Lama tidak melakukan aktifitas olah raga Gowes Bekasi, akhirnya aku gowes juga dari pagi dan berakhir menjelang Maghrib. Bukan gowes nonstop, tapi gowes dalam rangka arisan rutin dan setelah selesai acara arisan pulang lagi naik sepeda. Aku ingin menunjukkan, bahwa kita bisa ikut sebuah acara, tanpa harus mengotori udara Bekasi dengan asap kendaraan bermotor. Risikonya tentu ada, tabrakan di jalan dengan kendaraan lain yang asal selonong, dipepet kendaraan lain yang dikejar setoran ataupun risiko yang lainnya, tapi aku sudah bertekad, jadi ya tetap saja gowes Bekasi ini jalan terus.
Yang bikin masalah ternyata adalah hujan yang mendadak turun menjelang maghrib. Hujannya tidak menjadi masalah, tetapi dengan kondisi hujan deras, maka jarak pandang jadi lebih dekat dan jalan menjadi semakin macet. Aku harus memperlambat laju sepeda agar bisa menghindari lobang yang tertutup genangan air hujan, mungkin kalau yang main hujan-hujanan ini adalah pejabat Bekasi, maka lokasi jalan yang penuh lobang itu akan segera ditambal keesokan harinya.
Bonus klakson mobil yang bersahutan, lebih meramaikan perjalanan gowesku. Sungguh ini adalah gowes yang penuh dengan keramaian. Semakin mendekati Maghrib, langit semakin pekat, kendaraan semakin berlomba untuk segera sampai tujuan dan akupun makin memperlambat laju sepeda karena hujan makin deras dan jarak pandang sudah makin terbatas. Saat akhirnya aku memutuskan untuk berhenti saja, karena kucuran air hujan sudah menutup deras di mukaku, tiba-tiba langit menjadi cerah dan akupun dengan lega bisa melanjutkan gowesku lagi.
Musim hujan di temapat lain, sebenarnya sudah berlalu, tetapi kelihatannya sang hujan masih ingin tetap turun membasahi bumi Bekasi tercinta ini. Pasti sebagian keluargaku memertawakan kegiatan bersepedaku ini. Ada banyak kendaraan bermotor, kok malah memilih pergi ke arisan memakai sepeda, mungkin begitu kata mereka. Hal seperti ini kualami juga di komunitas yang lainnya. Masih lebih nyaman naik sepeda motor daripada naik sepeda !
Sebenarnya aku juga berpikiran seperti itu, lebih nyaman dan lebih aman naik sepeda motor untuk pergi dari suatu tempat ke tempat yang lain, dibanding naik sepeda onthel. Mas Bagus, salah satu anggota komunitas TDA, yang memberiku pelajaran bahwa naik sepeda kemana-mana itu tidak masalah dan tetap bisa dinikmati dengan ceria. Apalagi kalau kita memakai aplikasi pencatat kegiatan olah raga kita, dijamin kegiatan akan menjadi semakin menarik. Apple Watch yang bakalan membanjiri dunia olah raga Indonesia, pasti akan membuat kegiatan olah raga menjadi semakin meriah.
Aku sendiri masih setia memakai Garmin FR 920xt sebagai pencatat kegiatan gowesku. Dengan garmin ini, aku bisa melakukan sinkronisasi dengan aplikasi lainnya, misalnya Strava atau Endomondo. Bila tahun-tahun sebelumnya hanya Endomondo yang berjaya, maka mulai tahun 2014 dan seterusnya Strava mulai makin berkibar. Adanya tantangan Granfondo, bersepeda sejauh 100-150 km dalam 24 jam, membuat Strava makin diminati para goweser sedunia.
Padahal sebenarnya bukan catatan sepedanya yang penting dalam beriolah raga gowes. Bukan pula merk sepeda yang ratusan juta harganya, ettapi adalah kegiatan bersepedanya yang paling pemnting untuk dilakukan secara rutin. Sekali olah raga bersepeda, sebaiknya lebih dari 30 menit. Jangan sampai bersepeda kurang dari 30 menit, kecuali kondisi badan tidak memungkinkan. Lakukan juga 3 x selama satu minggu secara rutin, bisa dipilih hari Rabu, Jumat dan Minggu atau kombinasi hari yang lain. Tidak perlu memaksakan diri untuk rutin tiap hari, cukup 3x dalam seminggu saja.
Tidak baik terlalu sering berolah raga dengan jarak yang ekstrem jauh atau rute yang terlalu menantang. Lakukan olah raga semampunya saja, dengan rasa senang dan dengan niat untuk menjadi lebih sehat. Yuk Gowes Bekasi, gowes untuk siapa saja, baik dari Bekasi maupun dari daerah lain.
Tepat di samping jalan masuk komplek Bina Lindung, ada sebuah bangunan tua dengan dua lantai dan dua bidang ruang. Disitu ada cafe kecil dengan branding Lawton Coffee, dengan bangunan tua yang tebal makin bikin ruangan menjadi adem bahkan saat AC tidak dinyalakan. Ruangan yang tersedia ada dua lantai, yang atas khusus perokok dan yang bawah untuk yang tidak merokok.
Lawton Coffee Jatiwaringin ini juga bisa memfungsikan ruangan lantai dua sebagai tempat untuk meeting, seminar maupun workshop dengan kapasitas 50 orang plus. Hal paling saya suka di lawtong coffee jatiwaringin ini adalah suasana yang tenang dan sinyal wifi yang sangat kencang. Ssstt jangan bilang-bilang kalau saya tiap mau update software selalu kesana yah :)).
Kopi espresso yang disajikan memiliki rasa yang tidak kalah dengan cafe lain, bahkan saya berani bilang bahwa kopi espresso di lawton cafe ini lebih enak dibandingkan starbuck (nggak apa-apa deh sebut merk, testimoni gratis kok :D).
Hanya sayangnya, variasi makanan kurang memadai. Saya pernah mengajak beberapa tim untuk melakukan pertemuan disana dan selalu terkendala masalah makanan. Diluar itu, semuanya mengasyikkan di Lawton Coffee Jatiwaringin ini. Pelayanannya juga ramah. Inilah bentuk surga kuliner di Bekasi. Nggak ada yang tidak ada di Bekasi :D.
Dan para penggiat startup atau freelance programmer atau pelaku bisnis toko online yang ada di Bekasi, saya sarankan bekerja di ruangan kafe lawton ini, jauh lebih nyaman dibandingkan di seven eleven atau starbuck.
Sebagai orang Bekasi, saya ini mungkin tergolong orang yang kurang bersyukur atas segala nikmat dan rahmat dari effendi. Beberapa kali atau malah sering sekali saya melontarkan kritik atas banyaknya kebijakan dari Walikota Bekasi yang dirasakan kurang pas atau belum maksimal. Biarlah itu masa lalu.
Banyaknya Mal yang terus tumbuh di wilayah Bekasi Kota, perlahan bisa saya rasakan sebagai keindahan. Mungkin karena Pak Wali kurang pandai membuat hutan dari pohon maka beliau pun mempersilahkan para pengembang properti untuk membangun hutan beton. Hutan beton itu keindahan tersendiri loh, buktinya Jakarta juga senang sekali menghidupkan hutan beton.
Saya teringat nasehat dari Mas Ahu, bahwa nulis tentang Bekasi itu tak perlu yang serius-serius. Bisa dengan candaan. Ucapan yang sangat menyentil, langsung saya sadar bahwa selama ini saya terlalu serius. Menganggap semua hal harus dengan teliti dan fokus tanpa guyonan sedikitpun. Ini pula yang mungkin membuat saya sadar, selama ini terlalu lama gaul sama Bang Komar. Ah semoga Bang Komar tahu kalau Mas Ahu juga merindukan cambangnya.
Sebagai orang yang hidup di kota ribuan motor, Bekasi adalah keindahan tersendiri. Tahukah kalian bahwa Jatiwaringin yang menuju Pondok Gede itu sangat menyenangkan untuk ditinggali. Banyak sekali kuliner di sepanjang jalannya, juga dekat dengan Jakarta. Kalian mau ke Jakarta tinggal nyeberang jembatan Tol, maka sampailah di Jakarta. Dijamin juga Bebas Polisi.
Tidak ada yang lebih enak selain hidup di Bekasi. Pingin bukti? Kalau saya sudah membuktikan, selama 5 tahun hidup di Bekasi dan belum juga pindah. Mau makan bareng keluarga tinggal ke Jatiwaringin, mau ke Mal tinggal jalan ke Bekasi Barat, mau pulang kampung? Tinggal masuk tol.
Jadi kalian yang merendahkan Bekasi namun sebenarnya butuh lewat Bekasi untuk pulang kampung, sebaiknya meminta maaf. Sebelum nanti saya minta tolong Pak Suhardi Alius untuk memarkir bus di jalan arah ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Atau mungkin pingin dicubitin sama Emak Blogger Bekasi Mira Sahid dan Indah Juli?
Oh satu hal lagi, rasa-rasanya Bekasi di Bully itu juga karena orang Bekasinya sendiri yang kurang mempromosikan keindahan Bekasi. Bahkan penggiat blog dari Blogger Bekasinya sendiri saja vakum, ya pantas kalau akhirnya di Bully. Sejak Pilkada dan Pilpres kemarin, masih banyak yang belum move on untuk kembali berteman. Tapi ini cuma dugaan saya saja.
Saya sebagai orang Bekasi selalu bangga menunjukkan bahwa Bekasi itu indah, seindah pikiran saya yang tidak pernah menganggap kesalahan orang lain di masa lalu sebagai kesalahan masa sekarang. Setiap hari adalah baru. Sesuai dengan kata Bekasi yang diambil dari konsonan Be = Dengan dan Kasi = Kasih Sayang artinya Bekasi = Dengan Kasih Sayang. Seperti yang terus didengungkan oleh Mas Amril dengan puisi-puisinya dan Mas Eko Eshape dengan senyum lebarnya.
Google meluncurkan situs layanan khusus untuk merencanakan pernikahan, yang diberi nama Google Wedding. Saya sedikit tergelitik, apa mungkin ini bentuk perhatian Google terhadap jomblo atau mungkin google pingin menyindir karyawannya agar jangan kelamaan pacaran. Entahlah..
Yang pasti situs ini menarik, karena menggunakan fitur-fitur yang sudah ada di google sebelumnya. Sepertinya google memang merencanakan dengan baik segala hal yang dilakukannya.
Apa itu Google Wedding? Silahkan berkenalan sendiri di link yang ini, atau yang ini. Atau ya yang ini.
Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. Sedikit berbeda dari apa yang dinyanyikan oleh Mansur S, sebab sakit hati masih punya banyak teman yang bersedia diajak berbagi. Sementara sakit gigi, siapa yang yang bersedia berbagi sakitnya? :D.
Menderita sakit gigi itu tidak ada enaknya sedikitpun, bahkan lebih ironis karena saat sakit gigi tidak ada orang yang menengok. Timbulnya sakit gigi bisa berbagai macam alasan, yang juga bisa menjadi alasan untuk di cabut giginya. Tindakan ini biasa juga disebut sebagai ekstraksi gigi yaitu pengambilan gigi dari tempatnya atau soketnya yang ada di tulang.
Gedung Juang 1945 atau Gedung Tinggi Tambun merupakan salah satu gedung bersejarah di Kabupaten Bekasi. Gedung yang menjulang tinggi dan terletak tidak jauh dari perbatasan kecamatan Bekasi Timur di kota Bekasi dengan kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi ini pernah menjadi tempat pertahanan pada masa perjuangan kemerdekaan di wilayah Bekasi.
Setelah difungsikan untuk berbagai kegiatan, mulai dari kantor pemerintahan tempat persidangan DPRD, hingga tempat perkuliahan mahasiswa Unisma, gedung ini sekarang tampaknya tidak terurus lagi dan tidak berjalan sesuai fungsinya sebagai peninggalan bersejarah. Banyak kotoran di setiap sudut luar gedung ini dan bau yang tak sedap. Ini membuat siapapun yang datang enggan berlama-lama berkunjung. Bahkan cerita keangkeran yang beredar di masyarakat membuat bulu kuduk merinding ketika berjalan di lokasi ini.
Di tengah kondisi gedung juang yang memprihatinkan dan cerita keangkeran yang beredar di masyarakat, Stasiun Televisi Trans TV memanfaatkannya untuk tayangan program entertainment mistis Rafi Ahmad dkk. Pada gambar screen shoot yang ditampilkan tampak Rafi Ahmad Dkk sedang live streaming di depan Gedung Juang. Langkah ini kemudian dikomentari oleh sejarawan Bekasi Ali Anwar melalui statusnya di Facebook tertanggal 2 Maret 2015:
“Gedung Joang atau Gedung Tinggi Tambun, Kabupaten Bekasi, sedang diperjuangkan oleh sejarawan dan budayawan untuk difungsikan kembali sebagai gedung yang syarat sejarah perjuangan, mengedukasi generasi muda yang berpikir rasional dan religius, memberi tempat bagi bocah-bocah kreatif.
Namun, harapan itu tercabik oleh entertain mistis norak rafi ahmad cs lewat TransTV.
Bukannya memberikan dukungan moril dan materil untuk menyempurnakan tauhid da akhlak, malah ikut melestarikan kemusyrikan.
Siapa juga peminta izin dan pemberi izin?”
Kontan status Ali Anwar tersebut mendapat tanggapan dari netizen Bekasi. Beberapa komentar yang mungkin bisa mewakili diantaranya adalah komentar dari Raden Agah Handoko yang mengatakan: Saya yakin ga minta ijin,karena mau minta ijin sama siapa ?,gedung itu kosong kaga ada yang jaga.saya masuk ngubek2 tuh gedung kaga ada yang nanya atau nglarang seorang pun,malahan banyak anak jalanan yang pada maen kucing2an dalam gedung.mengenai wacana tim cagar budaya akan berkantor di disitu saya sudah dengar sejak dua bulanan yang lalu,pertanyaan saya “akan” nya itu kapan bang ali ??
Komentar ini kemudian dijawab oleh Komarudin Ibnu Mikam “semalem ktemu bg Lepay dn temen2 Wajah, Paku Besi dn Gado2 Betawi..eh, msh ada kwan2 dr TransTV. Trus kita tanya acara ini sudah izin, kata mereka sudah izin bang. ke siapa? mereka jawab ke Jonly dan Pak Bambang…trus juga dah ke kanit…
Komentar Komarudin tersebut kemudian dijawab oleh Raden Agah Handoko “Jonly sama bambang sapa sih bang??,emang gedung juang punya mereka,maen kasih ijin aja tanpa konsultasi sama tim pelestari cagar budaya.”
Berbeda dengan dialog antara Raden Ageh dan Komarudin yang mempersoalkan ijin, dari sisi yang berbeda Agus Kabul Ardiwinata justru berkata “Kenapa melihat sesuatu cuma dari sisi negatifnya saja…padahal secara tdk langsung itu promosi gratis …sehingga diketahui bahwa di Bekasi ada gedung bersejarah dilain sisi itu menjadi koreksi untuk para penguasa Bekasi mengapa Gedung bersejarah itu dibiarkan terbengkalai…maaf kalau ada yg tdk berkenan…”
Dari beberapa percakapan di status facebook Ali Anwar terlihat Gedung Juang memang sudah tidak terurus, sehingga tidak jelas siapa yang berwenang memberikan ijin. Gedung Juang tak lebih sebagai bangunan tua yang telah terlupakan sejarahnya. Bangunan yang lebih layak dibilang gudang penyimpanan barang-barang. Pemerintah Kabupaten Bekasi pun melupakan sejarahnya sendiri. Pemerintah seakan-akan tutup mata untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Padahal sebagai gedung bersejarah, Gedung Juang dapat dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan untuk memperkenalkan sejarah Bekasi kepada masyarakat luas. Idealnya gedung ini bisa digunakan sebagai museum sejarah dan pembangunan Bekasi yang memuat berbagai macam informasi sejarah dari jaman pra kemerdekaan hingga rencana pembangunan masa depan Bekasi (Kabupaten dan kota).
Sebagai warga Bekasi yang hanya bisa melihat dari kejauhan, saya hanya ingin memberi saran singkat kepada pihak-pihak terkait, khususnya pejabat Pemerintah Kabupaten dan Kota Bekasi agar kiranya bisa memanfaatkan gedung-gedung bersejarah untuk tempat belajar bagi masyarakat, belajar tentang sejarah dan berbagai hal terkait lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Para pihak terkait di Bekasi bisa belajar pada pemerintah-pemerintah daerah di Tiongkok yang membangun museum sejarah dan pembangunan di setiap kota sebagai ruang pamer ke publik tentang sejarah kota dan daerah serta rencana pembangunan di masa depan.
Untuk stasiun televisi seperti Trans TV hendaknya lebih bijaksana dalam membuat suatu program dan pintar-pintar memilih tempat, jangan hanya sekedar mengedepankan aspek komersial saja tapi melupakan unsur edukasi. Tayangan mistis yang menampilkan Gedung Juang sebagai subjek bukan mendidik masyarakat dan mendorong masyarakat mengetahui sejarah gedung tersebut, dan ujung-ujungnya sejarah Bekasi, tetapi justru membuat masyarakat takut dan menjauh. Karena itu stop kriminalisasi #eh musyrikisasi Gedung Juang. Jangan tiru Indosat yang ketanggor karena iklan “Lebih Baik ke Ausie daripada ke Bekasi”.
Kecepatan, merupakan tantangan paling besar dari setiap transformasi digital yang terus berubah dengan kecenderungan meningkat. Baik di dalam lingkungan teknologi maupun dilingkungan luar teknologi. Setiap pengguna dari hari ke hari menuntut kinerja teknologi yang makin cepat, tuntutan untuk mendekati real time (waktu seketika) semakin membesar.
Teknologi real-time, yang bergerak tanpa penundaan serta bergerak dengan kecepatannya sendiri, harus bisa memeras setiap detik waktu dari kinerja teknologi. Contoh paling sederhana, website yang lambat saat di akses maka sudah pasti ditinggalkan oleh pengunjungnya. Maka apabila solusi digital dari sebuah produk perusahaan tidak bisa memberikan layanan kecepatan, sudah pasti akan ditinggalkan pula.
Apa dan seperti apa Real-Time itu?
Dari perspektif bisnis digital, definisi yang paling mendekati adalah respon yang cepat. Respon ini mengacu pada rentang waktu saat loading, perpindahan halaman yang cepat ketika menanggapi sebuah klik, interaksi dan penerimaan antar fitur seperti desain yang responsif, hingga pengiriman antar akun maupun device yang cepat. Pelanggan sangatlah mudah berubah-ubah, bila respon aplikasi digital memiliki rentang waktu yang lama, maka bersiaplah untuk ditinggalkannya.
Bisnis digital dengan respon cepat (real-time) juga menjadi acuan untuk informasi-informasi berbentuk digital. Informasi cepat secara real time, meski uraian singkat sangatlah penting bagi pembaca. Itulah kenapa twitter bisa dengan cepat Booming. Setiap orang membutuhkan informasi yang baru (up-to-date) dan real-time.
Dalam bisnis digital game, pengaruh real-time sangat besar. Game yang bisa dengan cepat loading, merubah bentuk fitur atau karakter, menambahkan percakapan saat itu juga, akan membawa pengguna merasa sedang berada dalam permainan digital game tersebut. Belum lagi Game yang berbentuk multiplayer, pengaruh kondisi real-rime sangatlah besar.
Semua itu mengacu pada tindakan serta proses yang cepat dari setiap fitur, pengoperasian maupun informasinya dengan lebih cepat secepat mungkin. Bisnis digital harus bisa meredam kelambatan seminimal mungkin. Informasi maupun interaksi cepat bagi pengguna, akan menjadi kesan pertama yang baik maka selanjutnya bergantung dengan kekayaan fitur tiap produk digital serta dibutuhkan atau tidaknya produk tersebut oleh pengguna. Real-time merupakan kunci penting dalam bisnis digital.
Rumah Belajar Samsung (RBS) yang keempat diresmikan di Makasar pada 27 Januari 2015. Alhamdulillah omjay berkesempatan mengunjungi peresmiannya. Samsung menyediakan kesempatan bagi para pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik dengan lapangan pekerjaan secara langsung dan berbagai pelatihan keterampilan. Adanya RBS diharapkan dapat menjadi solusi pengangguran terdidik di Sulawesi Selatan. Inilah salah satu contoh pendidikan multi budaya yang diharapkan memiliki dampak berkelanjutan dalam menyiapakn generasi emas Indonesia. Yuk kita baca liputannya!
Rumah Belajar Samsung (RBS) Makassar merupakan hasil kerjasama antara Samsung, Yayasan Cinta anak Bangsa (YCAB), Unit Pelaksana Teknis (UPTD), dan Pusat Pelayanan Sosial Bina Remaja (PPSBR) Makkareso Maros Sulawesi Selatan yang memberikan solusi edukasi keterampilan lanjutan lebih dari 240 anak putus sekolah di Sulawesi Selatan. RBS menjadi salah satu pemenuhan komitmen samsung pada dunia sosial dan ketenagakerjaan dalam mencapai masa depan yang lebih baik. Tentu saja untuk mewujudkan semua itu samsung perlu menggandeng dan bekerjasama dengan lembaga lainnya.
Peserta pelatihan keterampilan di RBS MAKASSAR
Kolaborasi antar ketiga lembaga di atas memberikan kekuatan dahsyat untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Sungguh saya sangat kagum dibuatnya. Pemerintah daerah sangat antusias dengan adanya kerjasama dengan pihak swasta ini. Samsung bekerjasama dengan YCAB dan PPSBR Makkareso, Maros ingin mendapatkan pemetaan yang paling sesuai untuk menyasar target RBS di Makkasar. Tanpa adanya kerjasama antar lembaga, mustahil tujuan yang mulia ini dapat terwujud.
Peserta didik di RBS yg dilatih selama 5 bulan
RBS merupakan sebuah program strategic dari corporate citizenship Samsung Electronic Indonesia. Perusahaan elektronik dari Korea Selatan ini benar benar mencari lokasi yang tepat agar programnya tepat sasaran dan memiliki azas manfaat buat orang banyak.
Dialog dan wawancara dengan awak media dan blogger di RBS Makkasar
Perhatikan wajah-wajah anak muda dalam foto-foto di blog ini. Mereka begitu bersemangat belajar di RBS. Selama 5 bulan mereka dilatih keterampilannya, dan juga mentalnya. Kurikulum yang dibuat diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta pelatihan dengan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja pada umumnya. Harapannya, mereka siap kerja dan siap usaha serta kalau bisa siap kuliah lagi di perguruan tinggi. RBS akan berusaha untuk memfasilitasinya.
Harus diakui, kondisi ketenagakerjaan kita banyak yang tidak siap pakai di dunia industri. Hal itu terjadi di hampir di setiap daerah. Tentu ini menjadi perhatian dan latar belakang samsung bersama lembaga lainnya membuka RBS di Makassar Sulawesi Selatan.
Sayang saya belum sempat mendapatkan kisah yang utuh tentang kisah dibalik para penerima bantuan RBS dan bagaimana bantuan samsung melalui RBS bermanfaat bagi mereka. Mr. Kanghyun Lee saat ditanya wartawan enggan menyebutkan berapa dana yang mereka gulirkan. Katanya cukup besar dan ini bisa dilihat dari bukti fisik dari adanya bangunan dan peralatan yang tersedia di RBS Makassar.
Pemberian Cinderamata bersama Farhan Sekjen YCAB saat peresmian RBS di Medan 28 Okt 2014
Inovasi penting yang dilakukan dalam rumah belajar samsung makassar dilakukan dengan fasilitas smart library dengan tujuan meningkatkan kebiasaan membaca anak-anak Indonesia dan juga mendukung bekal keahlian anak didik dalam budaya digitalisasi di dunia perusahaan. Otomatis buku-buku yang ada dalam perpustakaan ini adalah buku-buku yang mampu mencerdaskan peserta pelatihan. Ada sebuah buku lucu dan keren yang saya dapatkan dalam perpustakaan RBS ini.
Sekjen YCAB, Farhan sangat senang bisa ikut andil dalam mewujudkan RBS di 4 kota. Sayang saat pembukaan RBS di Makassar beliau berhalangan hadir, dan diwakili Dr. Iskandar Irwan Hukom (Board, Advisor Yayasan Cinta Anak Bangsa).
Interaksi antara Instruktur dan peserta didik terjalin akrab
Alhamdulillah, senang sekali omjay, Selasa 27 Januari 2015 bisa menyaksikan langsung peresmian rumah belajar samsung di Bantimurung, Kabupaten Maros Makassar. Omjay bisa hadir karena diundang oleh tim Talk Link dari Samsung sebagai bloggers. PT. Samsung elektronics Indonesia adalah perusahaan elektronik urutan ke-7 global brand berdasarkan survey interbrand. Sebuah loncatan hebat dari Samsung dalam dunia elektronik.
Mr. Kang Hyun Lee, Vice Presiden Samsung Electronic Indonesia berinteraksi langsung dengan para peserta didik di RBS Makassar
Dengan diresmikannya rumah belajar samsung di Bantimurung, Maros Makassar, maka sudah ada 4 rumah belajar samsung selain di Jakarta, Medan, dan Cikarang. Adanya RBS diharapkan lebih dari 1200 anak didik dapat dilatih menjadi teknisi elektronik handal dan wirausaha dalam setahunnya melalui pelatihan pelatihan yang diberikan di RBS. RBS di Sulsel diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat pengangguran propinsi yang semakin meningkat setiap tahunnya bila tidak ditangani dengan baik.
Adapun lokasi RBS lainnya yang sudah diresmikan ada di Duri Kepa Jakarta Barat, Cikarang Bekasi yang diresmikan tahun 2012 dan kemudian di Tanjung Morawa Medan yang resmi digunakan sejak tanggal 28 oktober 2014. Di setaip RBS samsung berusaha menyediakan fasilitas pendukung seperti Smart Library. Adanya perpustakaan diharapkan dapat mencerdaskan anak bangsa dan meningkatkan kebiasaan membaca yang sangat lemah di kalangangenerasi muda kita.
Yuk Bergabung di RBS!
RBS memberikan kesempatan bagi para pemuda Indonesia untuk mengikuti pelatihan mental, keterampilan elektronik, dan softkill yang terdiri dari interpersonal skill dan intrapersonal skill. Dari pelatihan ini diharapkan ada kemandirian dan jiwa kewirausahaan dari para peserta yang belajar di RBS. Sudah banyak peserta yang berhasil dan sukses dalam karir setelah RBS didirikan.
Kang Hyun Lee, berdialog dengan peserta didik di RBS MAkassar
Rasanya seperti mimpi bisa berada di Makassar dan melihat langsung RBS yang keempat diresmikan. Selasa, 27 Januari 2015 omjay bersama media dan bloggers mendapatkan kesempatan meliput acara peresmian rumah belajar samsung yang sangat luas lokasinya. RBS dibangun dengan luas kurang lebih 240 meter persegi di dalam area 4,8 hektar di dalam area PPSBR Makkareso. RBS Makassar memiliki 4 ruang kelas dan 1 ruang smart library yang akan memberikan pelatihan keterampilan elektronik di bidang telepon selluler, teknologi informasi atau komputer, audio visual dan peralatan rumah tangga lainnya.
Peresmian RBS di Bantimurung, Maros Makasar, dn smbutan dari Ibu Nurmi Handa, SH, MH (Kepala UPTD Pusat Pelayanan Bina Sosial Remaja Makkareso, Maros)
Di tempat yang luas ini dibangun fasilitas gedung dan sarana penunjang lainnya agar mampu mempersiapkan anak muda Indonesia untuk tidak kalah bersaing dengan pemuda dari negara lainnya dalam mencari dan menciptakan pekerjaan sendiri. RBSyang didirikan dalam area seluas 4,8 hektar ini adalah milik UPTD PPSBR Makkareso di Jl. Poros Bantimurung km. 11, Kabupaten Maros. Keberadaannya diharapkan dapat mengatasi pengangguran, pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan masyarakat Sulawesi Selatan.
Omjay Narsis di RBS Makassar
Terus terang omjay baru tahu ada rumah belajar samsung. Kalau tidak ada undangan datang kepada omjay, mungkin omjay tidak pernah tahu ada rumah belajar samsung yang kehadirannya sangat bermanfaat buat anak muda Indonesia. Peran swasta dalam peduli pendidikan tentu sangat diharapkan. Di sinilah dahsyatnya bila perusahaan swasta berkolaborasi dengan pemerintah daerah.
Konferensi Pers bersama media dan blogger di RBS
Usai berkeliling Rumah Belajar Samsung, ada konferensi pers dan dialog dari Mr. Kanghyun Lee (Vice President PT. Samsung Electronics Indonesia), Ibu Nurmi Handa, SH, MH (Kepala UPTD Pusat Pelayanan Bina Sosial Remaja Makkareso, Maros), Bapak Dr. Iskandar Irwan Hukom (Board, Advisor Yayasan Cinta Anak Bangsa), dan Bapak Drs. H. Patriot Haruni, Msi (Sekretaris Jenderal Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan, mewakili Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan).
Dialog dengan ipul, salah satu peserta RBS yang sudah sukses
Dalam konferensi pers yang digelar, didapatkan informasi bahwa samsung akan membuka kembali rumah belajar samsung yang kelima. Tempatnya sampai saat ini masih dalam tahap penjajakan. Lalu ada cerita dari siswa rumah belajar yang sudah sukses setelah mengikuti pelatihan di rumah belajar samsung. Saeful Alimi yang biasa dipanggil ipul menjadi saksi hidup tentang bukti nyata peran RBS dalam membina dan melatih anak muda Indonesia dalam keterampilan tambahan. Videonya bisa ditonton di sini.
Interaksi sangat penting dalam sebuah pelatihan
Pengalaman diundang mengikuti peresmian rumah belajar samsung di Makasar bagi omjay memiliki arti tersendiri. Ternyata masih ada perusahaan dari luar negeri yang tidak hanya sekedar mencari keuntungan semata di negeri ini. Semoga bisa ditiru oleh perusahaan asing lainnya.
Kawan-kawan Media dan Bloggers yang Ikut Meliput ke RBS
Rumah Belajar Samsung memang sangat inovatif. Keberadaannya mengikuti perkembangan zaman. Teknologi yang ditampilkan dan dipelajari peserta pelatihan selama 5 bulan nampak modern. Saya percaya RBS akan menjadi tempat pengembangan pelatihan keterampilan di bidang teknologi elektronika, dan digital. Peran YCAB sebagai organisasi non profit Indonesia yang berfokus kepada pembagunan anak muda tentu sangat diharapkan. Adanya YCAB memungkinkan pemuda kurang mampu untuk mandiri melalui gaya hidup sehat, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi. Salah satunya dengan bekerjasama membangun rumah belajar samsung bersama PT Samsung Electronics Indonesia, dan Pusat pelayanan Sosial Bina Remaja Makkareso, Maros Sulawesi Selatan.
Mungkin agak terlambat mengomentari kasus Bekasi yang dibully pengguna sosial media sejak tahun 2014 lalu. Namun kiranya belum terlalu terlambat jika saya mengomentari kasus bully Bekasi terkini yang dilakukan PT Indosat lewat iklannya yang beredar sejak pertengahan Desember 2014 yang berbunyi “Liburan ke Aussie lebih mudah dibanding ke Bekasi”.
Berkat iklan tersebut, Bekasi kembali jadi pemberitaan di media sosial. Warga Bekasi merasa tersinggung dengan Iklan Indosat karena terkesan mengolok-olok dan melecehkan Bekasi. Beragam komentar bermunculan, termasuk dari orang nomor satu di kota Bekasi, Rahmat Effendi, yang mengatakan “Bagi saya, itu pelecehan dari produk iklan yang tidak ada dasar ukurannya.”
Ucapan senada juga dilontarkan Budayawan Bekasi yang juga blogger Bekasi, Komarudin Ibnu Mikam, “Buat kami, Bekasi itu seperti orang tua. Jadi kalau ada yang melecehkan itu responnya tidak rasional dan spontan. Etika dan hukum juga mengingatkan agar berhati-hati dalam menayangkan sesuatu yang bernada pelecehan atau penghinaan, pendiskreditan suku atau wilayah.”
Bukan sekedar berkomentar, sebagian warga Bekasi pun ada yang melakukan aksi demonstrasi di depan kantor cabang PT Indosat Bekasi. Lebih jauh bahkan ada yang berencana untuk memperkarakannya ke meja hiaju.
PT Indosat mungkin tidak pernah mengira bahwa reaksi yang muncul akan sedemikian ramainya. Padahal ketika Bekasi dibully di media sosial, tidak ada yang demo, apalagi sampai melaporkan ke polisi dan membawa ke ranah hukum. Karena itu tidak heran jika PT Indosat buru-buru meminta maaf dan mengatakan apa yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk menyinggung siapapun. Bukan hanya meminta maaf, PT Indosat pun mencabut iklan tersebut dari peredaran.
Dari kejauhan saya mencoba mengikuti kejadian ini. Sebagai warga Bekasi, meski saat ini lagi merantau, tentu saja ada perasaan sedih ketika daerah tempat tinggal kita di olok-olok oleh pihak lain, sama sedihnya jika negara kita dilecehkan oleh negara lainnya. Yang semakin membuat saya sedih adalah kenapa justru PT Indosat melakukan kekeliruan yang mestinya bisa dihindari.
Sebagai sebuah perusahaan BUMN yang telah malang melintang puluhan tahun dan paham dunia komunikasi, PT Indosat mestinya mengerti dampak dari tindakan yang dilakukannya, apalagi pembuatan dan penayangan iklan kan bukan proses sehari dua hari, melainkan melalui proses yang panjang. Semestinya PT Indosat tidak ikut-ikutan memanfaatkan popularitas dari pem-bully-an Bekasi untuk mengeruk keuntungan komersial semata. PT Indosat mestinya bisa menjadi panutan dan mitra para pengguna telekomunikasi untuk sama-sama memajukan Bekasi dengan sama-sama memperbaiki apa yang dikeluhkan para pengguna media sosial mengenai Bekasi.
MElalui laman Fesbuk, rekan saya Yulef juga berkomentar yang sama “sangat disayangkan, kenapa PT. Indosat ? Padahal sejak beberapa tahun yang lalu penggiat media sosial Bekasi baik secara komunitas melalui Bloggerbekasi maupun netizen secara personal dari Bekasi sudah terjalin hubungan baik dengan PT. Indosat”.
Nasi memang sudah menjadi bubur, tetapi bubur pun tetap enak jika dikasih kecap, bumbu kuning, abon, potongan daging ayam dan bumbu-bumbu lainnya. Nach PT Indosat bisa jadi telah melakukan kekeliruan melecehkan Bekasi, namun jangan sampai masalahnya kemudian menjadi berkepanjangan dan berlarut-larut.
Langkah meminta maaf dari PT Indosat sudah bagus, namun akan lebih bagus jika diikuti dengan langkah konkrit, mengampanyekan Bekasi dengan citra positif, misalnya membuat iklan yang berbunyi “Lebih Mudah dan Menyenangkan ke Bekasi dibanding ke Aussie”. Bantu warga Bekasi merealisasikan slogan tersebut, baik di kota maupun kabupaten (walau pejabat kabupaten Bekasi banyak yang diam saja ketika Bekasi dibully).
Kita sudahi aksi membully Bekasi. Jadikan energi untuk membully Bekasi untuk membangun bersama kota dan kabupaten Bekasi. Jadikan energi untuk membully untuk mengembangkan kerjasama dan meningkatkan sinergi antara pemerintah kota/kabupaten, warga masyarakat, pengusaha, dan para pemangku kepentingan lainnya.
Patriotisme dan perjuangan masyarakat Bekasi di masa lalu dapat dijadikan panutan untuk membangun Bekasi. Komentar sinis mengenai Bekasi di sosial media tidak dapat dipungkiri cukup merepresentasikan kondisi Bekasi hari ini. Akan tetapi masyarakat juga harus objektif menilai Bekasi.
Peran Bekasi dalam mendukung kemajuan dan pembangunan di Indonesia tidak dapat diabaikan. Di Bekasi misalnya berdiri salah satu kawasan industri terbesar di Asia. Keberadaan kawasan ini sangat penting bagi perekonomian bangsa, bukan hanya masyarakat Bekasi, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Contoh lainnya adalah peran Bekasi sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang dihasilkan masyarakat Jakarta. Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika Bantargebang yang terletak di Bekasi ditutup dan tidak dijadikan TPA. Bisa jadi Jakarta akan dipenuhi sampah yang menggunung.
Dari fakta-fakta itu saja, kita dapat melihat pentingnya Bekasi bagi Indonesia dan masyarakat Bekasi pun tidak perlu minder dengan keberadaan daerahnya. Melakukan kritik terhadap Bekasi merupakan hal yang wajar dan bahkan dibutuhkan, namun membully Bekasi bukan hal yang bijak dan tidak ada yang diuntungkan. Yang ada jusru masyarakat daerah lain yang akan ikut tertawa dan melecehkan.
Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) baru saja meluncurkan film “Karbon Dalam Ransel” (KDR) pekan lalu (19/12) di Jakarta Theater XXI. Film ini diluncurkan secara serentak di tiga kota yakni Jakarta, Denpasar dan Bengkulu. Soft Launching & Roadshow Film KDR telah dilakukan lebih awal tanggal 9 Desember 2014 silam di Universitas Diponegoro Semarang.Sebelum film ini diluncurkan, DNPI telah merilis enam film : tiga film dokumenter yaitu “Setelah Hujan Datang”, “Lakukan Sekarang Juga” dan “Perubahan Iklim di Halaman Kita”, film anak berjudul “Bumiku” dan film remaja berjudul “Senandung Bumi” yang dibintangi oleh Mikha Tambayong.
Peluncuran film ini memiliki makna penting dalam upaya sosialisasi dan edukasi tentang dampak perubahan iklim khususnya kepada anak muda. Apalagi pada Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP20, yang telah berlangsung di Lima beberapa waktu silam, perhatian dan peran anak muda di seluruh dunia terhadap isu perubahan iklim sangat tinggi. Mereka bahkan telah membuat sebuah Deklarasi Global Anak Muda /Youth Global Declaration yang salah satunya berfokus pada pendidikan perubahan iklim. “Melalui film Karbon dalam Ransel, saya berharap anak muda Indonesia menangkap pesan pendidikan perubahan iklim yang tertuang dalam cerita film tersebut,” kata Rachmat Witoelar Ketua Harian DNPI pada momen peluncuran film tersebut.