Dicari, Perancang Senyuman!

Kebetulan di dekat tempat tinggal saya baru buka sebuah klinik dokter gigi yang menamakan dirinya “Smile Designer Dental Clinic”. Sebenarnya tidak terlalu istimewa, karena sekarang ini banyak klinik gigi atau pun praktik dokter yang di-branding seperti itu agar tidak “menyeramkan”. Saya juga belum pernah masuk ke dalamnya, karena memang belum punya masalah gigi, jika pun ada, saya sudah punya langganan dokter gigi, makin kecil kemungkinan saya berkunjung ke klinik tersebut.

Nama yang dipilih pun ketika itu masih saya anggap biasa, karena memang urusan gigi sudah pasti berhubungan dengan senyuman. Hingga suatu ketika saya mengantarkan paman yang hendak pulang ke Jawa Tengah setelah semalam menginap di rumah. “Senyum aja sekarang itu kok perlu dirancang ya, ada desainernya, hehe…” celetuk sang paman tiba-tiba sambil nyengir, ketika mobil yang kami tumpangi melintas tepat di depan klinik praktik dokter gigi tersebut.

Mendengar itu, seketika saya menimpali, “Berarti senyumnya nggak tulus ya, Om? Pake didesain segala…”. Paman saya hanya terkekeh penuh arti mendengar tanggapan tersebut. Sejak pembicaraan singkat itu, saya jadi mulai menganggap bahwa pemilihan nama “smile designer” ini cukup luar biasa aktual jika dikaitkan dengan gambaran keadaan sosial masyarakat kita saat ini, di mana untuk tersenyum saja sampai perlu dirancang atau pun direkayasa.

Jika memang benar ada perancang khusus untuk tersenyum, apa memang sudah separah itu kah kondisi sosial masyarakat Indonesia? Sehingga untuk tersenyum saja perlu seorang perancang. Bukankah sebuah senyuman itu bisa bernilai ibadah jika dilakukan dengan tulus ikhlas? Seperti sabda Rasulullah SAW, ”Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah”. (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi).

Agak susah memang sekarang ini menemukan orang-orang yang saling tersenyum ikhlas di jalanan. Sebaliknya banyak wajah-wajah cemberut, ketakutan, dan kecemasan. Apalagi di tengah kemacetan jalan pagi hari, mereka takut terlambat sampai di kantor, ada yang cemas karena karirnya mulai digoyang pegawai baru, ada juga yang cemberut karena pasangannya terindikasi selingkuh. Senyuman rekayasa dapat kita temukan di wajah model iklan odol yang ada di billboard di pinggir jalan.

Lain lagi jika menjelang pemilu, kita justru banyak menemukan senyum penuh harap para calon legislatif (caleg) yang sedang blusukan memperkenalkan diri kepada konstituen agar nanti wajahnya dicoblos. Jika diperhatikan foto-foto para caleg yang terpampang, hampir semua menunjukkan wajah tersenyum agar terlihat ramah. Entah siapa desainer perekayasa dari semua senyuman itu, yang jelas para pemilih tentunya tidak mudah dirayu hanya dengan senyuman.

Jika memang benar ada yang namanya perancang senyuman, mereka juga akan banyak dicari saat semua tahapan Pemilu selesai. Bagi para caleg atau capres/cawapres yang kalah, tentunya akan sangat kecewa, perlu smile designer agar mereka segera dapat menghadapi masa depan dengan senyuman bahagia, bukan dengan senyum kecut. Sayangnya saya dulu hanya sempat jadi perancang grafis bukan perancang senyum, jadi nggak bisa ikutan merekayasa senyuman mereka. ? [bw]

Bekasi, Belajar Menuju Kota Humanis

Pertengahan Desember 2012 saya bekesempatan mengunjungi Yayasan Zamrud Biru di wilayah Mustika Jaya. Pada waktu itu, saya bersama teman-teman memberikan bantuan kepada yayasan yang bergiat menangani orang-orang yang mengalami disabilitas mental. Pada Selasa (2/5), saya atas nama Pemerintah Kota Bekasi mengunjungi yayasan tersebut guna memberikan bantuan untuk operasional yayasan tersebut.

Dalam kesempatan tersebut saya sangat bersyukur bisa hadir di lokasi tersebut, sebuah kebahagiaan bisa belajar banyak hal dari yayasan yang dikelola Bapak Suhartono. Sebelum berbagi tentang inspirasi dari dari Yayasan Zamrud Biru tersebut, saya ingin memperkenalkan sekilas tentang yayasan tersebut.

Yayasan Zamrud Biru, sebuah lembaga kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanganan orang-orang yang mengalami disabilitas mental. Lembaga kemanusiaan ini dikelola secara swadaya dengan menggunakan fasilitas seadanya. Zamrud Biru menangani 40 orang yang mengalami disabilitas mental. Selama melakukan aktivitas pemulihan mental, Zamrud Biru telah berhasil menyembuhkan beberapa orang di antaranya.

Keberadaaan Zamrud Biru ini sangat berarti di tengah masyarakat Kota Bekasi. Lembaga kemanusiaan yang mampu memberikan nilai pada kemanusiaan. Memberikan dan memulihkan hak-hak anggota masyarakat yang mengalami disibilitas mental. Dengan penuh dedikasi Bapak Suhartono dan kawan-kawan telah memberikan peringatan kepada kita semua dan lebih khusus kepada Pemerintah Kota Bekasi bahwa ada hak-hak warga yang selama ini kita abaikan.

Dalam kunjungan kedua saya ke Zamrud Biru, berbagai pelajaran patut dipetik dan menjadi renungan kita bersama. Pertama, Zamrud Biru telah membuka mata kita semua, terutama Pemerintah Kota Bekasi untuk memenuhi hak-hak warga yang mengalami disibilitas mental. Apa pun kondisi mereka, Pemerintah Kota Bekasi memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-hak mereka sebagai bagian dari keluarga besar Kota Bekasi. Lantas, upaya-upaya strategis dan taktis perlu dilakukan di masa yang akan datang untuk memenuhi hak-hak warga yang mengalami disibilitas mental.

Kedua, Zamrud Biru membuka mata hati kita sebagai manusia yang memiliki rasa empati kepada sesama. Barangkali dengan mengunjungi Zamrud Biru kita bisa memulihkan energi postif yang ada dalam diri kita. Memulihkan rasa kebersamaan yang selama ini tertutupi oleh noktah-noktah individualisme. Zamrud Biru mengajari kita untuk lebih peduli kepada sesama. Menghidupkan kembali falsafah kebersamaan dan gotong royong yang selama ini menjadi identitas kita sebagai bangsa.

Ketiga, Kegiatan sosial berbasis swadaya menjadi hal penting dalam penataan pembangunan ke depan. Pembangunan partisipatori menjadi alternatif dalam menyelesaikan berbagai problematika perkotaan. Dengan asumsi bahwa keuangan daerah yang terbatas, peran serta masyarakat dan swasta menjadi alternatif dalam mempercepat arus pembangunan. Melibatkan swasta dalam menyelesaikan berbagai problematika sosial perlu digagas dan disinergikan dengan program-program pemerintah.

Dengan tiga pelajaran tersebut, saya memiliki imajinasi jika Bekasi akan menjadi kota yang humanis. Kota yang layak untuk di huni. Kota yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Kota yang mana masyarakatnya memiliki kepedulian kepada sesama. Kota yang masyarakatnya saling bahu membahu dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapi kota ini.

Apa yang dilakukan oleh Zamrud Biru adalah cambuk bagi saya selaku salah satu stakeholder pengambil kebijakan. Dengan kepedulian yang berasal dari bawah akan menumbuhkan diaspora ditengah masyarakat kita. Dan ini adalah bibit menuju kota humanis. Selaku pemerintah daerah, berbagai dukungan akan terus kami upayakan untuk mendukung aktivitas-aktivitas kemanusiaan yang berbasis community participation. Zamrud Biru menjadi pelajaran berharga dalam mewujudkan Bekasi kota humanis. **

*http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/03/bekasi-belajar-menuju-kota-humanis-552484.html

Sadisnya Indomie, sadisnya tulisan gugatannya

sesuatu fb grup

Mengikuti polemik “sesuatu” yang terjadi antara blogger Hazmi Srondol dan Indomie memang cukup membuat hati bergetar. Apa yang dilakukan Indomie memang sungguh “Afgan”, alias ‘sadis’ kalau kata anak2 jaman sekarang. Bagaimana bisa dibilang tidak sadis jika sebuah tulisan/cerita yang dipergunakan untuk kepentingan iklan komersial di berbagai media cetak hanya dihargai 3 dus Indomie?

Bagi saya pribadi, Indomie bukan sekadar produk mi instan yang terkadang dikangeni, tapi Indomie juga pernah menjadi bagian dari sejarah hidup saya. Sempat sekitar setengah tahun saya menjadi penulis naskah iklan senior (senior copywriter) yang menangani Indomie ketika saya bekerja di Hotline advertising, sebuah biro iklan milik seorang pakar branding Subiakto.

Indomie adalah salah satu klien besar yang pernah saya pegang, dan sekaligus juga salah satu klien menyebalkan yang pernah saya tangani, hehe… Tapi apa memang ada klien yg tidak menyebalkan? Betul juga sih, tapi untuk klien yang satu ini, kalau pake indikator pedasnya Ma’ Icih, tingkat menyebalkannya mungkin ada di angka sepuluh! Kenapa bisa begitu? Tak akan saya ceritakan karena bisa memperkeruh suasana, dan mungkin juga jadi terlalu teknis, karena akan berhubungan dengan istilah-istilah di kalangan periklanan.

Memori akan tingkat menyebalkan yang tinggi itulah yang membuat saya tanpa berpikir panjang ikut-ikutan menyebar tautan tulisan Hazmi Srondol di Kompasiana itu ke sebuah grup Facebook yang berisi orang-orang yang bekerja dan ada hubungannya dengan periklanan. “Indomie memang harus diberi pelajaran!” begitu suara hati saya pada malam hari itu sebelum saya mengunggah tautannya di dinding grup FB tersebut.

Esok harinya, saya mendapat telepon tak terduga dari seorang kawan lama, kawan ketika kita pernah bersama dalam satu tim menghadapi deadline dan tekanan klien. Ternyata kawan itu adalah salah satu orang biro iklan atau agency yang menangani Indomie, yang ternyata saya tidak menyadari bahwa di bagian bawah tulisan, emailnya ikut pula dicantumkan oleh mas Hazmi. Tentu saja dia agak kaget ketika tahu bahwa yang menyebar tautan di grup itu adalah saya. Hari itu juga posting tautan itu saya hide, meski belakangan ada orang lain yang memposting ulang.

Melanjutkan cerita telepon yang saya terima, kawan itu tentunya tak hanya sekadar menanyakan kabar, tapi juga bercerita tentang kasus ini yang kembali menyeret namanya. Dia bilang bahwa itu kasus sudah agak lama dan masih sedang dalam tahap negosiasi. Bahkan dirinya pun saat ini sudah tidak lagi menangani Indomie, meski produk mi instan tersebut masih menjadi salah satu klien di kantornya. Di saat itu saya dilanda kebingungan plus rasa bersalah. Sebagai penulis saya tidak terima jika sebuah karya tulisan “diperlakukan” seperti itu, sebagai teman saya juga nggak tega ketika dia bercerita bahwa kini namanya menjadi ikutan tercoreng negatif akibat dibukanya kasus ini ke publik dunia maya.

Oke, di titik ini saya akan coba menjadi orang yang tidak memihak. Memang keterlaluan jika perusahaan sebesar Indomie menghargai sebuah karya kreatif yang dibuat iklan komersil di berbagai media hanya dengan tiga dus mi instan. Sudah selayaknya kasus ini dijadikan bahan pembelajaran bagi mereka dengan dibuat sebuah tulisan. Sayangnya, tulisan tersebut mengapa harus disertai pencantuman email dengan nama-nama yang tidak disamarkan dan terang-terangan, yang menurut saya memang kurang elok dan agak sadis juga. Bagi nama-nama yang ada di email tersebut tentunya akan merasa seperti “ditelanjangi” di depan umum.

Ini adalah pembelajaran yang sangat berharga bagi saya, bagi semua pihak. Pihak Indomie, pihak biro iklan/agency, dan juga tentu pihak penulisnya. Kasus ini tidak akan mencuat jika ketika itu pihak Indomie merespon dengan cepat, jika pihak agency terus menerus melakukan pendekatan personal terhadap penulisnya, dan jika sang penulis bisa sedikit bersabar dalam menanti kepastian untuk mendapat hak yang lebih layak. Ternyata, hidup ini memang tidak seindah rangkaian kata-kata yang kita tulis di blog… :)

Game, CD Film dan Anak Kita

Pastinya kawan pernah merasakan gemas sangat bilamana mengetahui pada saat liburan sekolah melihat anak2 kita dengan asiknya bermain sangat intim dengan Game bahkan menghabiskan seluruh waktunya didepan TV mengulang-ulang CD Film kartun yang menjadi favoritnya.

Para Calon Pecatur Hebat

Itu juga yang Sy rasakan beberapa waktu lalu menyaksikan kedua anak Sy (Si Abang 7 thn & Si Ganteng 6 thn) begitu asiknya dengan kedua media itu. Pada awalnya hal itu tidak menjadi masalah karena Sy dan anak2 telah menyepakati aturan mainnya, namun yg menjadi masalah adalah ketika liburan sekolah lalu anak2 menghabiskan waktu dirumah Eyangnya, jelas kontrol aturan main menjadi longgar sangat bukan, hal itu berefek ketika anak2 kembali kerumah dengan membawa kebiasaan dari rumah Eyangnya, dan gemasnya lagi ketika kita mengingatkan kembali aturan main yg sebelumnya telah disepakati, mereka lantas membandingkannya dgn kondisi dirumah Eyangnya…

“Aahhh… Sama Ayah mah gak enak, enakan sama Eyang Kakung…”

Begitulah kira2 jawabannya…
gemas bukan….

Namun bukan juga lantas kita menyalahkan orang tua kita yang terlalu longgar kepada cucunya, tapi kita sendiri sebagai orang tua yang dituntut selalu kreatif mencari strategi baru.

Nah…

Sore itu jadilah anak2 Sy bujuk untuk menerima permainan lain selain Games & CD Film. Setelah timbang sana timbang sini (termasuk pertimbangan dana dikantong tentunya…:D) sepakatlah kami bertiga untuk membeli Papan Catur…

Sebenarnya ada beberapa pilihan yang layak kami dipertimbangkan pada waktu itu a.l permainan Scrable, Monopoli, Karambol dan ular tangga, namun entah mengapa Abang si sulung lebih memilih catur sebagai mainan barunya (belakangan Sy tau bahwa disekolahnya permainan otak catur ini sedang ngetrend-ngetrendnya).

Dan sodara-sodara bagaimana dampaknya kemudian….??

Terhitung sejak sore di hari Minggu yang sejuk itu, setelah kami sama-sama bawa pulang papan catur baru itu sampai dengan tulisan ini dibuat, setiap harinya sepulang Saya dari pekerjaan, Si Abang selalu saja penasaran untuk menantang Saya tanding catur, mungkin juga karena sudah bosan karena selalu menang melawan adiknya Si Ganteng kali yah…

Ayah…. ayoh maen catur lagih…

Dan ketika Saya pulang larut malampun Si Abang setia menantang Saya bertanding catur….

Setiap hari diwaktu sore/malam…
Ya hampir setiap hari….

Jadi penasaran juga Sy dibuatnya menerawang memikirkan jawaban atas pertanyaan:

‘sampai tantangan keberapa ya kiranya tanding catur dengan si abang ini membuahkan kemenangan bagi dirinya??’

Demikian Adanya
~TheEnd~

Salam Sayang Keluarga,
@ludwinardi | 313FE116
www.ludwinardi.com

Mengenal Lebih Dekat Perayaan Imlek

Apakah masih ada yang bertanya apa sih Imlek itu? Hehe

Imlek adalah nama lain dari Tahun Baru China, ini sama halnya seperti tahun baru masehi atau tahun baru Hijriah bagi umat Islam. Pergantian tahun menurut perhitungan tahun China ini dirayakan dengan berbagai tradisi unik khas Tiong Hoa.

Mari kita lihat lebih dekat mengenai Perayaan Imlek dan Tradisi Uniknya yang melambangkan makna masing-masing.

Diawali dari tradisi sebelum hari H tiba, warga keturunan Tiong Hoa atau Chinese sudah mulai bersiap untuk menyambut Imlek.

Tradisi yang dilakukan yang pertama adalah Membersihkan Rumah. Makna dari tradisi ini adalah melambangkan keyakinan bahwa rumah akan bersih dari keburukan dan siap menerima keberuntungan di tahun yang baru. Maka dari itu penting bagi mereka untuk membersihkan rumah sebelum perayaan Imlek tiba.

Setelah dibersihkan, rumah pun di hias dengan nuansa merah khas imlek. Kenapa ya imlek itu identik dengan warna merah? Nah jawabannya adalah karena warna Merah melambangkan sesuatu yang sejahtera dan kuat, serta membawa keberuntungan. Maka rumah pun di dekorasi dengan kertas-kertas merah yang bertuliskan kalimat-kalimat yang baik.

Tradisi lainnya menjelang Imlek adalah Membeli Pakaian dan Sepatu Baru. Wah asyik ya. Hal ini bukan tanpa makna, namun mereka percaya bahwa penampilan dan sikap yang baru sangatlah penting dalam menghadapi masa depan. Mereka berharap dengan sikap yang baru dan optimis, maka di tahun depan mendapat kemakmuran dan rezeki.

Melunasi atau mengurangi hutang pun menjadi Tradisi unik menjelang Perayaan Tahun Baru Imlek. Warga Tiong hoa berharap dengan melakukan hal ini, maka di tahun depan tidak akan terbebani dengan hutang.

Nah, tiba saatnya hari H Tahun Baru China atau Imlek.

Tradisi apa saja yang dilakukan pada saat hari H tiba?

Yang pertama tentu saja adalah beribadah, sembahyang, nyekar atau membakar dupa di Kelenteng ataupun dirumah.

Beberapa warga Tiong Hoa juga datang ke Kelenteng untuk meramal nasib mereka di tahun depan. Tradisi unik ini masih berjalan hingga kini.

Membagikan Angpao. Inilah tradisi yang paling populer dan sering kita dengar.

Apa sih makna Angpao itu sebenarnya? Apakah Cuma membagikan salam tempel alias uang? Ternyata tidak.

Makna tradisi membagikan angpao pada saat Imlek ini adalah berkaitan dengan transfer energi dan kesejahteraan. Orang yang sudah berkeluarga memberikan rizki kepada orang tua dan anak-anaknya. Begitu juga orang yang cukup mampu, harus berbagi rizki dengan yang tidak mampu.

Di Indonesia, ada pula tradisi berbagi Parcel Imlek pada kerabat atau rekan bisnis yang jaraknya berjauhan. Banyak pilihan parcel Imlek yang dijual di pasaran baik offline maupun online. Bagi yang menginginkan kemudahan, layanan Parcel Imlek Online yang dilengkapi layanan Free delivery menjadi pilihan yang tepat.

Di toko parcel online ParselMart misalnya, mereka menyediakan aneka parcel imlek dengan harga terjangkau dan layanan free delivery se jabodetabek. Hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang memiliki budget terbatas karena tak perlu menambah ongkos kirim parcel.

Ada lagi tradisi unik di perayaan Imlek, yaitu pertunjukan Liong/naga dan Barongsai. Tradisi ini salah satu tradisi wajib pada perayaan Imlek. Naga dan barongsai adalah lambang kebahagiaan dan kesenangan menurut kepercayaan warga Tionghoa. Untuk itu pertunjukan tarian singa dan naga ini tak boleh dilewatkan karena dipercaya membawa hoki.

Nah, setelah membagikan Angpao dan menonton pertunjukan Barongsai, perayaan Imlek dilanjutkan dengan Tradisi Makan-makan. Itu dia sebabnya, menurut salah satu teman saya yang keturunan Tiong hoa, resto-resto selalu penuh di malam perayaan Imlek.

Apa saja makanan Khas Imlek? Yuk kita intip.

Siu Mie

Hidangan yang disajikan pada perayaan imlek biasanya minimal terdiri dari 12 macam masakan dan 12 macam kue. Ini melambangkan 12 macam Shio. Seluruh hidangan didoakan bersama-sama dengan keluarga. Masing-masing makanan memiliki makna tersendiri. Misalnya, Siu Mie melambangkan panjang umur dan kemakmuran, lapis legit melambangkan rizki berlapis-lapis, Ikan sebagai simbol air, serta Bebek atau Ayam utuh sebagai lambang untuk udara.

Ayam dan Ikan

Ayam dan ikan adalah simbol kebahagiaan dan keberuntungan, oleh karena itu sebaiknya disajikan secara utuh.

Jeruk

Jeruk mandarin besar menggambarkan kekayaan, sedangkan jeruk jenis kecil menggambarkan keberuntungan karena kedua jenis jeruk ini adalah buah yang berlimpah-limpah di Cina.

Mie

Mie yang panjang, tidak mudah putus menggambarkan panjang umur. Dalam setiap perayaan, mie selalu hadir sebagai wujud harapan untuk diberi umur yang panjang. Kabarnya, saat makan mie ini tidak boleh dipotong melainkan disantap sampai ujung terakhir!

Bebek

Budi luhur sangat dijunjung tinggi oleh budaya Cina, dan sajian bebek adalah simbol dari kesetiaan dan ketaatan. Sementara itu, telur bebek atau ayam memiliki makna kesuburan.

Kuaci

Asinan dari biji semangka atau labu kuning ini sering menemani saat-saat berbincang di tengah keluarga ketika merayakan Imlek. Arti dari sajian biji-bijian ini adalah memiliki keturunan yang banyak.

Lobak

Lobak disebut cai tou yang juga berarti good luck. Saat perayaan Tahun Baru Cina, sajian lobak menjadi wujud harapan baru untuk beruntung di tahun yang akan dijalani.

Tahu

Tahu tausi, puding tahu, dan banyak lagi kuliner Cina yang menggunakan tahu, namun tahu putih tidak disajikan dalam sajian Imlek karena warna putih berarti kematian atau kesialan. Ini yang perlu Anda ingat, jangan menghidangkan menu tahu saat perayaan Tahun Baru Cina.

Bubur Pantang Saat Imlek

Ada juga makanan yang pantang di makan saat Imlek. Warga Tionghoa biasanya pantang menyajikan dan makan bubur ketika Imlek. Bubur dianggap sebagai simbol kemiskinan. Pantangan lain berkaitan dengan makanan pada perayaan Imlek adalah membalik ikan. Ikan yang dihidangkan tidak boleh dibalik posisinya. Jadi, kalaupun ingin mengambil daging pada sisi lain ikan, posisinya harus tetap dipertahankan. Ikan itu juga tidak boleh habis, melainkan disisakan untuk acara makan keesokan harinya. Ini melambangkan nilai surplus untuk tahun berikutnya.

Tradisi tahunan perayaan Imlek ini menjadi warisan budaya warga Tiong Hoa yang tentu saja memperkaya warisan budaya dunia.

Tulisan dan gambar dalam artilel ini dirangkum dari berbagai sumber dan diolah ulang oleh penulis. Hak cipta sepenuhnya bukan milik penulis.

Banjir Jakarta Bekasi

Gerakan Peduli Banjir Jakarta langsung terbentuk sore ini begitu melihat kondisi lapangan yang makin memprihatinkan. Berita perkembangan terbaru dari BMKG mengindikasikan hujan dan banjir akan terus berlangsung selama tiga hari ke depan. Diperkirakan keadaan banjir akan terus berlangsung esok hari dan mungkin akan lebih buruk dari hari ini. Joko Wi juga sudah mengumumkan kondisi Jakarta ada pada status kondisi tanggap darurat. Dari liputan 6 SCTV kita tahu apa yang diucapkan Joko Wi tentang Jakarta.

“Karena kondisi seperti ini, mulai hari ini sampai tanggal 27 Januari 2013, kami nyatakan posisinya tanggap darurat,” kata Joko Wi usai rapat gabungan dengan Menko Kesra, Agung Laksono, BNPB, BMKG, dan Kementerian PU.

Jakarta Darurat Banjir

Rekening untuk membantu penyaluran dana ke korban banjir segera ditentukan dan inilah keputusan dari panitia “KV Peduli Banjir Jakarta” :

Rekening Kagama Virtual (KV) Peduli Banjir Jakarta :
BCA An. Heni Hendriyati.
No. 8990369934. (konfirmasi pengiriman dana via SMS ke ponsel Heni 08158207176)
Rekn. Mandiri a.n AA Sagung Indriani Oka.
No. 1660.0002.07498. (konfirmasi pengiriman dana via SMS ke ponsel Indri 081804050864)

Selama proses pembentukan panitia, sudah masuk permintaan bantuan dari salah satu posko yang ada di Bekasi Utara. Info tersebut sampai ke ponselku dari Bang Komar Ibnu Mikam, aktifis masyarakat yang langsung terjun di posko pengungsian.

Bagi yang ingin memberikan dukungan, baik berupa dana atau apa saja ke Bekasi Utara bisa langsung kontak Bang Komar Ibnu Mikam hp 085693334441 untuk posko di wilayah desa buni bakti, desa muara bakti, desa hurip jaya, desa pantai hurip, desa pantai harapan jaya. Bisa juga langsung kirim dana segar ke rekening BCA atas nama Komar Ibnu Mikam no 2757 532 944

Teman-teman alumni UGM di Jakarta akan konsentrasi untuk penyaluran bantuan di Jakarta dengan tetap berkoordinasi pada posko Bekasi yang dipegang oleh Indri dan juga posko-posko lainnya yang bisa dijangkau oleh komunitas alumni UGM.

Dari kalangan BUMN, akan digalang juga bantuan untuk para korban banjir baik yang tinggal di Jakarta maupun di kota sekitarnya, termasuk Bekasi. Semoga gerakan moral dari teman-teman ini diberi kemudahan oleh Allah swt dan dapat meringankan beban para korban banjir. Amin.

Peduli banjir Jakarta

Salut buat panitia gerakan “Peduli Banjir Jakarta”, mari kita bantu sekuat kemampuan kita. Semoga Allah swt memberikan kekuatan dan kemudahan buat para panitia yang bekerja tanpa kenal lelah. Salam sehati.

Shalat Jumat : Anak-anak Berisik, Bagaimana Solusinya ?

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Kemaren siang waktu Jum’at saya memilih lebih cepat satu jam masuk Masjid di komplek sebelah. Ketika saya masuk, baru ada 2-3 jamaah yang sudah di dalam Masjid. Setengah jam kemudian Masjid sudah terisi penuh.

Illustrasi, sumber : adicita.com

Menjelang Adzan berkumandang di Masjid ini ada kebiasaan atau tradisi yang saya pandang harus di evaluasi. Yaitu efektifitas tugas Bilal dan pesan yang disampaikannya.

Sebagai Masjid yang sedang melakukan tambahan pembangunan, laporan keuangan oleh pengurus biasanya mengawali sambutan, Namum pada hari ini berhubung bendahara sedang ke luar kota sehingga hanya diisi oleh permintaan maaf oleh Imam Masjid terhadap protes orang tua yang tersinggung dengan pernyataan Imam yang memberikan teguran kepada anak-anak yang selalu berisik saat prosesi Shalat Jum’at berlangsung. Memang setiap kali saya ikut Shalat Jum’at di Masjid ini, hampir tidak pernah absen saya mendengar teguran bernada tegas dan agak keras dari beliau. “Anak-anak kami yang di belakang, silakan tenang dan diam, kalau tidak bisa diam kalian pulang saja”, begitulah kalimat yang sering saya dengar.

Rupanya ada sebagian orang tua yang tersinggung dengan kalimat tersebut. Sehingga kali ini, Sang Imam Masjid harus meminta maaf dan mengklarifikasi bahwa kalimat seperti itu hanya gertakan saja, “Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Saya sebenarnya tidak sampai hati mengusir mereka, bagaimanapun marilah kita sama-sama mendidik dan memberikan pengertian kepada mereka anak-anak kita”. Kata beliau. Sejujurnya, saya sendiri juga mengalami bagaimana ketidaknyamanan mendengar suara gaduh yang mereka hasilkan dari cengkrama yang berlebihan di belakang. Teguran biasanya sebelum khatib naik mimbar, saat khatib berkhutbah malah makin menjadi-jadi karena tidak bisa ditegur.

Berkaitan dengan hal ini, seperti yang saya sebutkan di atas bahwa ada hal yang sangat perlu di evaluasi. Di Masjid ini ada sebuah kebiasaan selain Adzan dikumandangkan dua kali, juga sebelum khatib naik mimbar ada seorang bilal yang bertugas selalu mengingatkan kaum muslimin dengan membaca sepotong hadist yang saya tangkap seperti ini :

Yaa ma’asyiral muslimun

 

sumber : dokumen pribadi

‘an abiy hurairata annan nabiyy shallallahu ‘alaihi wassalam qaala : idza qult lishaahibika wal imaamu yakhtubu yaumul jum’ati angshit, faqad laghawt

Selain itu ada kata-kata , angshituu wasma’u 3x rahimakumullah…. + doa (himbauan ini maksudnya bagus, namun sayangnya orang yang mengerti bahasa arab saja yang bisa menangkap maknanya)

Hanya potongan hadist itu yang saya ingat,walaupun sebenarnya agak panjang sambungannya. Saya hanya menekankan bagian ini yang harus sama-sama dievaluasi.

Pertama, pengamatan saya hanya itu-itu saja orang yang ditunjuk sebagai bilal. tampaknya hanya mereka saja yang hafal lafadz yang harus disampaikan sekaligus bisa adzan. Menurut yang saya pahami, karena bukan syarat mutlak ataupun termasuk rukun dalam shalat Jum’at apa salahnya dihilangkan saja atau kalau masih diinginkan tidak ada salahnya diajarkan secara luas, dituliskan dan tempelkan di papan informasi Masjid agar banyak orang bisa hafal sehingga ada regenerasi atau kaderisasi. Jangan sampai suatu saat tidak ada yang berani maju sebagai bilal sehingga menyebabkan tidak jadi shalat Jum’at atau malah dianggap shalat Jum’at jadi tidak sah. Na’uzubillahi min dzaalik.

Kedua, selain kaderisasi sebagai bentuk penyegaran dan memberikan kesempatan kepada jamaah, hal ini juga merupakan upaya agar semua mengerti dan paham inti pesan yang disampaikan sehingga semua jamaah merasa ikut bertanggung jawab menciptakan ketenangan dan kesakralan Shalat Jum’at. Selama ini saya lihat apa yang disampaikan bilal belum dipahami sepenuhnya oleh jamaah.

Ini lah terjemahannya :

Wahai Jamaah kaum Muslimin,

Dari Abu Hurairah, Bahwasannya Nabi SAW bersabda : Jika engkau berkata kepada kawanmu “diamlah!”, pada hari Jum’at dan imam sedang berkhutbah, maka sungguh engkau telah mengatakan perkataan sia-sia. (HR Bukhari, no. 934; Muslim, no. 851).

Sia-sia disini maksudnya tidak mendapatkan keutamaan dan keberkahan Jum’at pada hari itu.

Bila semua orang mengerti dan faham dengan petunjuk ini, saya yakin dan percaya tidak ada lagi orang tua yang merasa tersinggung oleh teguran Imam Masjid terhadap anak-anak yang berisik karena ini tanggung jawab bersama agar ketenangan, kenyamanan dan kekhusyuan Jum’at bisa terjaga.

Menurut saya, mereka harus diberi pengertian oleh orang tuanya dari rumah. Di beberapa Masjid di tempat lain yang sering saya singgahi malah jarang bahkan hampir tidak terdengar teguran, anak-anak pun mengikuti shalat Jum’at dengan tenang dan tertib seperti seharusnya.

Ini adalah pengalaman pribadi penulis. Bagaimana pendapat dan usulan pembaca ?

Tentang berbicara saat Imam Berkhutbah bisa juga dibaca di sini atau di sini

Kesabaran Berbuah Kebahagiaan

Sambil menikmati sarapan pagi di Railway restoran hotel Kuta Station di Jalan Kartika Plaza saya menuliskan cerita ini. Bahagia rasanya bisa pergi berlibur ke Bali bersama keluarga tercinta. Impian saya untuk berlibur ke Bali bersama keluarga tahun ini terwujud sudah. Meskipun harus melalui kesabaran yang luar biasa. Kami harus menunggu dengan sabar pesawat Garuda yang akan kami tumpangi di Bandara Sukarno Hatta selama 2 hari. Kesabaran ternyata berbuah kebahagiaan.

 

1356107325837380222

 

Saya tak pernah mengira perjalanan kami sekeluarga dan rombongan sekolah ke Bali menjadi berliku-liku. Kemacetan total di jalan tol menuju bandara Sukarno Hatta terjadi berjam-jam lamanya. Sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan. Kami harus terdampar selama dua hari di tempat yang tak terduga sebelumnya.

 

Wuih sebuah pengalaman yang membutuhkan kesabaran. Hampir saja saya dan teman-teman lainnya emosi karena tak jelas kapan akan mendapatkan pesawat terbang yang dijanjikan oleh pihak maskapai garuda dan travel wisata yang melayani kami. Padat sekali jadwal penerbangan menuju denpasar Bali, sehingga hanya sekitar 10 orang saja yang bisa berangkat di hari kedua penantian kami. Padahal sudah berjam-jam kami menunggu, tapi belum juga ada kejelasan rombongan kami akan diberangkatkan ke Bali.

 

 

13563256161037508386
Stand PMI di Bandara Sukarno Hatta

 

Tentu saja sebagian rombongan kami menjadi emosi dan mulai terlihat menahan amarah. Anak-anak terlihat sudah mulai resah, gelisah dan galau. Namun istriku selalu mengingatkan untuk bersabar. Ini adalah bagian dari skenario Allah. Manusia merencanakan Allah menentukan. Walaupun jadwal keberangkatan ke bali sudah fix, bila Allah berkendak lain, maka kita harus bersabar diri menerimanya.

 

Selama seharian menunggu pesawat garuda Indonesia Airways yang bisa menerbangkan kami, saya isi waktunya dengan membaca, sambil mengupdate status facebook, dan menjawab email. Ada email yang membahagiakan. Panitia education award bank syariah mengabarkan akan segera mentransfer hadiah sebesar 10 juta kepada saya sebagai guru terfavorit 3 dalam hut bsm syariah yang ke-13. Tentu saya bersyukur, di saat menunggu pesawat terbang ada kabar gembira datang.

 

Ketika matahari mulai terbenam, pihak travel dan manajemen garuda mengabarkan bahwa kami tidak bisa terbang ke Bali. Sebagai konsekwensinya, rombongan kami diinapkan di hotel Ibis mangga dua. Pihak manajemen garuda menjanjikan bahwa baru besok pagi ada pesawat berbadan besar yang bisa membawa rombongan kami. Kecewa dan bahagia bercampur jadi satu. Kamipun berdoa semoga besok dilancarkan segala urusannya.

 

 

1356324151796634820
Tiba Kembali di Bandara SUTA setelah menginap semalam di hotel Ibis

 
Pagi sekali semua anggota rombongan sudah siap di bus masing-masing menuju bandara. Kami semua berdoa kembali agar dimudahkan segala urusan pada hari ini. Alhamdulillah, perjalanan menuju bandara SUTA sangat lancar sekali. Sekitar pukul 07.00 wib kami sudah berada di bandara suta kembali.

 

Rupanya, kesabaran kami masih diuji kembali. Pesawat yang akan kami tumpangi baru bisa berangkat siang hari sekitar pukul 11.30 wib. Itu artinya kami harus menunggu lagi hampir selama 5 jam. Kesabaran kami benar-benar sedang diuji kembali. Untunglah semua anggota rombongan menerima dengan senang hati, ketika pihak garuda mengabarkan bahwa kita akan naik pesawat berbadan lebar boeing 747-400. Sebuah pesawat yang pernah saya tumpangi ketika dulu melaksanakan umrah ke ke tanah suci.

 

 

1356324378493202668
Pesawat Boeing 747-400 yang akan membawa kami ke Bali

 

Selama 5 jam menunggu, saya tergelitik dengan petugas palang merah indonesia. Mereka berteriak lantang sambil menawarkan sumbangan pmi kepada para calon penumpang pesawat terbang. Hebat sekali mereka. Tetap tersenyum walaupun tidak banyak Orang berhenti untuk menyumbangkan sebagian rezekinya. Kesabaran mereka dalam menanti para dermawan perlu diacungi dua jempol.

 

Tak terasa waktu 5 jam berlalu begitu saja. Anak-anak sangat bergembira ketika pesawat yg akan kami tumpangi diumumkan. Kami pun segera masuk pesawat berbadan lebar boeing 747-400. Anak pertama saya intan segera mendokumentasikannya melalui kamera canon 1000d yang dibawanya. Narsis dulu akh!

 

135610804596930708
Omjay di depan PESAWAT Boeing 747-400

 

Bahagia rasanya berada di dalam pesawat besar ini. Jadi terasa pergi umrah lagi. Saya update status facebook dulu sebelum pesawat diberangkatkan. Saya pun berdoa semoga tahun depan bisa pergi bersama keluarga ke tanah suci. Kesabaran ternyata berbuah kebahagiaan.

 

Akhirnya Bisa Terbang Juga Menuju Bali

 

Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com

Yang baru dari situs @BloggerBekasi(dot)Com di usianya yang ke 3 (tiga)

Siang ini aku bersama dua jagoan dari Bekut menghampiri rumah Mas Kika. Bukan mau mengeroyok mas Kika atau mendaftar sebagai pendukung Joko Wi, bukan pula untuk mendukung Barcelona, karena salah satu Jagoan Bekut (Bekasi Utara) adalah pendukung asli Madrid. Kita datang ke rumah boss Alurkria ini untuk melihat tampilan akhir http://bloggerbekasi.com yang sekarang mendapat sentuhan tangan dingin mas Kika.

“Apa yang membuat blog kita beda dengan blog lainnya atau apa yang sama dari blog ini dengan Kompasiana atau Detik?”, sang Jawara Bekut langsung menohok dengan pertanyaan to the point.

Mas Kika pasti juga sangat piawai kalau hanya menjawan pertanyaan seperti itu.

“Kuceritakan saja kelebihan situs blogger bekasi nantinya ya”

“Oke”

Mas Kikapun mulai menunjukkan beberapa hal yang menjadi pembeda situs ini dengan situs lainnya.

“Yang pertama, tidak ada pemindah tema (Theme switcher) pada tema yang dipakai di situs ini”

“………………”

“Kalau di blog yang lain ada sebuah fitur yang tugasnya memastikan perangkat apa yang dipakai untuk akses blog kita dan kemudian memilihkan tema yang cocok untuk perangkat kita. Misalnya kita akses memakai iPad, maka tema blog akan berubah menjadi tema untuk browser mobil”

“Terus?”

“Nah kalau situs beblog ini hanya punya satu tema, tetapi piranti apapaun yang dipakai mengakses blog kita, tampilan situs beblog tetap bagus dan tidak berubah”

“Wow keren. Terus apa lagi mas”

“Yah itu saja dulu donk, kan masih rahasia…”

“Halah, ini kan antar kita dan menurutku perbedaan beblog yang baru ini perlu disoialisasikan dulu ke para blogger”

“Sebenarnya ada satu kelemahan beblog yang lama yaitu model moderasi, padahal bukan kita penanggung jawab tulisan para blogger yang nulis di beblog. Jadi kita bebaskan saja keinginan para penulis untuk menulis, toh tulisan mereka adalah tanggung jawab mereka sendiri”

“Lho kok gitu?”

“Biarkan para pembaca yang menilai, siapakah penulis yang dicintai para pembacanya dan siapa penulis yang tulisannya jarang dibaca oleh pembaca”

“Bukankah ini akan memancing penulis bebas menulis, bahkan tentang SARA?”

“Jangan salah. Tulisan yang berbau SARA akan kita turunkan mas”

“Lho kan tanpa moderasi, tulisan tentang SARA itu sudah dibaca banyak orang baru diturunkan donk?”

“Ya benar”

“???”

“Disini memang dibutuhkan laporan dari para pembaca tentang tulisan yang tidak layak di BeBlog dan nanti admin yang akan menyelesaikan proses penurunan artikel itu. Bisa juga dari admin langsung tahu dan langsung juga menurunkan artikel itu dari beblog agar tidak dibaca lagi”

Pembicaraan sore itu akhirnya harus berakhir cepat karena ada janji ketemu dengan tim dari Nawala untuk diskusi tentang acara Ultah BeBlog dan Amprokan Blogger 2012. Sampai ketemu di ultah beblog yang ke 3 (tiga). Ingat tema kita “3 tahun Blogger Bekasi Semangat Kebersamaan dalam Harmoni Perubahan“

 

Si Gila Hormat yang Jadi Pembunuh Berdarah Dingin

Dari tahun ketahun bila Ramadhan tiba, kita senantiasa di suguhi berita duka dari kalangan masyarakat miskin. Dari berbagai media terutama televisi, kita menyaksikan bagaimana antrian masyarakat golongan bawah itu berdesakan, saling dorong, lalu jatuh dan terinjak. Ada yang hanya sekadar luka memar namun tak jarang ada yang sampai pingsan bahkan meninggal karena tak tertolong lagi. Semua itu terjadi hanya karena ingin mendapatkan selembar uang 20 ribuan atau sekantong plastik sembako dari orang “dermawan” maupun orang kaya yang tinggal di suatu kota besar maupun kota kecil.

Hal ini terjadi karena sang “dermawan” atau si orang kaya itu ingin mengeluarkan zakatnya di bulan Ramadhan, sebagaimana diwajibkan dalam salah satu rukun Islam. Sebenarnya pengeluaran atau perhitungan zakat ini tidaklah muthlak dilakukan pada bulan Ramadhan. Karena hal ini dapat di bayarkan kapan saja, asal penghitungannya sudah cukup dalam setahun. Hanya saja karena bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan penuh rahmat dan pahala yang melimpah, maka di jadikanlah bulan Ramadhan ini sebagai saat menghitung dan mengeluarkan zakat ini. Tentu saja dengan mengharapkan pahala yang berlipat ganda pula, disamping keinginan membantu para fakir miskin itu untuk ikut bergembira menyambut datangnya hari raya Idulfitri.

Namun disayangkan pembayaran zakat yang nilainya 2.5 persen dari kekayaan yang didapatkan selama setahun ini, dalam pelaksanaannya terkesan sebagai pemberian yang bentuknya seperti hanya sedekah. Seperti tidak didasari dengan ilmu yang cukup dan niat yang ikhlas sebagai suatu kewajiban yang harus ditunaikan sebagai seorang muslim, lebih terkesan lagi adalah sebagai wadah untuk pamer kekayaan dan rasa riya.

Padahal kewajiban Zakat itu dibebankan kepada seorang muslim adalah bagian dari perintah agama untuk pengentasan kemiskinan. Lalu pengentasan apa yang di dapatkan dengan memberikan uang sekadarnya maupun sembako yang hanya bisa untuk makan sehari dua hari yang untuk mendapatkannya juga harus menyabung nyawa?

Banyak cara yang lebih cerdas untuk membayarkan zakat. Cara yang paling sederhana dan tidak perlu ribet atau repot adalah melalui amil zakat yang saat ini bertebaran dimana-mana. Mulai dari Bazis bentukan pemerintah hingga Dompet Duafa yang sepenuhnya swasta, atau yang paling ringkas badan amil zakat yang ada di masjid disekitar kita. Namun bila ingin memberikannya langsung kepada mustahiq atau mereka yang berhak menerima zakat ini, para muzakki atau sipemberi zakat bisa saja memberikannya kepada orang yang telah dipilih dan menurut penilaiannya layak untuk dibantu.

Diantara banyak pilihan itu diantaranya bisa dengan memberikan bea siswa kepada pelajar dari keluarga tak mampu, misalnya untuk setahun penuh atau kalau memang nilai zakatnya cukup besar bisa hingga si pelajar tamat dari sekolahnya. Pilihan lain adalah dengan membantu permodalan para pedagang kecil, hingga bisa berkembang menjadi menengah atau besar, hingga si pedagang yang tadinya mustahiq itu bisa berbalik menjadi muzakki, atau dia yang tadinya berada di kaki lima bisa pindah ke toko. Bisa juga dengan memberikan peralatan yang lebih lengkap untuk bengkel-bengkel kecil di kakilima, sehinga si pemilik bengkel bisa bekerja dengan lebih leluasa melayani pelanggannya, hingga dia kemudian bisa berkembang menjadi bengkel yang lebih besar dan dapat menampung pekerja yang lebih banyak, hingga mengurangi pengangguran.

Apa yang saya uraikan di atas hanyalah sebagian kecil dari banyak kemungkinan yang bisa di lakukan oleh para muzakki dalam menunaikan kewajibannya, sehingga tujuan mengentaskan kemiskinan itu tercapai walau baru pada skala yang lebih kecil atau ruang lingkup yang lebih sempit. Tapi apa yang dilakukan ini jauh lebih tepat daripada membagi-bagikan uang kepada fakir miskin dengan cara yang salah, hingga sampai menimbulkan korban luka-luka, pingsan atau malah meninggal dunia.

Saya kira Anda para muzakki, tidak ingin dituduh sebagai pembunuh berdarah dingin, hanya karena ingin pamer kekayaan dan rasa riya ingin terkenal dan masuk berita televisi sebagai orang dermawan. Biarlah hanya Anda dan Tuhan yang tahu apa yang Anda kerjakan dan apa yang ada di dalam hati Anda. Andaikan tangan kanan Anda memberi, biarlah tangan kiri Anda tak mengetahuinya.