Apa Padanan Kata ‘Landmark’ dalam Bahasa Indonesia?

Judul di atas merupakan pertanyaan yang tiba-tiba muncul saat menemukan kata ‘landmark’ secara kebetulan ketika melihat sebuah situs web yang bertuliskan “Lomba Desain Landmark Kota Bekasi”. Menariknya di sini hanya kata ‘landmark’ itu saja yang dibiarkan utuh, sementara kata yang juga berasal dari bahasa english yaitu ‘design’ sudah tepat di-Indonesia-kan menjadi ‘desain’.

Arti kata ‘landmark’ itu sendiri juga sangat banyak dan luas. Jika kita ketik di kamus.net maka akan ada beberapa jawaban yaitu: hal yang menonjol, kejadian peristiwa penting, penunjuk, sesuatu yg mudah dilihat atau dikenal. Sedangkan definisi bahasa Inggrisnya ada beberapa, salah satunya adalah: the position of a prominent or well-known object in a particular landscape.

Di situs lomba desain tersebut (http://landmark-kotabekasi.com) hanya ada penjelasan tentang apa itu ‘landmark’. Menurut mereka, ‘landmark’ diartikan sebagai segala sesuatu yang memudahkan untuk dikenali, dikenang, dan dikagumi, berkaitan monumen, bangunan, dan struktur lainnya. Harapannya sebuah ‘landmark’ juga bisa berfungsi untuk membantu orang dalam mengarahkan diri pada titik orientasi tertentu pada sebuah sebuah lokasi di Kota Bekasi.

Sepertinya belum ada padanan kata atau frasa yang tepat untuk ‘landmark’ ini. Beberapa pakar mencoba untuk memberi standar definisi kata ini, salah satunya justru dari seorang begawan marketing Prof. Hermawan Kartajaya yang mengartikan ‘landmark’ sebagai sebuah simbol visual yg mengindentifikasikan suatu kota berdasarkan bentuk visual tertentu yang kuat karena memiliki suatu yang khas dan tidak dimiliki daerah lain serta berada pada tempat strategis sebuah kota, dimana arah atau aktivitas saling bertemu.

Jika kita melihat contoh-contoh ‘landmark’ yang ada seperti Monas (Monumen Nasional) di Jakarta, Gedung Sate di Bandung, dan Jam Gadang di Bukittinggi, maka sebenarnya sudah tergambar dengan jelas tentang apa yg dimaksud dengan ‘landmark’ itu, namun menemukan kata atau frasa kalimat yang tepat untuk mewakili atau menggambarkannya memang cukup sulit.

Frasa ‘simbol penanda kota’ atau ‘ciri khas penanda suatu daerah’ sepertinya belum dapat mewakili kata ‘landmark’ secara efektif, karena masih terlalu panjang. Apa boleh buat, untuk kali ini kata ‘landmark’ eksistensinya belum tergoyahkan, hingga ada saat di mana nanti para pakar bahasa Indonesia dapat menemukan padanan kata ‘landmark’ ini dengan baik dan benar.

Oh iya, tentang Lomba Desain Landmark Kota Bekasi yang menjadi penyebab kata ‘landmark’ ini dibahas, silakan bagi yang ingin ikut serta bisa langsung saja kunjungi situsnya untuk pendaftaran, tidak perlu harus menunggu sampai padanan kata ‘landmark’ ini ditemukan. Atau mungkin justru akan menemukan padanan yang tepat ketika membuat desain untuk ikutan lomba? :) [bw]

Yuuk Berhenti Merokok

“Bang, ente tau gak kalau nich hari adalah hari tanpa tembakau sedunia”, tegur Sanip melihat Bang Nawi klepas klepus ngisep sebatang rokok kretek di warung mpok Ijah.

“Waduh, hari apaan lagi tuch … gue mah tahunya hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus ama hari lahir gue”, sahut Bang Nawi dengan cueknya.

“ya … makanya blog walking (berkunjung dari satu blog ke blog lain) dong kalau elo ngaku blogger, biar elo tahu kalau banyak blogger yang hari ini nulis tentang hari tanpa tembakau sedunia atau bahasa Inggrisnya World No Tobacco Day, contohnya disini nich”, ujar Sanip sambil nunjukin sebuah situs blog keren yang ada di telepon genggamnya.

“Ya Nip, gue kan blogger abal-abal … gue jarang blog walking, tapi kalau ada undangan acara blogger gue usahain datang, kan gue blogger kondangan”, bales Bang Nawi sedikit tersipu

“Terus hari tanpa tembakau sedunia tuch apaan”, tanya Bang Nawi kemudian sebelum si Sanip nyerocos nanya yang macem-macem.

“Gini Bang, dari yang gue baca di blog, hari tanpa tembakau sedunia adalah hari yang diperingati oleh badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) setiap tanggal 31 Mei. Hari tanpa tembakau sedunia dimulai sejak tahun 1997 sebagai bagian dari kampanye untuk membatasi konsumsi tembakau”, jelas si Sanip

“Terus kenapa perlu ada kampanye tanpa tembakau segala”, tanya Bang Nawi mulai penasaran

“Karena menurut data WHO, tembakau terbukti merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian orang dewasa di seluruh dunia. Kampanye diperlukan agar tidak muncul perokok-perokok pemula yang umumnya anak muda”, jelas Sanip

“Karena itu juga, tema kampanye tahun ini adalah “larangan pemberian sponsor, promosi dan iklan tembakau’. Tema ini diambil karena larangan iklan dan pemberian sponsor tembakau merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi permintaan akan tembakau dan mengurangi jumlah perokok pemula” papar Sanip lebih jauh

“Wah hebat elo Nip, bisa jelasin panjang lebar soal hari tanpa tembakau sedunia”, ujar Bang Nawi dengan nada sedikit iri

“ha ha ha … enggaklah Bang, gue kan cuma baca dari blog ini. Yang hebat tuch blogger-blogger yang nulis tentang hari tanpa tembakau sedunia, mau bantu ikutan kampanye, padahal gue tahu gak ada yang bayar, bukan pay per posting. Sempet-sempetnya si blogger cari bahan tulisan untuk blog dan tahu kalau hari ini merupakan hari tanpa tembakau sedunia”.

“Terus emangnya efektif kampanye hari tanpa tembakau sedunia, gue aja kagak tahu?” sela Bang Nawi

“Iye sich … seperti yang dituliskan di blog, bisa jadi kampanye yang dilakukan masih kurang efektif dibandingkan iklan rokok. Tapi setidaknya bisa mengingatkan kalau merokok itu berbahaya bagi kesehatan seperti apa yang ditulis di bungkus rokok” jelas si Sanip.

“Benar juga elo Nip, mungkin itu sebabnya para blogger di Beblog gak ada yang merokok. Gue gak pernah lihat Bang Komar, jawara Bekasi yang aktif ngeblog ngerokok. Begitu juga blogger sehat yang jadi guru”

“Om Jay maksud Abang?”, sela Sanip sebelum Bang Nawi menyelesaikan kalimatnya

“Iye ye .. om Jay dan satu lagi penasihat BeBlog yang juga 86 ukuran badannya dengan om Jay setahu gue kagak ngerokok. Elo sebutin deh di Beblog siapa yang merokok, elo pasti kesulitan ngejawabnya”, ujar Bang Nawi sambil mematikan rokoknya yang masih setengah batang.

“Hari ini gue berhenti ngerokok dulu dech, ngikutin kampanye hari tanpa tembakau sedunia”, sambung Bang Nawi

“Mantab Bang, mudah-mudahan besok-besok abang bisa berhenti merokok selamanya”, ujar Sanip menutup pembicaraan

“Amiiin … tks atas doanya Nip”

Peran Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Dunia Pendidikan

Pendidikan memiliki arti yang sangat besar bagi bangsa ini. Para pendiri bangsa ini menjadikan pendidikan sebagai salah satu jalan menuju tercapainya cita-cita luhur kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai bukti pentingnya pendidikan bagi bangsa ini, hal tersebut tertera dalam konstitusi dan diperkuat lagi lewat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2013.

Mengingat besarnya tanggung jawab dan berbagai problematika pendidikan tersebut, negara mengamanahkan pendidikan menjadi tanggung jawab negara dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 8, bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Tujuan dari Pasal 8 ini, agar menjamin pemerataan kesempatan dan kualitas pendidikan.

Dengan adanya Pasal 8 ini, masyarakat (baca: sekolah swasta) memiliki hak dan tanggung jawab melaksanakan pendidikan. Dalam perkembangannya, peran masyarakat ini memiliki nilai signifikan dalam membangun pendidikan nasional.

Hal yang paling aktual terkait peran startegis masyarakat ini adalah hasil ujian nasional untuk tingkat sekolah menengah yang baru diumumkan Jumat (24/6). Saya sangat bersyukur dengan tingkat kelulusan siswa-siswi Kota Bekasi yang mencapai 100 %. Ini sebuah prestasi yang membanggakan.

Kita menyadari bahwa ujian nasional kali ini adalah ujian dengan pelaksanaan yang cukup murni. Sebagai parameternya, tingkat diverifikasi soal yang semakin banyak, soal diterima sekolah menjelang pelaksanaan ujian dan pengawasan yang cukup ketat dari pihak pengawas independen (kampus).

Sekolah-sekolah swasta mendominasi perolehan nilai yang tertinggi tersebut. Siswa SMA jurusan IPA, enam terbaik pertama diraih oleh sekolah swasta baru peringkat ketujuh hingga sepuluh diraih oleh sekolah negeri. Demikian juga untuk jurusan IPS, peroleh hasil ujian terbaik adalah siswa sekolah swasta kemudian berselang seling antara sekolah negeri dan swasta. Dengan komposisi sekolah swasta 40 % dan sekolah negeri 60 %. Untuk SMK, hasil ujian terbaik diperoleh oleh SMK Negeri 1 Bekasi kemudian berselang seling dengan SMK swasta. Dengan komposisi 30 % sekolah negeri dan 70 % sekolah swasta.

Ini semua memberikan penyadaran kepada kita bahwa peranan sekolah swasta tidak boleh dianggap remeh. Hal ini menjadi introspeksi bagi sekolah negeri untuk bisa bersaing dengan sekolah swasta bahkan harus lebih unggul dari sekolah swasta.

Pada sisi yang lain, hal ini menunjukkan seharusnya tidak ada lagi dikotomi antara sekolah negeri dan swasta atau sekolah-sekolah swasta yang ada saat ini bukanlah sekolah-sekolah yang marjinal dan dipandang sebelah mata.

Kesadaran seperti ini menjadi penting saat menjelang PPDB. Jika masyarakat bisa memahami tidak ada lagi dikotomi antara sekolah swasta dan negeri maka semua pihak akan mendukung penerapan PPDB online 100 %. Dan bagi siswa miskin yang sekolah di swasta tetap mendapat subsidi pendidikan dari pemerintah. Sementara pihak swasta bisa memberikan keringan kepada siswa yang kurang mampu. Disinilah letak kebersamaan antara masyarakat (sekolah swasta) dan Pemerintah daerah.

Dengan demikian kebersamaan dan rasa saling berbagi tanggung jawab terjalin, saya optimis tidak akan terjadi lagi gonjang ganjing dalam dunia pendidikan. Terutama ketika pelaksanaan PPDB. Dan jika kebersamaan bisa terwujud, maka hal ini merupakan titik awal (starting point) bagi peningkatan pendidikan yang lebih baik.

Perjalanan Panjang Menuju Asean Blogger Festival 2013 di Solo

Foto bersama setelah sarapan pagi di Tegal

 

Keikutsertaan saya di Asean Blogger Festival 2013 di Solo, sebenarnya sebuah berkah yang harus disyukuri. Mengikuti dinamika bagaimana serunya saat mencari maupun memilih utusan yang akan dikirim ke sana saja sudah merupakan hiburan tersendiri.

Saya yang dari awal hanya menjadi silent reader, memang tidak ingin ikut dalam kontes ini. Ini dikarenakan saya menyadari, bahwa saya termasuk orang baru di Blogger Bekasi, dimana kiprah maupun kontribusi saya belum seberapa, atau malah belum ada sama sekali. Juga sedikit trauma dengan kejadian pada acara yang sama ke Bali tahun lalu, dimana saya gagal berangkat.

Tapi nampaknya Tuhan kali ini memberi saya kesempatan untuk ikut acara ini. Ketika disaat terakhir “injury time” bung Vavai mengusulkan nama saya, yang kemudian diterima oleh forum setelah Omjay dengan kebesaran hatinya menarik diri dari pencalonan.

Keberangkatan saya menuju Solo berikut rombongan yang berkumpul di terminal bus Lebak Bulus, sebenarnya juga tidak berlangsung mulus. Sebagai promoter bung Vavai memang membantu saya dengan dengan mentransfer sejumlah uang. Tapi saya meninggalkan uang tersebut di rumah sebagai uang belanja selama saya berada di Solo, dan mengambilnya sedikit buat transport ke Lebak Bulus. Untuk makan di perjalanan, istri saya membekali dengan dua bungkus nasi, dengan pertimbangan perjalanan Jakarta Solo yang lebih dari 10 jam.

Beberapa hari sebelum berangkat, saya membuat janji dengan Maria Sitinjak, dari Detik Blogger yang kebetulan tinggalnya juga di Tomang untuk berangkat bareng menuju Lebak Bulus. Namun pada hari H, Maria nampaknya lupa untuk minta izin pulang dari kantornya lebih cepat dari biasanya, sehingga waktu saya hubungi 2 jam menjelang keberangkatan dari Tomang, dia masih berada di kantor.

Perjalanan panjang selama 17 jam dimulai

Selesai Shalat Magrib, saya berangkat menuju Lebak Bulus. Dari Tomang saya naik Kopaja 88 menuju Slipi. Dari Slipi saya beruntung mendapatkan Kopaja 86 menuju Kebayoran Lama, dan dari kebayoran lama saya menyambung lagi dengan Busway ke Lebak Bulus. Sebenarnya Kopaja 86 ini trayeknya adalah ke Lebak Bulus, namun sore itu sopirnya mengatakan bahwa mereka hanya sampai ke Kebayoran lama.

Keputusan naik kendaraan secara bersambung ini adalah untuk mengantisipasi kemacetan panjang dari Grogol hingga Lebak Bulus bila saya naik busway dari Grogol yang harus memutar dulu ke Pesing, Kedoya, Kebun Jeruk, Jalan Panjang, Permata Hijau dan Kebayoran lama dan seterusnya ke Lebak Bulus.

Sampai di Lebak Bulus begitu masuk terminal setelah turun dari busway, saya sudah disongsong oleh calo bus. Walaupun sudah mengatakan bahwa saya ikut rombongan dengan mobil carteran, nampaknya dia tidak percaya. Mungkin dalam pikirannya, mana ada mobil carteran malam-malam begini menuju Solo. Dia lalu terus berusaha menggiring saya menuju mobil yang diageninya. Melihat kondisi seperti itu, naluri ingin tahu saya mencuat keluar, lalu menuruti saja kemana saya dibawa, untuk itu saya harus mengeluarkan uang seribu rupiah untuk masuk terminal. Selama dalam perjalanan menuju loket bus, si calo tetap saja nyinyir bertanya, walau sudah saya katakan saya berangkat dengan bus Gajah Mungkur. Dia tetap membantah mana ada lagi bus Gajah Mungkur malam ini.

Srikandi blogger yang tangguh, mengikuti perjalanan panjang menuju Solo

Setelah melewati terminal yang kosong lalu memutar memintas melalui gang di belakang WC, kami sampai di deretan loket bus yang sebagian diantaranya sudah tutup. Di sebuah loket yang masih terbuka saya di suruh masuk, dan si calo mengatakan bahwa saya mau ke Solo kepada wanita petugas loket. Saya lalu mengatakan bahwa saya tengah menunggu bus carteran kami.

“Pake bus apa pak?” Tanya si wanita penjaga loket.
“Gajah Mungkur”
“Loket Gajah Mungkur sudah tutup, pak!” Kata si calo menyambar
“Iya, tapi kami sudah mencarternya, dan sekarang busnya lagi menuju kesini”
“Lho bapak bilang dong dari tadi…!
“lho, aku wes ngomong tho, karo jenengan?

Mendengar saya menjawab dalam bahasa Jawa dengan nada sedikit meninggi, si calo mulai melunak. Dia lalu mengajak saya keluar dari loket, lalu menuju deretan loket bus yang sudah tutup dan gelap.

“Tuh, loket Gajah Mungkur pak, sudah tutup…” lalu calo itu berlalu dari hadapan saya dengan wajah kecewa, karena kali ini dia tidak mendapat yang dia harapkan.

Saya lalu berlalu menuju ke arah belakang deretan loket. Terus turun ke halaman luas dimana biasanya bus antarkota, parkir menunggu keberangkatan. Saya lalu menelpon Komar, ketua rombongan yang akan mengawal kami menuju Solo, menanyakan posisi dia dan juga bus. Katanya bus sudah dalam perjalanan menuju Lebak Bulus, posisi terakhir di jalan tol TB Simatupang.

Selesai menelpon Komar, tak lama berselang Anazkia menelpon, rupanya dia sudah berada di depan terminal, saya mengarahkan dia untuk menunggu di depan halte busway. Saya lalu berjalan kembali melintasi deretan loket bus antarkota, lalu belok kanan melewati kantor terminal, lalu berjalan di sela-sela angkot yang berbaris menuju pintu keluar terminal. Dari jauh saya melihat Anazkia berdiri di sudut luar halte busway.

Karena baru kami berdua yang datang, kami lalu menunggu teman-teman lain di sebuah warung soto dimana Anazkia tadi menitipkan barang bawaannya, tas dan buku-buku yang hendak dibawa ke Kediri. Tak lama kemudian HP saya berbunyi. Rupanya dari Komar yang sudah berada di terminal bersama bus Gajah Mungkur yang akan membawa kami menuju Solo.

Tak lama kemudian anggota rombongan yang lain juga menyusul berdatangan. Saya yang beberapa kali bolak-balik dari halte busway ke terminal antar kota tak lagi disapa oleh para calo bus antarkota yang bersileweran di sana, begitu juga teman-teman yang datang juga tak lagi diganggu saat mereka mengatakan bagian dari rombongan yang ke Solo.
Lewat jam 22.00 jadwal bus diberangkatkan, dua orang lagi masih terkurung di kemacetan di Pondok Indah, Babeh Helmi dan Maria Sitinjak. Suatu kebetulan mereka bertemu dalam busway yang sama.

Jam 22.44 akhirnya mereka sampai di terminal Lebak Bulus, begitu mereka naik dan menempati tempat duduk, bus pun meninggalkan Terminal membawa 34 orang Blogger dari berbagai Komunitas di Jabodatabek.

Perjalanan malam membuat saya bisa menikmati istirahat yang agak lumayan, setelah seharian kurang istirahat. Untuk memberikan gambaran posisi kami kepada teman-teman di Solo maupun yang di Jakarta, secara berkala saya mengirimkan foto-foto daerah ataupun kota yang kami lewati dengan hp saya dan meng-uploadnya di Facebook dan Twitter melalui applikasi Instagram.

Sarapan pagi dengan menu tunggal, Popmie plus kopi

Subuh kami sampai di Brebes. Selesai shalat kami sarapan, kebanyakan aggota rombongan sarapan dengan pop mie. Dari Timur saya melihat matahari mulai memancarkan bias cahayanya dari ufuk. Beberapa teman mencoba mengabadikannya, begitu juga saya. Sebelum melanjutkan perjalanan kami menyempatkan diri foto bareng, karena dari semalam kami belum sempat melakukannya.

Melewati pantura di pagi hari saya sengaja duduk di depan, dekat cabin sopir yang dibatasi dengan dinding dan pintu kaca ruang penumpang. Dengan kamera serta hp ditangan saya mengabadikan perjalanan kami, terutama bila memasuki kota-kota pantura.

Pukul 13. 30 siang kami sampai di Boyolali. Kami singgah makan siang di sebuah rumah makan. Teman-teman yang sedari tadi mengeluh kelaparan segera meninggalkan bus dan masuk ke rumah makan. Saya lalu membawa bekal nasi bungkus yang berada di tas punggung dan membawanya ke rumah makan. Sementara teman-teman mengantri untuk mengambil makanan masing-masing saya mengajak Anazkia untuk makan bareng. Tapi sebelumnya saya memeriksa dulu nasi yang disiapkan istri saya itu, apakah masih baik ata sudah basi, maklum sudah lebih dari 20 jam sejak saya berangkat dari rumah.

Rupanya nasi itu masih bagus dan tidak basi, namun tentu saja dingin, apalagi terletak di ruangan bus yang berpenyejuk udara. Sementara lauknya berupa ikan sarden yang diletakkan terpisah, juga aman untuk disantap. Tapi rupanya Anazkia ingin menghangatkan nasi itu, dia lalu mencari lauk lain yang masih hangat di rumah makan itu, setelah mendapatkannya, kamipun menikmati hidangan darurat itu.

Setelah semua selesai makan dan shalat zuhur, kami melanjutkan perjalanan. Informasi dari teman-teman yang sudah mengenal daerah sana mengatakan bahwa kota Solo sudah dekat, mungkin hanya sekitar satu jam lagi.

Sekitar jam 15.30 kami memasuki kota Solo. Namun disini kami mengalami sedikit blunder. Rupanya pengemudi tidak tahu dimana alamat hotel Kusuma Sahid tempat kami diturunkan, sehingga mutar-mutarlah kami beberapa saat. Hingga akhirnya sopir pengganti turun dan bertanya sama tukang parkir, lalu menunjukkan lokasi hotel Kusuma Sahid.

Setelah sampai di Kusuma Sahid kamipun turun dari bus, setelah menempuh perjalanan hampir 17 jam. Setelah melakukan registrasi ulang, rupanya saya mendapat tempat di Hotel Sahid Jaya, yang letaknya sekitar satu klimeter dari Kusuma Sahid.

Sewaktu akan berangkat ke Sahid Jaya, seorang teman dari komunitas tetangga, mendekati saya. Sambil menyelipkan sejumlah uang di tangan saya dia berbisik “Dari Super Admin”. Saya langsung bersyukur atas penberian itu, karena saat itu saya hanya mengantongi sisa uang naik busway di Jakarta kemarinnya. Setelah mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih, sayapun lalu menuju bus yang akan berangkat ke hotel Sahid Jaya.

Ayank Mira yang ikut sebagai panitia dengan wajah terlihat letih karena sibuk ikut mempersiapkan acara ini walaupun tetap tersenyum, menyambut dua sahabat karibnya yang walaupun tersenyum namun tetap memperlihatkan wajah yang kelelahan menempuh perjalan panjang Jakarta-Solo

Pengakuan Ahmad Fatonah Sangat Menguntungkan PKS

Saya terkejut mendengar pengakuan ahmad fathonah (AF) di televisi. Ternyata af punya hutang sama ustadz lhi dan dia tak berniat memberikan uang 1 milyard utk pks. Af pun minta maaf kepada pks atas perilakunya yang tidak terpuji. Terbukti, af bukan kader pks, dan hanya teman ustadz lhi saja.

Kebenaran semakin terkuak. Pada akhirnya kebenaran itu akan menemukan jalannya sendiri. Kekuatan sosial media yang tidak memihak akan menjadi senjata yang membuktikan kebenaran itu.

Saya bukan kader pks. Bukan juga simpatisannya. Namun saya melihat pks akan diuntungkan dengan pernyataan af ini. Kita tunggu saja persidangan berikutnya. Pasti akan semakin seru.

Publik juga semakin tahu bahwa opini media yang mencap pks menjadi partai korupsi sapi akan membuat pks menjadi semakin bersinar di pemilu 2014. PKS akan terbukti menjadi partai yang amanah dan jauh dari korupsi. Semoga saja demikian.

Perlu kita ketahui, setiap kader pks yang dijadikan tersangka oleh kpk terbukti tidak bersalah di pengadilan. Kasus misbahkum misalnya, ternyata di persidangan beliau terbukti tidak bersalah. Akankah Ustadz LHI akan bebas?

Akan ada episode baru tentang anas urbaningrum dan andi malaranggeng dari partai demokrat yang akan jauh lebih dahsyat dari kasus af dan lhi ini. Semoga media bisa fair memberitakannya.

Saya yakin ustadz lhi tak bersalah dan pasti beliau akan bebas karena bukti yang ada dapat dipatahkan di pengadilan. Nama pks pun semakin bersinar dan kita akan melihat pks akan menemui kejayaannya.

Pengakuan ahmad fatonah atau af jelas sangat mengagetkan publik. Apalagi acara itu disiarkan secara live di televisi. Semoga kebenaran terkuak dan pks menjadi partai teladan dambaan umat.

Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com

Asean Blogger : Belajar Pembangunan Berbasis Budaya

Sebuah keberkahan saya ikut ASEAN Blogger Festival di Solo, 9-12 Mei 2013. Dialog kebudayaan melalui interaksi antar blogger dari berbagai daerah dan negara menjadi akselerasi ide dan pemikiran. Peserta juga diajak singgah ke beberapa tempat di Solo. Diawali dengan welcoming dinner di rumah Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo hingga penutupan di Keraton Solo. Satu hal yang amat berkesan bahwa Solo mampu membangun dengan budaya dan kearifan local. Hal itu kentara terlihat dalam pola laku dan aktivitas Kota Surakarta (Solo).

 

Surakarta, nama lain dari Solo, sungguh memang memberikan pelajaran kita. Daerah ini tidak punya Sumber Daya Alam (SDA) seperti minyak dan gas bumi. Namunn, nampaknya Daerah minus SDA ini lebih baik daripada minus SDM (sumber daya manusia-nya).

 

Kekayaan budaya tradisi dan kreatifitas menjadi unggulan dan modal penting perekonomian Kota Surakarta. khususnya bagi tumbuh kembangnya kegiatan pariwisata, budaya, olah raga perdagangan dan jasa. Hal ini terlihat saat acara Pagelaran Sendratari di Pura Mangkunegara. Sejumlah seniman cilik mementaskan tari. Adit (11) mengaku berlatih dua kali dalam sepekan. Setiap rabu dan Jumat. Cukup dengan merogoh kocek Rp. 20.000 per bulan, mereka bisa mengasah kehalusan budi dengan mempelajari tari-tarian. Karena tari-sastra adalah nafas peradaban. Dengan pipa ini, segala mumet dan pekak kontaminasi polusi peradaban bisa dihembuskan.

 

Surakarta atau lebih dikenal dengan panggilan Solo (Sala) bukan hanya salah satu kota Besar di Jawa Tengah, tapi juga salah satu kota yang besar karena kekayaan budaya dan adat istiadatnya. sebuah kota yang bisa hidup dengan mengandalkan industri kreatifnya. Batik, salah satunya. Batik kini menjadi trend dunia. Dan, hebatnya dengan kebijakan yang lebih mengedepankan pasar tradisional, yang menikmati boomin batik ini adalah rakyat banyak.

Kalau kita ingin menauladani langkah ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah merekonstruksi arsitektur budaya wilayah kita. Dalam konteks ini Bekasi. Bekasi Kabupaten khususnya. Baru kemudian hal-hal implementatif kita lakukan sebagai sub kultur dari desain besar Budaya Bekasi.

Menindaklanjuti gulana pemikiran, saya memprovokasi H. Sunaryo, salah seorang tokoh masyarakat Buni. Mengundang sejumlah kalangan untuk sharing soal Budaya Bekasi. Sejumlah kalangan hadir dalam acara kongkow-kongkow informal. Ternyata, peserta kongkow sepakat bahwa Bekasi sejauh ini kehilangan elan semangat untuk mendefinisikan Budaya Bekasi. Kehilangan identitas. Kita masih kekurangan definisi menyangkut apa yang dimaksud dengan Konstruksi Budaya Bekasi. Kagak danta. Karena itu kemudian menjadi PR bagi semua pemerhati budaya untuk melakukan re-inventing the cultural heritage of Bekasi. Menemukan kembali warisan budaya Bekasi.

Pun demikian, penerbitan Perda no. 7 tahun 2013 tentang Pelestarian Benda Cagar Budaya menjadi tonggak dari ikhtiar mendefinisikan Budaya Bekasi. Tinggal tugas kita selanjutnya menggiring pemerintah kabupaten untuk terus memprioritaskan perhatian terhadap Konstruksi Budaya Bekasi. Bagaimana pun intervensi dari pemerintah daerah menjadi faktor penting sebagai pijakan pembangunan teori budaya Bekasi.

Sebagai contoh Kota Solo, peran pemerintah daerah sangat penting dalam mengawal dinamika pembangunan budaya ini untuk terus bergerak dalam rel kerakyatan. Yang berpihak. Yang mensejahterakan dan mengangkat marwah daerah dan penduduknya.

Longok saja di Pasar Klewer, Solo. Dari ujung ke ujung batik dijajakan dalam rupa ragam yang variatif. Mulai dari lurik, daster, blankon, tas batik, wulung, sendal sepatu. Batik mampu menjadi roh dari kedigdayaan buaya lokal yang mampu mensejahterakan masyarakat. Dari ujung kaki sampai ujung rambut, semuanya bisa bernuansa batik. Sampai-sampai pesanpolitik pun nongol di sela-sela baju bocah seharga 20-35 ribuan. “Enak zaman ku to?” dengan gambar mantan presiden Soeharto. Sebuah dagelan nyinyir, nyindir.

 

Ini pelajaran penting. Mendorong budaya lokal menjadi trend harus diparaleli dengan kebijakan politik yang berpihak. Sebagai contoh, sayur pucung gabus merupakan kuliner asli Bekasi. Tapi ikan gabusnya sendiri harus diimpor dari Lampung. Ironis!

 

Artinya, gerakan horizontal dari masyarakat budaya dengan mengikhtiarkan budaya lokal masuk harus diiringi dengan perlindungan secara vertikal dari pemerintah. Butuh banyak akselerasi yang harus dilakukan. Butuh banyak intervensi untuk menstimulasi budaya lokal lebih sakti melawan mandraguna modern dan asing. Pelajaran berharga…[twitter : @bangkomarbekasi]

Ini saatnya meluangkan waktu !

Dalam suasana begini ngga ada yang mesti di sibukin soalnya malam, kalo siang pastilah serba sibuk. Kerjaan lebih banyak siang dari pada malam hari ini mungkin saatnya untuk meluangkan waktu yang senggang untuk membuat apa yang aku senangi, seperti inilah catatan sedang di buat dengan perkataan sendiri tak ada yang ajak ngobrol,tapi kalo dipikir balik secara langsung ngomong di liat banyak orang atau di muka umum takut di anggap orang gila.

Takut di kata ada orang ngomong sendiri dan jawab sendiri bisa ngga hari sesaat memahami apa sebabnya ??.. Kalo bagi aku itu namanya catatan memory yang ada di hati kita masing-masing, terkadang hati bingung saat mau melakukan kerjaan yang musti di lakukan sebelumnya selalu saja di ingat-ingat, pas sudah sampai semua sudah tersedia dengan lengkap malah terbengong-bengong. Pikirnya di kepala katanya hati, ( bingung gue mau bikin apaan ya ??.. )

Bagi yang awam pasti kalo yang tau aku di ketawain jadi malu deh.

Mencoba melakukan sesuatu tapi ragu, hati selalu banyak tanya, tapi tak ada yang ngejawab, padahal orangnya sendirian kok siapa yang di tanya dan siapa yang jawab paling tanya sama keadaannya sendiri, paling bilangnya dalam hatinya ( gue ingat-gue ingat ) Tetap aja tak ingat-ingat, namanya juga orang awal, mungkin aku termasuk orang awam juga kali ya ??..

Okelah saat ini aku memang bener-bener ingin menuangkan kata-kata lewat fb ini, sesuai apa yang sekarang aku rasakan dan sesuai apa yang hati ini katakan pula. Sebelumnya aku sudah bilang, tuh aku tanya sama siapa ya ?.. Hehehe.. Udah aach aku jadi ngaco sendiri seperti ada yang mendengarnya sangat terasa aja, perasaan hati. Apa lagi tentang masalah yang harus di tuang kan kejadian tadi yang tadi bukan gitu kali ya ??.

Masih belum puas juga nih tangan ketak ketik terus sesuai kata di dalam hati, kadang hati kesel sendiri kenapa jadi begini perluh pemahaman yang bener-bener, biar ngertinya banyak tambah banyak tambah pinter, bukan gitu ??.. Aduh aku nanya lagi nanya sama siapa aku ini ngoce wae dari tadi, mau cerita paling seneng apa lagi ceritanya di dengar orang banyak malah tambah senang.

Begini nih akibat jarang tidur malam begadang melulu makin tambah masalah aja, udahan sekarang dalam hati berkeinginan beda maunya yang enak-anak aja tapi balik nanya lagi tambah heran, udah bodoh malah di bodo-bodoin. Masalah dalam hidup itu ngga ada habisnya, Ini catatan memang ngga ada arahnya yang pasti, tapi aku cuma iseng dari pada bengang-bengong mending gini aja jadilah catatan tanpa keseimbangan dalam mengatur waktu.

 

Waspadai Sebab Nilai Anak Jelek

Kenapa seorang anak ketika belajardi rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di sekolah juga bisa, bahkan waktu di tempat les dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek, maka ada tiga hal yang perlu anda waspadai:

1. Anak Mengalami Kecemasan yang tersembunyi Anda perlu curiga.

Anda pasti bertanya nggak mungkin? dia cemas dari mana….kenapa koq dia cemas?

Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak faktor. Ya, jadi bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari orang tua atau mungkin bahkan dari gurunya. Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya. Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa memenuhi tutuntan dari si orang tua. Atau tuntutan dari gurunya mungkin. Nah anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika anda sedang cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan. Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Mereka cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai sesuatu.

Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba “blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda pada saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita ulangan tiba-tiba saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi malam jelas-jelas kita sudah belajar, hal tersebut. Nah ketika kita menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus mengumpulkan,dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa akhirnya kita stress dan akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban, keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “ahh..” kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri. Anda pernah mengalami hal itu bukan?

Nah ini yang terjadi pada anak-anak kita. Jadi ketika mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan – tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya,kebanyakan dari kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu nilai mereka jelek, kita mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek?” Jarang sekali ada orang tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa memahami kamu na, Apa yang mama/papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih bagus lagi”. Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek tentunya. Tapi kenyataan yang dihadapi lain.

Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa, “aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan mama saya”. Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “saya takut mengecewakan mama kalau nilai saya jelek”. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah,dari kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang kita sebagai orang tua hanya mengatakan, “nggak.. nilai berapapun saya nggak masalah koq”. Tapi ternyata itu hanya di mulut saja. kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.

Nah, untuk masalah ini sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak anda jelek. Karena apa? sekarang anda tahu mana yang dia itu belum bisa. Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar atau bodoh.

2. Perlakuan-perlakuan negatif yang pernah dialami anak di rumah atau di sekolah.

Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian kita marah-marahin dia, bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia menerima perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya. Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di lembar soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya. Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang tua yang sedang marah, karena kita tidak bisa. Atau mungkin wajah guru yang memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya jelek.

Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera minta maaf pada anak anda. Anda cukup mengatakan, “tempo hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian Bapak atau Ibu marah sama kamu saat itu perasaan kamu bagaimana?” apapun yang di jawab oleh anak anda terima apa adanya. Misalkan dia menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu anda tinggal ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tapi sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin mama? Mama lain kali janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama bagaimana supaya jadi nilainya baik. Kamu pasti kepengen nilai kamu juga baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi kasih saying dan untuk di terima apa adanya.

3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian berkualitas.

Mungkin anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak memperhatikan anak saya”. Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang tua pasti memperhatikan anaknya.Tetapi terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita memperhatikan juga perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan tugas-tugas yang dia harus slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas –tugas yang harus di selesaikan oleh seorang anak. Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR belum? kamu sudah belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? Besok kalau ulangan kamu sudah siapkan pensil atau bolpointnya? Buku kamu sudah kamu siapin belum? kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak.

Padahal yang jauh lebih dibutuhkanseorang anak adalah perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara utuh oleh orang tuanya. Itu adalah salah satu cara terbaik untuk memberikan perhatian berkualitas pada anak Anda.

Warga Bekasi yang Sering Dianggap “Orang Jakarta”

Saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu, tim dari pasangan Joko Widodo dan Basuki “Ahok” Purnama, yang sekarang sudah jadi Gubernur & Wakil Gubernur, sempat memasang iklan kampanye mereka di jalan ke arah gerbang keluar tol Bekasi Barat dari arah Jakarta. Pengendara yang hendak keluar tol Bekasi Barat yang biasanya disuguhi iklan rokok mild terkenal, saat itu digantikan dengan iklan kampanye baju kotak-kotak tersebut.

Entah apa alasan mereka memasang iklan kampanye di situ, di tempat yang memang strategis tapi sudah jelas-jelas bukan merupakan wilayah DKI Jakarta. Siapa yang hendak mereka jadikan sasaran? Apakah warga DKI yang sering berkunjung ke Kota Bekasi, atau para supir truk Dinas Kebersihan DKI yang akan membuang sampah ke arah Bantargebang, atau berminat jadi Cawalkot Bekasi jika gagal jadi gubernur di DKI?

Semoga pemasangan kampanye tersebut bukan karena mengira wilayah Kota Bekasi ini masih termasuk wilayah Jakarta. Fenomena ini bukan sekadar wacana, banyak yang mengira kota Bekasi itu sama dengan Jakarta. Beberapa kerabat yang tinggal di Jogja dan Solo waktu itu sempat bertanya kepada penulis, memilih siapa dalam Pilgub DKI Jakarta. Meskipun mereka semua sudah pernah bertandang ke rumah penulis di kota Bekasi, tetap saja mereka mengira kota ini masuk wilayah DKI.

Lain lagi dengan kerabat atau pun teman-teman dari Bogor. Meskipun mereka sudah tahu bahwa Bekasi itu termasuk wilayah Jawa Barat, namun kerap kali dalam menyebut arah ke Bekasi mereka selalu bilang “ke Jakarta”. Apalagi ketika belum ada jalan lingkar luar sambungan dari Cikunir ke Kampung Rambutan, sehingga semua perjalanan lewat tol dari Bogor arah Bekasi harus keluar dulu ke Jakarta, tepatnya di Cawang (UKI), sebelum masuk lagi ke tol arah Cikampek.

Bukan salah mereka jika mengira seperti itu. Sejak dahulu memang kota Bekasi telah menjadi daerah penyangga ibukota yang paling mepet dengan Jakarta. Juga merupakan salah satu daerah tempat tinggal asli masyarakat Betawi, ditambah sebagian besar warga Bekasi mencari segenggam berlian di Jakarta. Perilaku serta kebiasaan selama beraktivitas di ibukota mau tak mau ikut terbawa ketika kembali pulang ke Bekasi. Jadilah kota Bekasi seperti fotokopiannya Jakarta. Jadi tak heran jika status “kewarganegaraan” warga Bekasi terkena bias metropolitan Jakarta.

Namun kini warga Bekasi tampak semakin punya rasa percaya diri dengan keberadaan status domisilinya. Keberadaan komunitas lokal seperti contohnya Blogger Bekasi ini semakin membangkitkan semangat pengakuan akan status ke-Bekasi-an kita semua. Melihat perkembangan kota Bekasi yang semakin metropolis dan mandiri, bukan tak mungkin akan semakin banyak warga Bekasi yang tidak tergantung lagi dengan DKI, sehingga makin mantab dan bangga untuk mengaku sebagai warga Bekasi. Semoga. [bw]

Menulis Dengan Bahasa Yang Baik dan Benar

Melalui group BBM, saya menerima kiriman foto sepiring nasi uduk dari seorang teman blogger. Foto tersebut disertai dengan kalimat pendek yang berbunyi ‘sarapan pagi yuk’. Tidak lama kemudian muncul komentar dari beberapa teman mengenai foto tersebut, tepatnya komentar terhadap kalimat yang menyertainya. “Kok saya geli dengan penggunaan bahasa ya? Naik keatas, turun kebawah, masuk kedalam, dan sebangsanya. Apa tidak ‘memperkosa’ bahasa? Kan itu pengulangan kata? Kalau kata ‘sarapan’, sudah pasti pagi kan?”

“Iya ya yah he he he”, begitu jawab si pengirim foto mengakui kekeliruannya dalam membuat kalimat

Petikan dialog di atas terkesan sepele dan sekedar basa-basi. Tapi kalau dicermati, terlihat adanya kegelisahan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama dalam penulisan. Ada keinginan agar penggunaan kata-kata yang dilakukan secara tepat dan benar.

“Ach … penulisan menggunakan kaidah bahasa yang tepat dan benar kan cuma diperlukan dalam penulisan ilmiah atau untuk penulisan di media cetak. Kalau untuk penulisan di blog, ya suka-sukanya si blogger saja’, begitu komentar seorang blogger pada suatu kesempatan.

Apa yang disampaikan di atas tidaklah keliru sejauh apa yang dituliskannya dapat dimengerti. Karena bagaimanapun, bahasa adalah sarana komunikasi antar sesama manusia yang bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Namun bukan berarti penggunaan bahasa dapat seenaknya. Karena bagaimanapun, berbahasa yang baik adalah berbahasa yang sesuai konteks. Untuk itu, penggunaan bahasa yang tepat dan serasi sangat diperlukan.

Bagi seorang blogger, penggunaan kata-kata yang tepat dan benar-benar dipahami adalah suatu keharusan. Cobalah membuat sebuah tulisan dengan kata-kata yang tidak dimengerti dan disusun secara serampangan, sungguh akan terasa tidak enak dibaca. Meski isi tulisan mungkin berisi, namun alih-alih memberi manfaat dan kesan bagi pembaca, tulisan kita hanya dibaca sekilas lalu ditinggalkan. Pembaca ingin buru-buru saja mengakhiri bacaannya. Bukan tidak mungkin pembaca akan benar-benar meninggalkan tulisan kita untuk seterusnya. “Capek deh bacanya“, mungkin itu yang dirasakan.

Kesalahan yang umumnya kerap dijumpai dalam penulisan adalah penggunaan preposisi atau kata depan seperti di, ke, dan dari. Kesalahan yang dilakukan adalah menggabungkan preposisi dengan kata yang mengikutinya (baik kata benda ataupun kata ganti). Padahal penulisan preposisi yang benar adalah dengan memisahkannya dengan kata yang mengikuti, contoh “di rumah”, “di jalan”, “ke Jakarta”, “ke kantor”, “dari Surabaya”.

Masih soal preposisi, kesalahan umum lainnya adalah memisahkan penulisan preposisi seperti “disana”, “diatas” “dibawah”, dan sejenisnya menjadi “di sana”, “di atas” dan “di bawah” yang seharusnya ditulis, “disana”, “diatas”, dibawah”. Kata “disana”, “diatas”, “dibawah” adalah sebuah preposisi; dengan kata lain, kata-kata tersebut bukan berasal dari preposisi “di+sana”, “di+atas”, dan “di+bawah”.

Kesalahan umum berikutnya adalah melakukan reduplikasi atau pengulangan kata yang tidak diperlukan. Sebagai contoh kata “sarapan” mestinya tidak perlu diikuti dengan kata “pagi”, karena “sarapan” sendiri sudah berarti “makan pagi”. Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi lazimnya dilakukan untuk menunjukkan bentuk jamak, contoh: kursi-kursi atau menunjukkan kegiatan bersama, contoh: makan-makan.

Kalau mau mencari bentuk-bentuk kesalahan berbahasa lainnya, sebenarnya banyak sekali yang bisa dibahas dan dijadikan contoh. Silahkan jika ada yang menambahkan, baik melalui kolom komentar atau bikin artikel sendiri (hitung-hitung sebagai latihan). Saran saya, jika ingin menulis dengan bahasa yang baik dan benar, rajin-rajinlah menulis dan pelajari gaya bahasa dan penulisan orang lain.

Jangan anggap enteng gaya bahasa dan penulisan di blog. Meski bukan tulisan ilmiah dan mungkin sekedar “curhat”, tidak ada salahnya menulis menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Salam berbahasa dari Kampung Cina

Aris Heru Utomo