indonesia di Negeri Paman Sam”, Yusran dengan memikat menceritakan sejumlah ikon-ikon Budaya dan sosial di Indonesia begitu dikenal dan sangat populer di Amerika. Lihatlah bagaimana ia menceritakannya dalam artikel “Kuda Lumping di Kuliah Doktor” (halaman 33) atau “Bule-Bule Amerika Cinta Indonesia” (halaman 45). Saya sangat terkesan pada artikel “Petualangan Kosasih di Bumi Amerika” (halaman 63) yang menceritakan bagaimana karya maestro Komik terkenal negara kita RA Kosasih begitu dihargai disana bahkan disimpan di Library of Congress, perpustakaan terbesar dunia yang terletak di jantung kota Washington DC. Tidak hanya itu, di bab ini, Yusran memaparkan kiprah mengagumkan seorang Imam Masjid Terbesar di New York, Syamsi Ali, yang berasal dari Bulukumba Sulawesi Selatan dan dinobatkan sebagai salah satu dari 7 pemimpin agama paling berpengaruh di New York, yang dianugerahkan oleh New York Magazine (“Imam Bugis di Masjid Terbesar New York”, halaman 95)

yuran-3Di Bab 3 yang berjudul “Tak Selalu Adidaya”, Yusran mengulas fenomena sosial di negeri Paman Sam, mulai dari “Washington DC, Kota yang Muram” (halaman 107) hingga “Syair Lirih Bangsa Indian” (halaman 147). Pada bab ini, saya seakan diajak Yusran berjalan-jalan menyusuri dinamika kehidupan sosial masyarakat Amerika. Saya menyukai bagaimana Yusran mengisahkan kisah Petani di Athens, Ohio yang memiliki posisi yang sejajar dengan semua profesi, berbeda dengan di Indonesia dimana Petani identik dengan kebodohan, kekotoran atau akses pendidikan yang rendah (“Pasar Petani, Pasar Kehidupan”, halaman 143).

“Warna Warni Amerika” adalah judul yang tertera di Bab 4. Disini Yusran mengupas keanekaragaman sosial budaya di negeri Paman Sam yang unik dan mengesankan. Saya sempat tercenung membaca artikel “Hidup Mati Perpustakaan Amerika” (halaman 165) yang dengan lugas memaparkan pengelolaan perpustakaan di desa kecil Athens. Disitu, ayah satu anak (Ara) yang juga dinobatkan sebagai Reporter Terbaik Kompasiana 2013 ini menulis:

Sepulang dari situ, aku membayangkan bagaimana nasib perpustakaan di tanah air. Hampir semua orang tahu bahwa di tanah air, perpustakaan umum, apalagi perpustakaan yang berlokasi di daerah adalah tempat yang berdebu dan kusam. Perpustakaan serupa gudang tempat menyimpan buku-buku dengan koleksi yang tidak pernah di-update. Perpustakaan hanya berisi ruang buku, serta ruang baca. Itupun suasananya sangat kusam dan kaku.

Sementara di tempat seperti desa kecil Athens di Amerika, perpustakaan adalah jantung kegiatan warga. Perpustakaan dihidupkan oleh komunitas, menjadi tempat berinteraksi, serta membangun keakraban dengan banyak orang. Perpustakaan menjadi tempat memulai aktivitas, baik aktivitas yang berhubungan dengan sharing pengetahuan, ataupun aktivitas bermain, yang juga menguatkan inteligensi seorang anak.

Yang mengesankan bagiku adalah kegiatan yang variatif serta menyentuh banyak lapisan usia, serta daya dukung komunitas, yang menjadikan perpustakaan tidak saja sebagai tempat untuk membaca semua buku terbaru, namun juga kesadaran untuk menjaganya bersama, serta mengisinya dengan beragam aktivitas yang bisa menguatkan solidritas serta menjalin keakraban dengan banyak orang.

Di bab pamungkas bertajuk “Cinta Rasa Amerika”, Yusran menyajikan rangkaian keunikan “wajah” Amerika serta interaksi lintas budaya yang ditemuinya. Lihat saja misalnya bagaimana suami dari Dwiagustriani ini menceritakan kisah sahabatnya, Nanang Erma Gunawan yang melakukan prosesi Ijab Kabul dengan calon isterinya melalui fasilitas internet Skype pada Hari Sabtu 6 Oktober 2012 (“Kupinang Kau Dengan Karya Pramoedya”, halaman 223). Di bab ini, Yusran juga menuturkan kenangan indahnya pada kota Athens, Ohio, tempatnya menuntut ilmu (“From Athens With Love”, halaman 243 dan “Perahu Cinta Ohio Tertambat di Bali”, halaman 219)

Sungguh, menyimak untaian cerita Yusran Darmawan dalam buku KSDA ini telah membuka wawasan saya tentang banyak hal tak hanya pada fenomena sosial dan budaya di Amerika belaka, namun juga pesan moral yang kental dikemas dalam rangkaian kalimat yang renyah untuk dicerna. Yusran benar-benar mengeja aksara kehidupan di negeri Paman Sam dengan perspektif kritis dan bernas. Ia tak sekedar mengamati dan mencatat, namun dibuku ini Yusran menyajikan pula inspirasi dan motivasi berharga bagi kita dan bangsa ini. Foto-foto memukau yang ditampilkan dalam buku ini juga menjadi daya tarik tersendiri buat pembaca.

Yang patut jadi perhatian khusus bagi saya adalah, karena buku ini diangkat dari catatan-catatan Yusran di blog dimana memiliki ciri interaktif lewat komentar pembaca dan backlink, mungkin tak ada salahnya jika pada artikelnya ditampilkan pula komentar pembaca pilihan yang tak sebatas hanya menanggapi namun mungkin bisa akan memperkaya tulisan Yusran dengan diskusi intens terkait materi artikel yang disampaikan (sama seperti pada buku “Intelijen Bertawaf”-nya sang Bapak Blogger Kompasiana, Prayitno Ramelan).

Akhirulkalam, buku KSDA ini bisa menjadi rujukan kontemplatif, yang ringan dibaca namun penuh muatan makna bagi para pembaca yang ingin mendapatkan inspirasi tentang sisi-sisi kehidupan menarik di Amerika.

Selamat untuk Yusran Darmawan ! Saya sungguh menikmati membaca buku ini dan ditunggu buku berikutnya ya :)

Sumber foto:

Facebook Yusran Darmawan

 

 

 

 

Ibu, Engkaulah Harta Terindahku

Membaca buku Ibu, Engkaulah Harta Terindahku membuat saya terharu. Karya tulis yang disusun oleh Ibnu Al-Jauzi membuat saya teringat kembali akan kenangan bersama almarhumah ibu. Terima kasih telah menjadi ibu terbaik untukku. Kalau saja tak memiliki ibu sepertimu, mungkin saya belum menjadi apa-apa. Mungkin saya masih menjadi hamba yang hina dina. Ibulah yang menuntunku agar selalu berbuat kebaikan dan kebajikan.

1374328821801179189

Buku yang terdiri dari dua bagian penting ini dimulai dari sebuah puisi indah:

 

Bunda,

Engakauah harta terindahku

kau telah melihat aku tertawa

Kau juga telah melihat aku menangis

Dan kau selalu ada bersamaku

Aku mungkin tidak selalu mengatakan ini

Tetapi terima kasih telah menjadi ibu terbaik untukku.

 

 

Terus terang, saya sangat tersentuh dengan puisi di atas. Puisi yang dibuat dari hati nan suci. Puisi yang dibuat dari ketulusan hati. Puisi yang ditulis dari seorang anak kepada ibundanya. Puisi yang terukir dari seorang anak yang sholeh dan ingin selalu berbakti kepada ibundanya.

 

Akal sehat mengatakan, siapa yang menyayangi ibundanya, maka dia akan melihat surga. Sebab akal yang sehat pastilah akan mengakui bahwa ibu adalah bagian terindah dari seorang anak. Tanpa ibu, manusia tak berdaya apa-apa ketika dilahirkan. Ibulah yang mengandung kita selama sembilan bulan lamanya. Bahkan ada yang kurang atau lebih dari itu. Itulah kuasa Allah yang tak terkira. Dalam badan ibu, kita sehat-sehat saja menuju hari dimana kita menangis di saat dilahirkan.

 

Kitab suci manapun di dunia ini selalu menganjurkan kepada siapa saja untuk berbakti kepada orang tua, khususnya ibu. Berbakti kepada orang tua lebih utama daripada berjihad. Sebab amalan yang paling dicintai Allah adalah bakti kepada orang tua. Hal terpenting inilah yang saya baca di halaman 18 pada buku ini.

 

Berbakti kepada orang tua akan memperpanjang usia, dan buku ini menjelaskan cara berbakti kepada orang tua di halaman 20. Kita pun menjadi lebih tahu mengapa kita lebih mengutamakan ibu setelah membaca buku yang sangat menginspirasi ini. Buku ini merupakan buku wajib bagi seluruh anak bangsa untuk sejenak memahami dan mengapresiasi eksistensi dan arti seorang ibu.

 

Ada kisah seribu himah dibagian kedua yang sangat menggugah hati. Cerita tentang pemuda yang berbakti sebagai teman nabi Musa di Surga merupakan salah satu kisah yang bisa dibaca di halaman 87 dalam buku itu. Tentu saja, kisah Abu Bakar Ash Shiddiq yang mendambakan ibunya masuk Islam di halaman 96 membuat pembaca akan tahu cerita sesungguhnya tentang ibundanya yang sangat luar biasa.

 

Saya merekomendasikan buku yang diterbitkan Pustaka Akhlak pada Juni 2013 ini untuk dibaca oleh anda yang ingin menjadi anak yang sholeh dan sholekhah. Komarudin Hidayat (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah) menuliskan di bagian belakang buku ini, “Sebuah potret kemuliaan ibu terekam dalam buku ini, dan jangan lewatkan untuk segera membacanya!”

 

Judul Buku: Ibu, Engkaulah Harta Terindahku

Penulis: Al-Jauzi

Penerjemah Ahmad Anis, judul asli Birrul Walidain

Penerbit: Pustaka akhlak

ISBN: 978-602-97537-5-2

Cetakan I: Juni 2013

 

Cara Praktis Menulis dan Menerbitkan Buku

Banyak orang mengira menulis dan menerbitkan buku itu sulit. Padahal tidaklah demikian. Bila anda tahu caranya, maka kesulitan akan berbuah kemudahan. Itulah bagian penting yang saya pahami dari buku “cara praktis menulis dan menerbitkan buku” karya Syamsul Rijal Hamid. Buku ini diterbitkan oleh Cahaya Salam pada tahun 2009.

Dalam buku itu dijelaskan tentang seluk beluk menulis, dan masalah-masalah yang dihadapinya. Bahasanya sangat mudah dicerna dan tidak berbelit-belit. Saya membelinya di toko buku Gramedia dengan harga Rp. 19.000,-. Murah khan? Tapi isinya, sungguh menginspirasi dan memotivasi pembacanya.

Sebenarnya, kemampuan anda menulis, tergantung kemauan dan kesungguhan anda sendiri. kalau mau menulis jangan pernah persoalkan bakat. Tulis saja apa yang kamu sukai dan kuasai. Anda pun bisa mahir menulis jika berlatih terus menerus.

Oleh karena itu, untuk menjadi penulis sukses perlu ketangguhan. Berbagai macam cara diperlukan untuk mencari inspirasi dalam menulis. Baginya, setiap peristiwa adalah teman dan bisa dituliskan dalam bentuk fiksi dan nonfiksi.

Cara menulis dan mengembangkan ide sebenarnya mudah. Belajarlah menulis dengan cara gemar membaca. Sebab bacaan adalah ibarat teman, maka selektiflah. Cari buku yang menginspirasi dan layak untuk dibaca. Itulah cara praktis dalam menulis.

Anda juga dapat menjadi penulis lepas. Anda dapat menulis ide-ide anda dalam sebuah blog atau dikirimkan ke berbagai media. Anda bisa menulis karya dalam bentuk fiksi seperti puisi, cerita untuk anak, cermin, cerpen, dan novel. Anda bisa juga menulis karya non fiksi seperti menulis opini dan menulis resensi buku. Dengan begitu, tak terasa anda telah menjadikan menulis sebagai sebuah profesi.

Dari tulisan-tulisan lepas itu anda dapat merajutnya menjadi sebuah buku. Terkadang orang menganggap menulis buku terkesan lebih hebat dari penulis kolom di media cetak. Penulis belum bisa dikatakan hebat bila dia belum menerbitkan buku. Itulah anggapan orang yang akhirnya capek dan jenuh menulis artikel opini. Menulis buku dan menerbitkannya menjadi sebuah prestise tersendiri.

Lalu pertanyaannya, bagaimana menulis buku dan menerbitkannya sendiri? Jawabannya ada dalam buku cara praktis menulis dan menerbitkannya. Bacalah!

 

 

Salam blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Memandang CJ Secara Lebih Kritis

Bersama Kang Pepih disela-sela IIMS Juli 2010, Foto : Hesti Indriati, FB

Sepulang dari Tasikmalaya, ada dua buku baru melengkapi koleksi perpustakaan mini di rumah. Seperti biasa, setiap koleksi buku terbaru selalu saya beri tanda khusus untuk mengingat cara dan tempat mendapatkannya. Kedua buku ini saya beri tanda khusus “Tasikmalaya, 03 November 2012″.

Selain itu ada satu tanda spesial yang berbeda untuk kedua buku itu. Walaupun sama-sama saya peroleh langsung dari penulisnya yaitu “Tanda Tangan”. :) Buku pertama terdapat tanda tangan asli penulis, sedangkan buku kedua belum sempat saya minta untuk ditanda tangani penulisnya.

Saya terlebih dahulu tertarik melahap buku pertama, yaitu dari Kang Pepih Nugraha (sbg. Penulisnya). Sebabnya adalah beberapa kali mengikuti sesi talkshow dan seminar yang menghadirkan Kang Pepih sebagai pemateri, saya selalu serius menikmati pandangan beliau tentang Citizen Journalism. Judul “Citizen Journalism” juga yang tertulis di sampul depan buku ini. Sekilas judul tersebut menjadi hal biasa saja, namun penambahan rangkaian kata lain yaitu Pandangan, Pemahaman dan Pengalaman di bawah judul menjadi magnet tersendiri bagi saya, apa relevansinya ?

Mulailah saya menseriusi lembar demi lembar buku ini dikala senggang. Kesan sekilas yang muncul ketika melihat buku ini adalah mungkin akan membosankan pembaca, karena pembaca tidak akan menjumpai banyak gambar ilustrasi di dalamnya seperti buku sejenis pada umumnya. Saya pun sejujurnya pada awalnya juga punya kesan yang sama.

Setelah saya membaca beberapa bab, barulah saya paham alasan dibalik dominasi teks dalam buku ini. Ada banyak box “kliping” tulisan-tulisan dari Kang Pepih yang pernah diterbitkan baik di kompas maupun di kompasiana, Kliping-kliping tersebut sebagian besar menunjukkan pengalaman penulis sendiri terhadap sesuatu yang dibahas dalam rangkaian bab-bab buku ini. Menurut saya kliping inilah yang menjadi ilustrasi pengganti gambar atau foto pendukung tulisan, kliping tersebut bila dibaca tuntas dan utuh akan menambah pemahaman pembaca akan materi bahasan, akan bisa menangkap esensi pembahasan karena merupakan contoh langsung dan nyata dari penulis.

Membaca buku ini membuat saya menjadi mendapat pencerahan, menjadi lebih paham tentang Citizen Journalism, Citizen Reportage. Sekaligus belajar dari tips-tips dan pengalaman yang dituangkan penulis. Lain waktu bila saya mengikuti sesi Kang Pepih membahas tema yang sama dengan buku ini, kemungkinan tidak akan banyak pertanyaan yang akan saya ajukan, karena jawabannya sudah saya temukan dalam buku ini. :)

Saya hanya melihat unsur-unsur sederhana yang ada pada Citizen Journalism; yakni warga biasa, tidak terlatih sebagai wartawan profesional, menggunakan teknologi informasi sederhana asalkan tersambung ke internet, dapat meliput-mencatat-menulis, mendistribusikan berita di internet, memiliki semangat berbagi, tidak berharap imbalan, dan seterusnya. [Kang Pepih]

Maka sangat relevan rasanya bahwa buku ini membawa pembaca bisa lebih memahami Citizen Journalism dengan membaca paparan pandangan penulis, disajikan berdasarkan pengalaman beliau sendiri.

Sekilas Data Buku :

Seri Jurnalistik Kompas

Cover Buku, Foto : Dok. Pribadi

Judul : “Citizen Journalism” Pandangan, Pemahaman dan Pengalaman

Penulis : Pepih Nugraha

Penerbit : Penerbit Buku Kompas

Tebal : xvi + 192 hlm

Dimensi : 14 cm x 21 cm

Tahun : 2012

ISBN : 978-979-709-669-4

Special Thanks to “Kang Pepih Nugraha”.

Salam.

 

Tulisan ini juga mejeng di blog pribadi : etahu.wordpress.com

Mau Buku Elektronik Gratis di Ultah Omjay?

Apa Saja yang Sudah Engkau Dapatkan Dari Ngeblog?
Apa Saja yang Sudah Engkau Dapatkan Dari Ngeblog?

Jangan ketawa dulu ya!. Apalagi mesem-mesem. Tapi bolehlah mempersiapkan tawa. Inilah hari ulang tahun saya. Kalau ditanya yang keberapa? Saya akan jawab ke-17, hehehe. Supaya tetap muda terus gitu, hahaha, wkwkwkwk. Kayak kakek Jamil Azzaini yang selalu tampil muda, hehehe.

Omjay dan Pak Jammil Azzaini

Omjay dan Pak Jammil Azzaini

Saya mau cerita dulu. Pagi ini saya berangkat dari rumah mertua, dan kakak ipar di kota Bandung jam 04 wib pagi menuju kota bekasi. Jam 4.30 sudah berada di terminal bandung, dan sholat subuh di sana. Pukul 05.00 wib, bus primajasa AC yang saya tumpangi meluncur dengan cepat menuju kota harapan indah bekasi.

Cepet juga perjalanannya, dan sangat lancar pula. Pukul 07.00 wib saya sudah berada di pasar modern, kota harapan indah bekasi. Saya terbangun ketika kondektur bus membangunkan saya.

Murah juga loh ongkosnya dari bandung ke Bekasi. Cuma mengeluarkan uang Rp. 37.000,- saya sudah berada di kota harapan indah bekasi. Dari sini saya naik ojek menuju tempat tugas di SMPN 1 Tarumajaya. Di tempat ini sudah menunggu 15 orang mahasiswa jurusan PGSD Universitas terbuka. Setiap hari minggu pagi, saya ditugaskan untuk menjadi tutor untuk mata kuliah komputer dan media pembelajaran.

Pukul 07.30 wib saya sudah sampai sekolah negeri favorit di kabupaten bekasi. Setelah mengambil administrasi pembelajaran, masuklah saya ke kelas. Berbagi ilmu seperti biasanya.

Memberi Tugas mahasiswa

Memberi Tugas mahasiswa Jurusan PGSD UT

Di saat memberi tugas mahasiswa, saya buka tablet mito buatan China milik saya. Wow rame banget! Sudah banyak para sahabat yang mengucapkan selamat ulang tahun. Mulai dari blog, facebook, dan twitter sudah banyak sekali orang yang memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada saya. Terharu banget saya. Lebih terharu lagi ketika kekasih hati mengirimkan sms.

“Ayah selamat ulang tahun ya! Tadi mama lupa ngucapin selamat ulang tahun waktu ayah berangkat!”

Alhamdulillah, ternyata istriku tak lupa kalau ini hari ulang tahun saya sebagai suaminya. Tak berapa lama, kedua buah hati saya pun (Intan dan Berlian) mengucapkan selamat ulang tahun melalui sms.

Beginilah nasib seorang pendidik. Seharusnya saya berada di tengah keluarga di hari ulang tahun. Seharusnya kami merayakannya bersama, dan sambil makan bersama pula. Tetapi itu belum bisa terwujud hari ini, karena tugas mendidik anak bangsa jauh lebih penting. Sudah 2 kali saya izin tak mengajar karena tugas dari sekolah, dan ikutan ultah nissan juke.

Kali ini saya tak boleh izin lagi, oleh karena itu saya pulang lebih dulu dari bandung. Istri dan anak menyusul dengan diantar keponakan saya. Gak papa berpisah sebentar, nanti siang semoga kita bisa bertemu lagi. Semoga bandung-bekasi gak macet. Lancar sepeti saya tadi pagi menggunakan jasa bus ac PRIMAJASA.

ULANG TAHUN TAK BOLEH MENJADI PENGHALANG KITA BERBUAT BAIK. Justru di saat ulang tahun itu kita harus memberikan yang terbaik buat orang banyak. Seperti para pemuda tempo dulu yang selalu mementingkan bangsa dan negaranya. Mereka bersumpah, berbangsa satu, berbahasa satu, bertanah air satu, INDONESIA. Merekapun berjuang untuk Indonesia MERDEKA.

Di hari ulang tahun ini, saya hendak membagikan buku gratis secara online yang dapat anda baca secara cuma-cuma. Saya sengaja tak memberikannya ke penerbit. Buku ini adalah kisah nyata omjay dalam perjalanan menjadi seorang blogger. Sekaligus memperingati hari blogger kemarin, 27 Oktober 2012.

Buku yang omjay bagikan secara gratis berjudul MENJADI BLOGGER HANDAL DENGAN MENULIS. Semoga menginspirasi teman-teman lainnya unuk menulis setiap hari, dan mendapatkan keajaiban blog sebagi alat rekam yang ajaib. Anda dapat membaca dan mengunduhnya di http://warungilmu.web.id atau lengkapnya dapat dilihat langsung di link http://warungilmu.web.id/menjadi%20blogger/index.html.

Buku Gratis, Sumpah pemuda yang menginspirasi, dan ulang tahun omjay semoga memberi warna dunia blogging Indonesia. Mari terus berbagi ilmu, dan percayalah bahwa rezeki akan terus mengalir bak mata air bila kita senantiasa berbagi kepada sesama. Jangan lupa juga mantra ajaib Omjay, “MENULISLAH SETIAP HARI, DAN BUKTIKAN APA YANG TERJADI”.

 

13514049612022164428

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://twitter.com/wijayalabs

https://www.facebook.com/wijaya.kusumah

http://wijayalabs.com

Ketika Bukumu Menjadi Buku Best Seller di Toko Buku Terbesar di Asia Tenggara

Ketika Bukumu Menjadi Buku Best Seller di Toko Buku Terbesar di Asia

 

buku berwarna merah yg berjudul Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya ada dalam Rak Buku Best Seller TB Gramedia, Lotte mart Festival City link Bandung

 

Senin, 13 Agustus 2012, saya pergi ke toko buku gramedia di Lotte Mart Bandung yang terletak di jalan Peta Lingkar Selatan. kebetulan, letak toko buku ini tidak jauh dari rumah mertua saya di Bandung. Saya pun pergi berjalan kaki ke toko buku terbesar di Asia ini.

Ketika saya melihat-lihat jejeran buku best seller, saya melihat ada judul buku yang saya kenal bertengger di sana. Saya pun kaget luar biasa karena buku yang ada dalam jejeran rak itu adalah salah satu judul buku yang saya susun. Saya sangat bahagia sekali, ketika tahu bahwa buku saya itu sederetan dengan buku-buku terkenal dan memiliki nama besar seperti Chairul Tanjung si Anak Singkong, dan buku penemu Aple Steve Job.

Saya tak pernah menduga bila buku yang berjudul menjadi guru tangguh berhati cahaya yang saya susun dari menulis di kompasiana menjadi buku best seller di toko buku gramedia. Sebuah toko buku terbesar di asia tenggara, bahkan Asia. Saya pun mendapatkan ucapan selamat dari teman-teman komunitas blogger bekasi, ketika foto buku itu saya sebar melalui BBM Group. Banyak teman yang mendoakan agar saya segera membeli mobil baru dari royalty buku. Tapi, jangan berbangga hati terlebih dahulu. Sebab buku itu diletakkan oleh penggemar buku saya di jajaran buku best seller.

Saya pun sempat tersipu malu ketika tahu bahwa buku saya ternyata belum menjadi buku best seller. Hal itu saya tanyakan langsung kepada penjaga toko buku gramedia. Semoga ini menjadi pemicu agar saya terus menulis dan membuat buku yang menginspirasi banyak orang. Terutama teman-teman guru yang ingin bangsanya maju, dan menjadi bangsa yang cerdas.

1345267695593927708

Ketika bukumu menjadi buku best seller di toko buku terbesar asia tenggara, jangan berbangga hati dulu. Sebab bisa jadi buku itu hanya sebagai penghibur diri bagi pemilik modal yang bukunya laku terjual. hehehe

Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya telah tersedia di toko buku Gramedia seluruh Indonesia

Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya telah tersedia di toko buku Gramedia di seluruh Indonesia

 

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Renungan Inspiratif Seorang Ayah

Judul Buku : River’s Note

Penulis : Fauzan Mukrim

Penerbit : Noura Books

Tebal : xii + 255 halaman

Cetakan : Pertama, April 2012

Saat pertama kali membaca buku ini, ingatan saya melayang 10 tahun silam ketika saya pertama kali ngeblog dengan motivasi mengabadikan kisah-kisah kelahiran putra pertama saya-yang sudah kami tunggu setelah 3 tahun menikah-Muh.Rizky Aulia Gobel. Ketika itu saya menulis cerita seolah-olah Rizky sedang bercerita tentang dirinya, sejak lahir hingga berusia 7 tahun. Alhamdulillah catatan-catatan tersebut dibukukan oleh Penerbit Gradien pada tahun 2006 dengan judul “Warna Warni Hidupku”.

Buku River’s Note (selanjutnya saya singkat dengan RN) ditulis dalam perspektif berbeda. Fauzan Mukrim, seorang jurnalis Trans TV menuturkan cerita kepada sang anak dengan sudut pandang sebagai seorang ayah. Dengan gaya bahasa yang sederhana, Fauzan-yang akrab dipanggil Ochan-dengan jernih bertutur beragam hikmah kehidupan yang dikemas dalam cerita keseharian kepada sang anak, River Ifham Asfari, secara memikat dan menyentuh. Ochan menyimpan catatan-catatan tersebut dalam blog www.riversnote.blogspot.com.

Yang paling berkesan buat saya adalah, Ochan menampilkan kisah River bahkan sejak masih dalam kandungan sang ibu. Cara bertuturnya mengingatkan saya pada dongeng pengantar tidur yang kerap disampaikan ibu atau ayah, dulu saat saya masih kecil. Lugas. Spontan. Menyentuh. Membuai imajinasi pembaca dalam sejumlah pengalaman-pengalaman sederhana sarat hikmah.

Lihatlah bagaimana Ochan bercerita pada River dalam tulisan “Oleh-Oleh Ayah” (halaman 199)

Malam itu, Nak, aku membawa pulang oleh-oleh untukmu. Aku bawa melintasi sisa gerimis. Malam masih sibuk. Orang-orang yang tadi sempat terhalang pulang, mulai beranjak. Seorang tamu agung baru saja datang ke negara kita. Obama namanya. Presiden Amerika Serikat itu akhirnya benar-benar tiba di Jakarta setelah beberapa kali gagal datang. Ada yang senang. Ada yang gusar. Mereka yang terhalang pulang itu yang gusar. Jalan mereka ditutup selama satu hingga dua jam untuk memberi jalan kepada sang presiden. Pengendara motor membawa anak-anak kehujanan tak sempat berteduh. Ibu-ibu terpaksa berjalan kaki. Pedagang-pedagang kaki lima digusur. Sementara katanya. Lalu keesokan harinya, Obama berpidato bahwa Indonesia tak seperti dulu lagi. Jalan-jalan lancar, katanya. Pak Beye yang berdiri di sebelahnya tersenyum mesem-mesem seperti anak gadis baru dilamar.

Ini bukan cerita tentang Obama, Nak. Insya Allah, dia orang yang lebih baik dibanding pendahulu-pendahulunya. Mari kita doakan.

Teman-temanku dibuat sibuk. Pagi-pagi sekali mereka sudah mengantri di logistik untuk mengeluarkan alat-alat liputan, siap memberitakan apa saja tentang kedatangannya. Seperti biasa, kami pekerja stasiun TV harus berlomba. Euforia Obama di mana-mana. Mungkin bila ada anak yang lahir hari itu, bisa jadi dia diberi nama Obama. Sejenak kita dibuat lupa pada Wasior, Mentawai dan Merapi yang baru saja dihantam bala.

Narasi bernuansa sastra disajikan Ochan dengan sangat menarik seakan membawa pembaca larut dalam kisah-kisahnya. Tak ada kesan menggurui dalam buku ini. Ochan dengan lincah merangkai kata-kata dalam harmoni yang indah. Petuah-petuah yang disampaikan begitu membumi, karena begitu dekat dengan keseharian, begitu lekat dengan rutinitas kita sesungguhnya. Saya merasa buku ini menjadi “gue banget” karena merefleksikan cinta sejati sang ayah kepada anaknya. Menyajikan sebentuk romansa keluarga yang inspiratif dan penuh makna. Saya seakan menyaksikan diri saya di “cermin” sepanjang membaca buku ini. Tak salah bila sutradara terkenal, Riri Riza menyampaikan testimoni mengenai “River’s Note”: “Cerita tentang kota, bangsa, dan berbagai peristiwa. Lebih dari itu, ini surat cinta yang menyentuh dari seorang ayah kepada anaknya. Saya sangat menikmatinya”.

Ochan yang lahir di Watampone Sulawesi Selatan, 13 November 1978 dan 2 tahun lalu menerbitkan novel “Mencari Tepi Langit” (Gagas Media), juga mengangkat sisi-sisi yang akrab dengan kebudayaan Bugis, tempat ia tumbuh besar. Pada tulisan “Malaikat yang Terinjak Sayapnya” (halaman 217) misalnya, suami dari Desanti Sarah ini menulis

Di kultur ayahmu ini, Nak, ada yang disebut pattola palallo. Arti kata per katanya aku tidak paham benar, yang pasti kalimat itu sering diucapkan sebagai doa. Ketika orang-orang tua melihat anak kecil, mereka biasanya berucap “tannapodo pattola palallo ko wa, Na’.” Artinya seorang anak diharapkan menjadi pattola palallo, tumbuh dengan menjadi lebih baik daripada orangtuanya. Jika bapaknya doktorandus, sang anak diharapkan akan menjadi doktor, misalnya. Kalau bapaknya dulu ranking 39, sang anak bolehlah ranking 38 atau 37. Intinya, menjadi lebih baik. Maka, bisa jadi orang Bugis yang paling sial adalah yang bapaknya profesor, karena mau jadi apa lagi dia yang lebih hebat dari profesor? Kompresor, mungkin.

Sebagai orang bugis, Nak, dari lubuk hati yang paling dalam aku juga berharap kamu menjadipattola palallo, menjadi lebih baik daripada kami di segala aspek. Pendidkan, soisal, ekonomi, religi, dan lain-lain. Tapi kamu tak perlu merasa terbebani, toh standar kami juga tidak tinggi-tinggi amat. Kalau tadi aku menyinggung orangtua yang ranking 39, ketahuilah, Nak, bahwa itu adalah aku, ayahmu ini sewaktu berguru di bangku SMA.

Sampai di sini, mari kita coba mendiskusikan sesuatu. Bila Allah SWT memberi umur panjang, mungkin pada saat kamu membaca ini, aku masih ada di ruang tengah membaca buku, atau di teras belakang rumah kita memberi makan ikan koi. Bila kamu tidak sedang sibuk pacaran, hampirilah aku. Insya Allah, aku adalah ayah yang selalu membuka ruang diskusi. Bahkan ruang debat, bila perlu. Open mind for different view. Begitu kata Metallica dalam lagu Nothing Else Matters, Nak.

Tulisan-tulisan Ochan di buku ini tidak melulu menyajikan hal-hal serius dan menerbitkan rasa haru pada pembacanya. Bagai seorang koki handal, penulis yang menjadi participant writer dalam Makassar International Writers Festival 2012 ini, memberikan sentuhan humor yang renyah pada tulisannya yang membuat pembaca tersenyum-senyum sendiri.

Buku ini terdiri atas 7 Bab (dengan isi masing-masing 7 - 8 tulisan) yaitu “Mencintai & Mensyukuri Hidup”, “Kehormatan dan Integritas Diri”, “Cinta yang tak kenal batas”, “Bisik Nurani”, “Ujian vs Kesabaran”, “Asa dan Doa”, dan “Melihat Lebih Dekat”. Beragam setting peristiwa tersaji dalam ulasan yang cerdas dan bernas. Juga kritis. “Surat Cinta” sang ayah ini tidak hanya sekedar menjadi catatan kenangan Ochan kepada sang putra namun menjadi rujukan bermanfaat buat kita semua dalam menjalani hidup dan kehidupan, dengan lebih baik dan bermakna. Terimakasih Ochan!

 

Membaca dan Menikmati Novel 3600 Detik Karya Charon

Sandra sangat terpukul ketika orangtuanya bercerai…. Dan hatinya semakin sakit ketika ayahnya memutuskan ia harus tinggal bersama ibunya, yang selama ini tak pernah dekat dengannya. Kemarahan yang menggelora menjadikan Sandra remaja yang bandel. Berulang kali ia dikeluarkan dari sekolah karena kenakalannya di luar batas. SINOPSIS.

Akhirnya ibunya memutuskan untuk pindah kota. Mungkin suasana dan lingkungan baru akan mengubah perilaku putrinya. Namun di sekolahnya yang baru ini Sandra sudah bertekad untuk membuat dirinya dikeluarkan lagi. Ia bertekad akan membuat ulah agar para guru tak tahan terhadapnya. Namun ia salah perkiraan. Pak Donny, sangat sabar menghadapinya. Wali kelasnya itu berpendapat, mengeluarkan Sandra berarti menuruti keinginan anak bandel ini.

Namun, lambat laun Sandra berubah. Orangtua maupun gurunya heran. Mereka yakin, Leon-lah yang membuat gadis itu berubah. Mereka juga bertanya-tanya, kenapa Leon bisa bersahabat dengan Sandra, sementara murid-murid yang lain justru menjauhi gadis urakan itu. Apa yang membuat Leon tertarik padanya, padahal keduanya bagaikan langit dan bumi. Leon adalah anak rumahan yang manis, bintang pelajar, sopan, tekun… berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Sandra…

========================================================================

Saya tak pernah merencanakan hari ini, Rabu 16 Mei 2012 membaca sebuah novel bagus karya Charon. Anda bisa berhubungan dengannya melalui email [email protected] . Alamat email itulah yang saya dapatkan dari buku novel 3600 detik karya Charon.

Saya benar-benar menikmati novel ini dan tak beranjak dari ruang piket. Ketika saya temukan buku novel ini di meja ibu Gita, dan meminjamnya, saya tak menduga akan mendapatkan cerita yang sangat menginspirasi dan mencerahkan. Saya pun hanyut dalam beberapa jam melumat habis isi novel yang banyak mengandung pembelajaran ini.

Bila anda membaca sinopsisnya di atas, maka anda akan langsung tertarik untuk membacanya. Begitupun dengan saya. Rasa penasaran itu semakin menjadi ketika saya membaca perlahan isi sinopsis novel yang hanya 3 alinea saja. Saya pun tergoda untuk membaca isi novelnya dari lembar pertama sampai terakhir.

Saya baca halaman demi halaman. Saya baca kalimat demi kalimat tentang kisah sepasang anak manusia yang bertolak belakang. Sandra dengan kenakalannya, dan Leon dengan prestasinya. Novel ini membuka mata saya sebagai seorang pendidik untuk mampu memperlakukan anak didik dengan sabar dan penuh kasih sayang. Sebandel dan senakal apaaun Sandra, dia tetap anak manusia yang butuh kasih sayang orang lain. Bila di rumah dia tak mendapatkan itu, maka lingkungan sekolahnya bisa menjadikan dia manusia yang mengerti akan kehidupan orang lain.

Terharu saya membaca kisah fiksi yang dituliskan oleh Charon yang diterbitkan oleh penerbit Gramedia. Charon mampu berimajinasi dan sangat kreatif sekali menulis detil demi detil kejadian yang dikisahkan seolah-olah nyata. Saya pun salut dengan mbak Ike yang telah mampu mengeditnya dalam waktu 6,307,200 detik sehingga novel ini mudah dicerna oleh pembaca. Biar bagaimanapun, seorang penulis memerlukan seorang editor untuk membantunya mengedit naskahnya agar renyah dibaca dan sampai pesannya.

Sebenarnya kisahnya sederhana. Sandra dengan rasa kecewa kepada orangtuanya, dan Leon dengan penyakit jantungnya yang kronis. Namun hal yang sangat luar biasa adalah Charon mampu mengisahkan atau mengangkat hal yang sederhana itu menjadi sebuah cerita yang romantis dan mengandung pembelajaran penting bahwa hidup manusia sudah ada yang mengaturnya. Bila pemilik bumi dan langit sudah memanggilnya, tak ada seorangpun yang bisa menghalanginya.

Novel ini memberi pembelajaran, bahwa sebuah perceraian walaupun dilakukan dengan baik oleh kedua orang tua, tetap saja menyisakan nestapa bagi anaknya. Dia akan merasakan kepedihan yang mendalam dari perpisahan kedua orang tuanya. Jiwanya yang labil akan menyakiti dirinya sendiri. Untunglah Sandra dalam kisah ini bertemu dengan teman dan guru yang baik hati. Teman yang mau menerimanya apa adanya, dan guru yang penyabar dengan bentuk hukuman yang membuat peserta didik sadar bahwa dirinya telah melakukan kesalahan.

Kenakalan anak di luar batas, pasti ada masalah yang harus ditemukan oleh seorang guru. Bantuan teman sebaya telah membantu Sandra menemukan dirinya kembali, walaupun akhirnya dia harus kehilangan sahabat terbaiknya. Penyakit jantung Leon sudah masuk dalam kategori yang sangat mengkhawatirkan. Sandra pun harus menerima kenyataan pahit bahwa orang yang disayanginya meninggal dengan tenang setelah 3600 detik bersamanya di tempat rekreasi.

Wow, novel ini sungguh sangat bagus sekali dibaca oleh para orang tua, guru dan anak sekolahan. Mereka harus membaca dan belajar dari konflik anak dan orang tua. Peran guru dibutuhkan untuk memotivasi siswa yang mengalami masalah keluarga. Biar bagaimanapun tak ada anak yang bodoh. Kepekaan guru akan masalah yang dialami peserta didik membuat pak Dony dalam novel ini sungguh menginspirasi saya sebagai seorang pendidik. Adanya teman yang senasib dan sependeritaan membuat Sandra dan Leon akhirnya saling melengkapi dan membuat mereka akhirnya berprestasi.

Saya menyarankan anda membaca novel 3600 detik ini. Bagi anda yang sudah membacanya, tentu anda akan sependapat dengan saya kalau novel ini sangat bagus isinya. Tak salah bila novel ini terus dicetak ulang dan ditahun 2010 saja sudah masuk dalam cetakan keempat. Saya yakin di tahun 2012, mungkin sudah masuk cetakan keenam karena bagusnya novel ini untuk dibaca banyak orang. Saya lihat sudah banyak orang menuliskan resensinya di internet.

Akhirnya, saya adalah orang yang beruntung membaca novel 3600 detik karya charon. Meskipun novel ini sudah terbit di tahun 2008, dan barangkali sudah difilmkan, saya bersyukur bisa menyempatkan diri membaca dan membuat resumenya. Semoga bermanfaat buat anda para pembaca.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Resensi Buku: Google Plus Social Media Masa Depan pengganti Facebook dan Twitter

Membaca buku Google Plus Social Media Masa Depan pengganti Facebook dan Twitter karya Nilla Essy, membuat saya tertegun sejenak dan berimajinasi. Buku yang diterbitkan oleh Kriya Pustaka ini membuka mata saya lebar-lebar bahwa Google plus ternyata memiliki keunggulan-keunggulan yang belum banyak diketahui orang banyak. Oleh karena itu, saya sarankan anda membeli buku ini, dan mempraktekkannya secara langsung dalam berselancar di dunia maya.

Buku Google plus Karya Nilla Esssy

Google sebagai situs pencari terbesar saat ini tentu tak mau ketinggalan untuk turut juga menciptakan jejaring sosial atau social media. Dengan begitu, google akan semakin dicintai oleh masyarakat penggunanya. Apalagi bila penggunaannya mudah dan membuat anda lebih gaul dengan google plus.

Buku Google Plus karya Nilla Essy yang memiliki blog pribadi di http://keritikentang.com menjelaskan dengan mudah tata cara pendaftaran atau registrasi sampai menggunakan fitur-fitur yang menawarkan sensasi baru. Kita pun dapat melakukan chatting, berteman secara privat, dan membuat conference yang lebih praktis atau live streaming video dengan beberapa orang sekaligus. Google plus memiliki semua fasilitas itu, dan segeralah anda mencobanya dan berselancar dengan media social yang menarik ini. Anda pun akan merasakan kenikmatan yang tak kalah dengan facebook atau twitter.

Buku setebal 143 halaman ini mampu membuat saya belajar secara mandiri dan mencoba langsung fitur google plus, baik dalam bentuk desktop browser maupun mobile application. Dijelaskan pula perbedaan google plus versi desktop browser dengan mobile browser, dan mobile application.

Hal yang menarik lainnya dalam buku Google plus ini adalah manfaat dan cara memaksimalkan google plus untuk berbagai profesi. Pokoknya sip deh!

Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com

Ilmu Ibunda yang Tak Terlupakan

Semalaman saya membaca buku karangan penulis terkenal Eka Budianta. Judulnya ilmu Ibunda. Mengenang Daoeni Andajani (Malang, 1935-Yogyakarta,2009). Buku ini dibuat oleh Mas Eka Budianta yang pada tanggal 30 Mei 2009, baru saja ditinggalkan ibunda tercintanya. Beliau menceritakan bagaimana ibundanya yang hanya mantan guru sekolah dasar (SD) telah menjadi orang biasa yang luar biasa karena begitu banyak ucapan duka cita yang ditujukan kepada beliau, sehubungan dengan meninggalnya ibunda tercinta. Bahkan seorang guru besar dan tokoh lingkungan, Prof. Dr. Emil Salim memberikan salam duka citanya yang mendalam melalui email dan SMS.

Buku dengan tebal 104 halaman ini telah menggugah hati dan perasaan saya betapa besar jasa seorang ibu kepada anak-anaknya. Betapa ibu mengajari menulis, mencintai lingkungan, dan menggembirakan Tuhan Yang Maha Esa, menyenangkan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan menuliskan sebuah Tulisan yang berjudul Kegembiraan Ilahi untuk anaknya Eka Budianta yang berulang tahun ke-50. Ditulisnya dengan penuh kasih sayang dari tanggal 1 s.d. 10 Nopember. Sebuah tulisan yang sangat menyentuh hati bagi siapa saja yang membacanya dengan hati pula. Bercerita tentang anaknya dari tahun ke tahun yang penuh dengan lika-liku sejarah perjuangan bangsa. Tulisan seorang ibu yang selalu sayang dengan anak-anak-anaknya yang kini telah membesar, melupa, dan menua dengan banyaknya uban di kepala.

Dalam cover belakang buku ini dituliskan, “Bahkan bebek adalah ibu yang baik”, kata seorang cucu ibu yang bernama Pandusetia. Ia nomor 2 dari 22 cucunya. Ketika masih di Taman Kanak-Kanak ia suka bernyanyi: Be kind to your wet footed friend. For the duck may be some body’s mother.” Ayo bersikap ramah kepada teman yang berkaki basah. Bahkan bebek bisa jadi seorang ibu.

Induk bebek liar yang bersarang di atap rumah, bisa mengajar anaknya berenang di danau. Bagaimana caranya? Setelah semua telurnya menetas, ia dorong anaknya satu persatu ke dalam pipa talang. Sepintas seperti kejam. Tetapi bayi-bayi bebek itu selamat dan jadi besar. Mereka jatuh ke selokan dengan air yang mengalir ke sungai kecil. Sungai itu bermuara di danau. Di sanalah anak-anak bebek belajar mencari makan, sampai besar dan mampu terbang ke atas gedung tempat mereka menetas.

Membaca buku ini, saya menemukan seorang Eka Budianta yang sangat luar biasa karena mendapatkan ilmu dari ibundanya. Eka Budianta adalah seorang penulis handal yang namanya sudah dikenal oleh banyak kalangan, baik di Indonesia maupun Negara lainnya.

Eka Budianta Foto: Dian Kelana

Pertama mengenal beliau, saya begitu kagum padanya. Beliau bukan saja mampu menulis, tetapi memiliki kemampuan berbicara yang mempesona. Saya termasuk orang yang terkagum-kagum mendengar cerita beliau tentang pohon sawo yang diceritakannya secara alamiah dan ilmiah. Luar Biasa! Jarang kita temui orang seperti beliau yang memiliki kemampuan menulis dan juga berbicara.

Saya terharu membaca tulisan beliau dalam Prolog buku ini halaman 10. Seorang anak selalu membahayakan kehidupan ibunya, sejak ia masih berada di dalam alam kandungan. Saya telah dibesarkan oleh seorang ibu yang selalu terancam hidupnya. Bukan hanya oleh ancaman kesehatan, akibat gizi buruk di masa kecil, misalnya; tapi juga oleh banyak bahaya lainnya. Ibu menghadapi berbagai masalah rumah tangga, ekonomi, kenakalan anak-anak, perilaku masyarakat luas, maupun tragedi kehidupan dan berbagai bencana.

http://stat.ks.kidsklik.com/files/2009/12/dsc_2526.jpg

Kepala Pusbuk dan EkaBudianta, ketika menghadap Mendiknas bersama pemenang lomba naskah buku pengayaan tingkat nasional di gedung depdiknas

 

Buat anda yang belum membaca buku ini, bacalah! Anda akan mendapatkan ilmu ibunda yang sarat dengan pembelajaran kehidupan. Seorang ibu yang mampu mendidik anak-anaknya ke gerbang kesuksesan. Seorang ibu yang tidak mempunyai akta kelahiran tetapi mendapatkan akta kematian dari propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Buku ini saya dapatkan dari Pusat Perbukuan Depdiknas sebagai salah satu hadiah pemenang lomba penulisan naskah buku pengayaan tingkat nasional. Buku ini diterbitkan olh Taman Belajar Eugenia, Kota jababeka Cikarang Baru. Bagi anda yang ingin membaca buku ini, dapat membelinya di took buku Gramedia. Selamat membaca, dan tulislah resensi buku ini dari kaca mata anda sendiri!

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com