Seorang guru bertanya kepada saya melalui email [email protected]. Pertanyaannya panjang banget kayak kereta. Daripada disimpan di dalam email saja, lebih baik saya bagikan saja dalam blog kompasiana, hehehe. Semoga bermanfaat!
Manfaat dari menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk apa om?
Wah banyak banget, diantaranya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Ada prospek ndak untuk menambah pemasukan saku, misal ada gak event lomba2 tentang PTK ?
Kalau kita menulis laporan ptk dan anak didik merasa puas dengan pelayanan kita sebagai guru, tentu rezeki dengan sendirinya akan mengalir. Jadi niatnya bukan karena duit, tetapi dalam rangka refleksi diri. Enak gak cara ngajar kita dan disukai oleh peserta didik. Kalau begitu terus, kita akan berusaha untuk emmperbaiki cara mengajar kita menjadi lebih baik.
Mengapa omjay suka sekali dengan PTK?
Wow, sebab dengan melakukan ptk saya menjadi tahu kekurangan saya dalam mengajar dan menemukan metode baru dalam pembelajaran. PTK itu dimulai dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang menantang, pengamatan yang cemerlang, dan refleksi diri yg gemilang.Itulah mengapa saya suka sekali melakukan PTK.
Omjay, saya sangat berminat dengan dunia kepenulisan..godaan terbesar adalah tidak istiqomah, banyak faktor penyebabnya….misal keluarga, masalah pekerjaan, dan urusan lain yang menyita..minta kiatnya, agar istiqomah..
Kiatnya cuma satu. konsisten dan komitmen. Bila berjanji pada diri sendiri ya ditepati. Jangan seperti lagu dangsut eh dangdut, “Kau yang berjanji kau yang mengingkari”, hehehe, Jadi godaan itu lebih besar kepada melawan kemalasan diri.
Saya ikut lomba sayembara pengayaan puskurbuk 2 kali, tapi tidak lolos…mengharap bansos pun juga tidak dapat…..sebabnya kira2 apa ya om?apa karena saking banyaknya peserta?
Berkali kita gagal, lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri, jangan mengeluh. Jadi kalau baru 2 kali mah itu masih kalah dengan saya, saya sudah 10 kali gak menang dan terus saja mengirimkannya dan akhirnya jadi juara pertama, alhamdulillah. Jadi kalau kita kalah jangan lantas terus menyerah. Perbaiki dan pelajari kembali kekurangannya.
Om punya jadwal lomba kepenulisan tahunan ndak om?minta share nya om, coba2 saya ikuti..
Wah banyak banget di internet. Tinggal googling aja. Setiap tahun pemerintah selalu membuat lomba karya tulis untuk guru. ketik saja di google lomba karya tulis guru.
Omjay bisa ke berbagai kota di Indonesia dalam rangka apa om? undangan dari sana atau delegasi dari lembaga tertentu ?
Dalam rangka menyebarkan ilmu menulis, dan undangan saya dapatkan dari mereka yang belum saya kenal sebelumnya. Mereka banyak membaca tulisan saya di internet, dan kemudian mengundang saya menjadi pembicara. Saya bergabung dalam komunitas Ikatan Guru Indonesia (IGI).
Punya link dengan perusahaan penerbitan buku om? Barang kali mereka masih butuh penulis…
Penerbit jelas sangat butuh penulis. Hanya saja, mereka harus selektif dalam memilih penulisnya. Ya jangan sampai buku yang diterbitkan tidak layak jual dan akhirnya hanya tersimpan di gudang, hehehe. penerbit jelas tak mau rugi.
Tentang tema menulis, biasanya penerbit menyerahkan pada penulis , atau kita mengikuti penerbit ?
Hmm, bisa tergantung penulis, dan bisa juga tergantung pesanan penerbit. Prinsipnya layak jual dan laku dijual kepada pembaca. Penerbit itu urusannya bisnis, jadi bila tak menguntungkan mereka tak mau menerbitkan, kecuali mereka punya misi sosial.
Minta nasehat dan motivasi terus, om…,
Nasehat saya teruslah menulis, dan jangan takut tulisan kita tak dibaca oleh orang lain. Ingatlah motto ajaib omjay, Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.
Sejak sekitar 5 tahun yang lalu, di dunia perhotelan mulai muncul tren hotel modern yang memiliki fasilitas standar, bahkan boleh dibilang standar banget, dan hotel “minimalis” seperti itu istilahnya adalah ‘budget hotel’ yang oleh harian Kompas dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi ‘hotel dengan layanan dasar’.
Ngomongin harian Kompas, salah satu grup bisnis mereka (Kompas-Gramedia) sukses menjalankan bisnis perhotelan dengan nama Santika hotel yang berkembang cukup pesat ditandai dengan keberadaan Santika di berbagai kota besar di Indonesia. Grup hotel ini bahkan juga melebarkan sayapnya dengan mendirikan brand hotel baru jenis “budget” yang bernama Amaris hotel.
Amaris hotel juga dengan cepat menggurita, keberadaannya di berbagai kota di Indonesia, bahkan ada juga di Singapura, menandakan bahwa jenis hotel budget memang cukup diminati. Hingga tulisan ini dibuat, Amaris telah berjumlah 28 hotel. Hotel ke-28 itu ada di Kota Bekasi Jawa Barat, dan diresmikan tepat Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2013.
Ada informasi yang menarik dari pihak Amaris ketika pembukaannya di Bekasi Barat Senin (28/10/2013) lalu, yaitu tentang bagaimana hotel dapat menyajikan harga yang terjangkau konsumen. Efisiensi jumlah pekerja dan peningkatan kemampuan karyawan adalah kuncinya. Karyawan diutamakan dari warga sekitar hotel yang mendapat pelatihan selama tiga bulan sebelum bekerja.
Amaris mengutamakan karyawan lulusan SMA/SMK dari kalangan keluarga tidak mampu. Sepertinya mereka punya tim khusus yang melakukan observasi terhadap kondisi keluarga calon karyawannya. Setelah satu tahun bekerja, karyawan akan didukung semangatnya untuk melanjutkan kuliah, minimal mencapai gelar Diploma 1. Kebijakan mulia yang tidak banyak dimiliki oleh sebuah korporasi besar.
Kota Bekasi dalam hal ini cukup beruntung dengan kehadiran Amaris hotel. Selain menyerap tenaga kerja lokal, keberadaan Amaris tentu akan dapat menjadi pertanda bahwa geliat bisnis di kota ini sedang bergairah. Bahkan juga dapat memicu grup-grup hotel ternama lain untuk mulai berinvestasi di kota Bekasi, yang secara tidak langsung akan meningkatkan roda perekonomian warga. Selamat datang di Kota Bekasi. [bw]
Jumat yang lalu saya menerima tamu anak-anak (pelajar) berprestasi Kota Bekasi. Anak-anak Kota Bekasi itu berprestasi dalam berbagai bidang. Ada yang berprestasi dalam bidang akademik, menjuarai beberapa lomba sains tingkat nasional. Ada juga yang unggul dalam bidang organisasi, seperti Ketua Ikatan OSIS Kota Bekasi. Dalam bidang pramuka, pelajar Kota Bekasi turut serta mewakil Indonesia dalam Jambore ASEAN ketiga di Singapura. Dan yang terakhir, M. Rayhan Akbar, Pelajar SMA Negeri 8 menjadi salah satu anggota Paskibraka Nasional 2013.
Secara pribadi dan selaku pimpinan daerah merasa bangga dengan anak-anak Kota Bekasi yang berhasil meraih segudang prestasi. Ini menjadi kebanggaan kita sebagai warga Kota Bekasi. Disamping kebanggaan, menurut hemat saya ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk mendidik anak-anak kita lebih unggul dan berkarakter.
Kita tidak hanya menginginkan anak-anak kita sekadar memiliki sejumlah prestasi tanpa didukung oleh kekuatan karakter. Jika kita hanya sekadar menekankan pada Continue reading Forum Untuk Anak Berprestasi
Kemarin siang, Kamis (17/10), saya mendapatkan kehormatan diundang khusus oleh Putra Sampoerna Foundation (PSF) dalam kapasitas sebagai Blogger untuk bersilaturrahmi dan makan siang dalam acara “PSF Bloggers Luncheon” yang dilaksanakan di Sampoerna Strategic Square Building lantai 31. Saya hadir bersama 10 blogger/penggiat sosial media Indonesia kawakan lainnya seperti Mas Wicaksono (@ndorokakung), mas Iman Brotoseno (@imanbr), mas Didi Nugrahadi (@didinu), mas Gabriel Montadaro (@gmontadaro), mas Motulz (@motulz), mas Kreshna Aditya (@kreshna), Abang Edwin (@bangwinissimo), serta mbak Venus (@venustweets) , mbak Silly (@justsilly), dan mbak Ainun Chomsun (@pasarsapi).
Kami disambut hangat oleh mbak Tyas Handayani dan mas Fickry yang sebelumnya pernah berjumpa dalam acara buka bersama sekaligus presentasi tentang profil PSF di Komunitas Blogger Bekasi 3 bulan lalu. Saya menebar pandangan ke sekeliling area lantai 31, yang terkesan seperti “rumah” dibandingkan nuansa perkantoran megah di kawasan pusat bisnis di Jakarta. Interior yang didominasi dengan ornamen kayu dan ukiran tradisional, menyajikan kehangatan dan keramahtamahan yang khas. Di beberapa sudut terdapat tanaman hijau serta di bagian dinding ada parade lukisan nan indah. Begitu mewah dan elegan. “Tepat di lantai atas kita ini, adalah kediaman pribadi Pak Putra Sampoerna sekeluarga,” jelas mbak Tyas yang juga adalah Digital & Social Media Manager PSF . Kami lalu diajak untuk mencicipi penganan tradisional yang telah disiapkan di meja sambil menunggu beberapa teman lain yang sepertinya agak terlambat tiba karena terhadang macet parah akibat pawai demonstrasi buruh yang terjadi disaat yang sama.
Tak lama kemudian, kami diperkenalkan kepada jajaran direksi Putra Sampoerna Foundation termasuk Managing Director Ibu Nenny Soemawinata yang nanti akan memberikan presentasi. Saya sangat terkesan pada menu makan siang yang disajikan yang sarat dengan sentuhan rasa kuliner tradisional seperti sayur asem, sate ayam, nasi kuning rames dilengkapi tempe goreng. Rasanya begitu nikmat disantap. Saya duduk bersama di sebuah meja makan bulat dan bercakap tentang banyak hal, terutama persoalan-persoalan aktual yang tengah melanda negeri ini dalam suasana penuh canda dan kekeluargaan. Syukurlah sebagian besar yang hadir sudah saling kenal satu sama lain sehingga interaksinya terasa jauh lebih akrab.
Seusai makan siang, kami lalu pindah ke sisi yang lain dimana terdapat jajaran sofa empuk dan didepannya sebuah layar TV LCD 50″ yang akan menampilkan presentasi ibu Nenny. Pertemuan informal ini dibuka oleh mbak Tyas yang memperkenalkan satu persatu perwakilan Putra Sampoerna Foundation yang hadir kemudian memperkenalkan kami yang hadir pada kesempatan tersebut. Suasananya begitu santai dan bersahaja.
Ibu Nenny Soemawinata, Managing Director PSF kemudian tampil menyajikan presentasi berjudul “Peranan Agen Perubahan Dalam Praktik CSR di Indonesia”. Dengan gaya yang memikat, beliau membuka presentasi dengan menyajikan fakta menarik hasil riset “Holmes Report” yang menyebutkan “4 dari 10 karyawan (37%) di 24 negara menunjukkan bahwa sangat penting bagi pemilik perusahaan untuk dapat bertanggung jawab kepada masyarakat” dan “55% pekerja di Indonesia mengatakan bahwa sangat penting bagi pemilik perusahaan untuk bertanggung jawab kepada masyarakat”. Sayangnya, kata beliau, kecenderungan di Indonesia, perusahaan meng-kategorikan kegiatan CSR dalam bentuk donasi untuk lingkungan sekitar, bukan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Padahal definisi CSR (Corporate Social Responsibility) itu sendiri adalah adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan.
“Untuk itu, sejak PSF digagas tahun 2001, kita merubah orientasi dari visi filantropi menjadi Social Bisnis. Intinya adalah Sustanability atau keberlanjutan. PSF berharap tidak sekedar berhenti pada pemberian beasiswa namun juga memikirkan upaya-upaya pemberdayaan dunia pendidikan dengan program-program yang relevan dan membumi,” tambah ibu Nenny.
“Berdasarkan hasil survey McKinsey&Co, sistem pendidikan dan kendala bakat menjadi isu penting bagi keberhasilan bisnis masa depan, jurang keterampilan yang makin melebar di berbagai jenjang kian memperparah hal ini, sehingga PSF berupaya melakukan upaya-upaya strategis agar situasi ini bisa teratasi dengan menerapkan 4 pilar utama yakni Pendidikan, Pemberdayaan Wanita, Kewirausahaan dan Bantuan Kemanusiaan dalam kiprahnya,”ujar ibu Nenny yang pernah menjabat sebagai direktur operasi RCTI (1999-2001) dan sejak 2009 menjabat sebagai Managing Director PSF ini.
“Implementasi dari keempat pilar tersebut,”lanjutnya,”tak hanya membangun sekolah Akademi Siswa Bangsa Internasional, Koperasi Siswa Bangsa dan Universitas Siswa Bangsa Internasional yang menampung siswa berprestasi dan kurang mampu dengan menerapkan basis pendidikan berstandar internasional, namun juga program pemberdayaan perempuan melalui sahabat wanita, jaringan kewirausahaan lewat program Mekar sampai bantuan kemanusiaan ‘Bait Al Kamil”. Tidak hanya itu, PSF juga mengembangkan School Development Outreach yang bertujuan untuk meningkatkan standar kualitas sekolah dan para pendidik agar Indonesia siap menghadapi tantangan global melalui SDP (Pengembangan Manajemen Sekolah), PDP(Pengembangan Profesionalisme Guru) dan ERP (Pengembangan Sarana dan Prasarana) dimana sejak 7 tahun beroperasi telah melibatkan 21 korporasi, 36 staf termasuk 3 fasilitator, 23.000 guru, 118 sekolah dan 9 madrasah”.
Ibu Nenny kemudian dengan bangga menuturkan bahwa prestasi lulusan ASBI (Akademi Siswa Bangsa Internasional) yang sebagian besar berasal dari keluarga tidak mampu memperlihatkan hasil yang sangat luar biasa. “Ekosistem pendidikan yang dibangun dalam Siswa Bangsa Education Ecosystem menjadi elemen utama untuk menciptakan pemimpin dan bangsa yang berkeunggulan di masa depan dengan memberikan kontribusi dan perubahan sosial serta perkembangan ekonomi di komunitas mereka,” imbuh Ibu Nenny. Di Sampoerna Academy Bogor kampus misalnya, siswa-siswa terpilih dari berbagai propinsi di Indonesia “digembleng” bersama dengan program pendidikan bertaraf Internasional sehingga mampu berkompetisi di masa depan dengan kompetensi yang dimilikinya.
Ajang diskusi berlangsung menarik. Mas Wicaksono Ndoro Kakung misalnya menanyakan apa saja tantangan terberat yang dihadapi oleh PSF selama ini terutama ketika publik mulai mengaitkan kehadiran yayasan ini sebagai bagian dari upaya mengemas citra. Ibu Nenny menyatakan memang tak mudah saat pertama kali mendirikan PSF, di awal memang dana operasional pengelolaan murni berasal dari Putra Sampoerna namun dalam perkembangannya, secara bertahap ada sejumlah lembaga donor yang memiliki kepedulian tinggi bagi kualitas pendidikan di Indonesia ikut berpartisipasi di PSF setelah melihat komitmen yayasan ini dalam mewujudkan gagasannya. Ibu Nenny kemudian menyinggung soal filosofi tiga tangan yang dianut oleh Sampoerna Group yaitu : Produsen, Distributor, dan Konsumen dimana ketiganya memerlukan sinergi yang saling menguatkan agar tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Filosofi inipun diterapkan oleh PSF terutama dalam menjalin kemitraan dengan pihak terkait dan memiliki visi sejalan dengan program yang sudah dicanangkan.
Pernyataan ini ditanggapi oleh mas Gabriel Montadaro dan mbak Ainun Chomsun yang berharap agar 4 pilar PSF kian diberdayakan dengan menjalin konektivitas dan sinergi konstruktif dengan berbagai pihak. Misalnya di pilar Kewirausahaan, Mekar bisa bekerjasama dengan sejumlah Start-Up Company di Indonesia untuk belajar berwirausaha mandiri, di sisi lain pada pilar Pendidikan, PSF dapat pula menggalang interaksi bersama Indonesia Mengajar atau Akademi Berbagi. Sementara itu mas Motulz mengusulkan agar promosi eksistensi PSF kian digencarkan dengan cara para siswa dan alumni yang sudah mengikuti program ini dan meraih prestasi membanggakan dapat menceritakan “Success Story”-nya sendiri, melalui berbagai media, termasuk media sosial. “Ini penting,” kata mas Motulz,”tidak sekedar menuturkan prestasi yang sudah diraih dengan sejumlah tantangan yang dihadapi dan bagaimana menyiasatinya, namun juga setidaknya jadi bagian identifikasi potensi mereka khususnya yang membutuhkan keahlian dan inspirasi serta motivasi positif bagi yang membacanya”.
Pada bagian yang lain saya dan mas Iman Brotoseno juga mengajukan pendapat agar kelak orientasi PSF khususnya mendirikan sekolah Akademi Siswa Bangsa yang bertaraf internasional serta program lainnya juga diarahkan ke Indonesia Timur. Mengenai hal ini Ibu Nenny menanggapi positif dengan berharap agar Pemda setempat di wilayah Indonesia Timur bisa mendukung dan berkoordinasi dengan baik bersama PSF agar bisa terwujud sama seperti yang sudah dilakukan di Palembang, Bogor, Malang dan Bali. Seluruh rangkaian acara “PSF Bloggers Luncheon” berakhir pukul 14.30 siang dan ditutup dengan foto bersama. Terimakasih kepada Putra Sampoerna Foundation yang telah mengundang kami dalam kesempatan tersebut dan mendapatkan banyak pencerahan tentang kiprah PSF selama ini dalam menggagas dan membangun masa depan bangsa yang berkeunggulan.
Menulis itu pekerjaan yang tak pernah habis. Selalu ada saja hal baru yang bisa dituliskan. Bagi mereka yang kreatif dalam menulis, kisah keseharian menjadi sesuatu yang enak untuk dibaca.
Bagi saya yang baru belajar menulis, pekerjaan menulis tetap saja menjadi asyik. Menulis menjadi teman di kala kita sedang gundah gulana. Menulis juga menjadi sesuatu yang menggembirakan.
Seperti kejadian hari ini. Saya meminum jamu yang sudah kadaluarsa. Begitulah kejadiannya. Saya pikir saya akan meminum madu, tapi ternyata itu bukan madu, tapi jamu. Hanya botolnya saja yang tertuliskan madu. Baru ketahuan setelah kita meminumnya. Rasanya pahit dan tak enak di tenggorakan.
Saya jadi tertawa sendiri di siang hari. Inilah akibat dari tidak meminta izin dulu kepada pemiliknya. Untunglah rasa jamunya terasa menyegarkan. Tapi sayang, kegembiraan itu cuma sebentar. Sang pemiliknya mengatakan kalau jamunya sudah kadaluarsa. Jadilah saya terkejut tiba-tiba di ruang TU sekolah.
Oh my god! Saya takut terjadi sesuatu pada tubuh yang tambun ini. Saya takut diri ini berubah menjadi langsing tiba-tiba. Untunglah sepotong buah pisang menyelamatkanku. Rasa segar berubah menjadi enek ketika tahu jamunya sudah kadaluarsa. Pisang itu menolongku dari mual yang amat dahsyat.
Menulis memang pekerjaan yang tak pernah habis. Saya hanya bisa menulis di saat teman-teman lain tertawa terpingkal-pingkal melihat saya meminum jamu yang kadaluarsa. Saya tak tahu apa yang terjadi beberapa jam kedepan. Semoga saja saya masih bisa menulis di rumah sehat kompasiana. Hahahaha.
Senin-Jumat, 7 s.d. 11 Oktober 2013 saya ditugaskan oleh sekolah untuk berbagi pengalaman mengajar prakarya dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013 bagi guru sasaran tambahan tahun 2013.
Pelatihan ini dilaksanakan di Ciloto Indah Hotel Puncak, Bogor, Jawa Barat oleh pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan bahasa kementrian pendidikan dan kebudayaan. Peserta yang diharapkan hadir berjumlah 559 orang guru SMP yang ada di DKI Jakarta.
Peserta Diklat Implementasi Kurikulum 2013
Kaget juga diminta berbagi pengalaman mengajar prakarya di SMP, dan menjadi fasilitatornya. Saya langsung mempersiapkan peralatan alat peraga yang saya bawa. Dengan alat peraga yang merupakan hasil prakarya siswa SMP Labschool Jakarta, saya berharap lebih memperjelas pengalaman nyata saya dalam mengajar prakarya dengan aspek rekayasa, dan materi membuat alat penjernih air sederhana.
Tahap yang dilakukan saat ini adalah pelatihan implementasi kurikulum 2013 bagi guru sasaran tambahan tahun 2013. Guru sasaran pelatihan ini adalah guru mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, Prakarya, PKN, Seni Budaya, PJOK, Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia SMP.
Senang sekali bisa bertemu dengan teman-teman guru di Jakarta. Ada beberapa diantaranya saya sudah kenal lama. Kami seperti berada dalam kegiatan reuni alumni IKIP Jakarta/UNJ. Ketika sesi foto dilakukan setelah acara pembukaan, guru-guru yang hadir nampak ceria dan bersemangat.
Usai acara pembukaan, teman-teman guru mengikuti tes awal atau pretest di ruangan yang sudah disiapkan oleh panitia. Sedangkan para fasilitator dikumpulkan di ruang khusus panitia untuk mendapatkan pengarahan dari penanggung jawab akademis.
Ada pengalaman baru saya dapatkan. Saya bertemu dengan orang-orang hebat yang menguasai ilmunya masing-masing. Saya menjadi tahu bagaimana teman-teman fasilitator berbagi tugas. Di pertemuan itu, kami saling melengkapi dan memberikan masukan agar para peserta terlayani dengan baik.
Setelah berkumpul di ruang panitia, teman-teman fasilitator langsung ke ruang kelasnya masing-masing. Saya diajak menuju ruang belajar prakarya. Di tempat itu, teman-teman guru sedang asyik melakukan tes awal atau pre test. Saya ditemani oleh ibu Elita Burhanudin dan Pak Sigit Purnomo.
Kami saling berkenalan dengan para peserta. Cair sekali suasananya, sebab beberapa orang guru sudah saya kenal dengan baik. Benar-benar terasa reuni suasananya. Kami saling berbagi tugas, dan membagi kelompok kerja. Alhamdulillah, terbentuk 4 kelompok yang terdiri dari kelompok kerajinan, budidaya, rekayasa, dan pengolahan. Ada 32 orang guru hadir dan siap menerima materi pelatihan implementasi kurikulum 2013.
Sekolah unggul dan modern tentu menjadi impian kita semua. Di dalamnya ada orang tua, guru dan murid yang saling berkolaborasi. Semua itu tentu dipicu oleh budaya sekolah yang eksis dan tetap dipertahankan. Jadi bukan karena banyaknya fasilitas dan kekayaan yang dimiliki sekolah tersebut.
Sekolah unggul dan modern memerlukan manajemen yang handal. Di bawah kepemimpinan manajer yang kuat keteladanannya, sekolah itu terus melahirkan prestasi dan menjadi buah bibir di mata masyarakat.
Dengan menyadari hal di atas, kami akan mengadakan acara:
Workshop Manejemen Sekolah Unggul dan Modern
IGI BEKASI BEKERJASAMA DENGAN GURU BLOGGER INDONESIA MENGADAKAN KEGIATAN WORKSHOP “MANAJEMEN SEKOLAH UNGGUL DAN MODERN” PADA:
HARI/TANGGAL: MINGGU, 27 OKTOBER 2013WAKTU: PUKUL 08.00 – 16.00 WIB
Pembicara:
Dr. Sony Teguh Trilaksono (Kabid Pendidikan KOI)
Sony Teguh Trilaksono
Drs. Dedi Dwitagama, M.Si (Pemenang Guraru Award 2012)
Dedi Dwitagama
Agus Sampurno (Pemenang Guraru Award 2011)
Agus Sampurno
TEMPAT :
KEDIAMAN PAK SONY TEGUH TRILAKSONO,
JL. RAYA KODAU V NO. 4 Jatimakmur, Pondok Gede, KOTA BEKASI
BIAYA : Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah) untuk konsumsi, spanduk, kesekretariatan, dan sertifikat
Peserta: Terbatas hanya untuk 50 orang guru dan pemerhati pendidikan
PENDAFTARAN:
Omjay hp. 08159155515, atau Dahli Ahmad hp. 08128884773
Tulisan di koran Tempo ini benar-benar mengusikku. Meskipun kapasitas baterenya masih dibawah Samsung Galaxy Note 3, tapi kapasitas sebesar 3.000 mAh ternyata sudah cukup membuat ponsel ini tahan hidup selama 24 jam. Benarkah?
Note 3 mempunyai kapasitas batere sebesar 3.200 mAh, tapi ternyata justru LG G2 yang berkapasitas 3.000 mAh lebih awet penggunaan baterenya. Koran Tempo mengulas kelebihan LG G2 adalah prosesornya yang canggih dan paling modern, sehingga mampu menghemat penggunaan sumber daya listriknya. Inilah penggunaan prosesor canggih yang benar-benar ramah lingkungan.
Mari kita lihat beberapa spesifikasi penting dari LG G2 di bawah ini.
Dari spesifikasi di atas, maka selain penggunaan prosesor ber otak empat, patut diacungi jempol adalah kemampuan merekam video dengan kualitas full HD dan nilainya mampu sampai ke angka 60 frame per second (60 fps). Sangat jarang sebuah ponsel mempunyai kemampuan seperti ini. Berdasar pengujian yang dilaporkan oleh koran Tempo, kemampuan prosesor terbaru ini juga sangat mumpuni dalam hal kecepatannya.
Prosesor quad-core 2.3GHz Qualcomm Snapdragon 800 bahkan melampaui kehebatan dari Samsung Galaxy S4, padahal S4 yang memakai 2 x quad core, adalah prosesor tercanggih saat ini. LG G2 telah membuktikan bahwa prosesor quad corenya mampu membuat terobosan yang luar biasa. Saat ini masalah pelik pada pemilik ponsel cerdas adalah pada penggunaan batere yang boros. Masih terus dicari ponsel berkelas dengan teknologi yang sudah hemat batere.
Pengalaman memakai Samsung Galaxy SII dan iPhone 4/5, baik memakai OS/iOS lama ataupun sudah memakai OS/iOS baru, menunjukkan bahwa ponsel cerdas itu masih sangat boros batere. Dengan munculnya ponsel kelas atas G2 dari LG ini, maka pasti persaingan di bidang manajemen batere akan makin sengit.
Kayaknya harus ke mall nih, lihat seperti apa wujud LG G2 ini.