Kebakaran hutan di Sumatera bikin runyam, bukan hanya masyarakat sekitar yang terganggu oleh asap, tetapi juga masyarakat negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia ikut terganggu.
Gara-gara asap, Malaysia dan Singapura konon melaporkan Indonesia ke PBB dan meminta badan dunia tersebut melakukan penyelidikan dan menjatuhkan sanksi.
‘Wah gile, sampai segitunya Malaysia dan Singapura, pakai ngelapor ke PBB segala’ komentar Sanip saat mendengar kelakuan Malaysia dan Singapura.
‘Padahal ketika bertahun-tahun nerima oksigen dari Indonesia, mereka diem-diem aja. Dan waktu nerima koruptor Indonesia mereka juga diem aje’ tambah Sanip sambil ngutip ucapan mantan wakil presiden Indonesia yang kalem menyikapi kasus asap yang nyebrang ke negara tetangga
‘Sabar Nip … elo kan gak tahu cerita sebenarnya’, ujar Bang Nawi yang mencoba menenangkan Sanip yang lagi sewot
‘Lho cerita sebenarnya bagaimana?’, tanya Sanip
‘Yang gue denger, begitu PBB menerima laporan dari Malaysia dan Singapura, maka PBB pun segera mengirimkan utusan khusus untuk menyelidik kebenaran laporan yang mereka terima dan apakah benar masyarakat Malaysia dan Singapura keberatan menerima kehadiran asap tebal dari Sumatera’, jelas Bang Nawi
‘Terus?’, tanya Sanip gak sabaran
‘Ya, setibanya di Malaysia, utusan khusus PBB tersebut langsung menjalankan tugasnya menanyakan pendapat masyarakat tentang asap. Di Malaysia, utusan PBB tersebut bertanaya: Apakah anda terganggu dengan kualitas udara sekarang? Warga Malaysia yang ditanya pun menjawab: Betul, asep tebel sekali …!’ jelas Bang Sanip
‘Nach kalau di Singapura’ tanya Sanip lagi
‘Di Singapura pun sama. Ketika diajukan pertanyaan yang sama ke warga Singapura, yang kebetulan orang Melayu juga, maka jawaban yang diperolehnya pun sama: Ya … asep tebel ..’
‘Nach setelah melihat kondisi asap dan hasil wawancara dengan warga masyarakat di Malaysia dan Singapura, akhirnya utusan PBB tersebut pulang ke kantornya di New York dan melapor ke bossnya, bahwa asap dari Indonesia ternyata tidak masalah dan bisa diterima karena masyarakat Malaysia dan Singapura bilangnya “Acceptable”. Nach “Acceptable” kan artinya dapat menerima’
‘Ha ha ha … gue kira beneran, kagak taunya si Abang lagi becanda’, ujar Sanip sambil terpingkal-pingkal
‘Ya sesekali melucu kan boleh Nip … gue juga dapet cerita itu dari koran online kok’, bales Bang Nawi menutup pembicaraan