Sebagai orang yang dibesarkan dengan kondisi hidup sederhana atau ala kadarnya, saya tak pernah bermimpi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain biayanya yang sulit terjangkau perekonomian keluarga, tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sudah menjadi berkah tersendiri. Apalagi setelah lulus saya diterima di sebuah perusahaan perakitan motor yang cukup terkenal di Indonesia. Bekerja di pabrik motor menjadi satu-satunya pilihan untuk menghidupi diri sendiri.
Selama bekerja di pabrik motor tersebut, saya melihat teman-teman yang sudah puluhan tahun bekerja. Mereka nampak menikmati pekerjaannya dengan baik. Tak salah bila kemudian kalau mereka sangat professional di bidangnya.
Pimpinan saya pada saat itu menasehati kami yang muda untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Beliau melihat kemampuan saya yang memiliki kemauan belajar tinggi. Akhirnya, saya ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), dan alhamdulillah saya lulus untuk melanjutkan pendidikan ke IKIP Jakarta (sekarang bernama Universitas negeri Jakarta/UNJ).
Kuliah sambil bekerja ternyata butuh tenaga ekstra. Pimpinan saya di perusahaan motor tersebut menyarankan saya untuk memilih. Melanjutkan kuliah atau terus bekerja? Sebuah pilihan yang sangat sulit pada saat itu. Cukup lama juga saya merenung.
Bila saya melanjutkan kuliah, maka saya tak memiliki dana yang cukup untuk membayar uang kuliah. Bekerja adalah salah satu cara saya membayar kuliah yang harus dibayarkan setiap semester itu. Bila saya berhenti kuliah, saya merasa berat sekali. Sebab cita-cita saya ingin menjadi guru. Dengan menjadi guru saya berharap dapat membantu orang-orang yang kurang beruntung di bidang pendidikan. Saya akan mengamalkan ilmu keguruan saya untuk mereka yang membutuhkan ilmu yang dikuasai.
Syukur alhamdulillah, semester kedua saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Biaya kuliahpun gratis. Saya beranikan diri untuk mengundurkan diri dari pekerjaan dan ingin fokus kuliah saja. Kebetulan, saat itu saya sudah diterima oleh salah satu lembaga pendidikan terkenal untuk menjadi guru bimbingan belajar dan les privat. Honor menjadi guru bimbel sangat membantu saya dalam mencukupi kebutuhan selama saya menjalani pendidikan. Itulah titik balik dalam hidup saya.
Keberuntungan kembali berpihak kepada saya. Salah seorang dosen senior meminta saya menjadi asistennya, dan tak berapa lama kemudian Dekan fakultas dimana saya mengabdi menugaskan saya untuk mengajar di salah satu sekolah terkenal di Jakarta. Jadilah saya seorang guru yang belum lulus sarjana pendidikan, tetapi sudah menjadi guru komputer di SMP dan SMA.
Kesempatan itu jelas tak saya sia-siakan. Saya segera menyelesaikan sarjana pendidikan saya. Alhamdulillah selesai dalam waktu 4 tahun. Saya lalu dikukuhkan menjadi guru tetap di sekolah favorit itu hingga sekarang. Bahkan saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pasca sarjana. Dedikasi saya terhadap dunia pendidikan semakin “menggila” setelah saya dapat menyelesaikan studi S2 selama 2 tahun. Banyak ilmu tentang pendidikan yang saya dapatkan, dan saya bagikan melalui blog di internet. Saya tuliskan semua pengetahuan dan pengalaman saya menimba ilmu dan saya bagikan secara cuma-cuma di blog. Alhamdulillah, blog saya di http://wijayalabs.wordpress.com pernah menjadi juara pertama lomba blog dari pusat bahasa pada tahun 2009.
Masih banyak orang yang tidak seberuntung saya. Oleh karenanya, saya berusaha untuk membagikan apa yang saya peroleh kepada teman-teman atau orang lain yang kurang beruntung. Blog di internet menjadi tempat saya mencurahkan segala gagasan dan pikiran. Saya berusaha berbagi keberuntungan yang saya dapatkan kepada teman-teman guru di daerah. Indonesia yang luas, membuat saya berkeliling Indonesia dan menularkan virus menulis.
Saya berusaha menulis setiap hari melalui blog. Informasi seputar ilmu pendidikan yang saya dapatkan selalu saya bagikan melalui media blog di internet. Kompasiana kemudian menjadi tempat dimana segala hal saya tuliskan. di blog keroyokan ini saya terpilih menjadi guru paling ngeblog di tahun 2012.
Tentu saya harus bersyukur karenanya, dan berusaha untuk bekerja lebih baik. Saya terus berusaha untuk menjadi guru yang mampu memberi keteladanan kepada peserta didiknya. Sayapun ingin menjadi guru tangguh berhati cahaya yang pantang mengeluh. Bagi saya, menjadi guru adalah profesi yang sangat mulia, dan kemuliaan itu harus saya jaga dengan menuliskan apa yang saya kerjakan. Jadilah saya guru blogger yang senang menulis dan menginspirasi banyak orang melalui tulisan.
Saya berusaha berbagi keberuntungan yang saya dapatkan kepada teman-teman guru di daerah. Indonesia yang luas, membuat saya berkeliling Indonesia dan menularkan virus menulis. Sayapun sudah membuat dan menyusun buku dari hasil menulis di blog. Bagi saya, blog adalah alat rekam yang ajaib. Tulisan-tulisan saya dapat dengan cepat tersebar luas ke seluruh dunia.
Dengan saling terkaitnya media sosial lainnya, tulisan saya di blog terus mengalir bagai air. Saya pun memiliki mantra ajaib, “Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi”. Kalimat dalam mantra itu kemudian menjadi sebuah buku dengan kata pengantar Prof Arief Rachman dan Prof. Conny R Semiawan. Dua tokoh pendidikan yang saya kagumi, dan saya banyak berguru kepada mereka.
Para pembaca yang saya sayangi dan banggakan. Bila anda belum seberuntung saya, maka bersabarlah. Banyak orang sukses karena melalui pintu-pintu kesabaran. Saya juga mengalami masa-masa sulit, namun masa-masa sulit itu serasa menjadi mudah bila kita mampu bersabar diri. Teruslah belajar sepanjang hayat dan berbuat baiklah kepada orang banyak. “Banyak memberi akan membuatmu menjadi banyak menerima”. Itulah falsafah hidup yang saya dapatkan dari almarhum ayah.
Seorang wartawati kompas mendatangi saya di sekolah. Ketika saya sedang mendidik anak bangsa, saya kedatangan tamu. Saya tentu kaget didatangi oleh wartawati itu. Rupanya, jurnalis kompas ini begitu memperhatikan tindak tanduk saya di bidang pendidikan. Aktivitas saya dalam bidang pendidikan pun akhirnya banyak diketahui oleh publik yang membaca kolom sosok di rubrik kompas pada Selasa, 28 Mei 2013 halaman 16. Terima kasih kompas, dan terima kasih kepada semua orang yang mendukung saya untuk selalu memberi. Bukankah tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah?
Sosok Omjay di Koran Kompas
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com