Bermain juga Belajar…

foto jepretan pak eko eshape saat di Roxy food - cikarang

Bermain juga Belajar… mmhhh memang mengassikkan, Seperti biasa dalam acara Pelatihan Mie kami selalu mengajak si Ifan, begitupun Pak andi juga mengajak si Andin.

Karena suka bertemu akhirnya Andin dan Ifan menjadi teman bermain dalam acara Pelatihan di area Food Court entah itu berlari-larian kesana-kemari sambil main petak umpet. Dalam suatu kesempatan ada kegiatan lain yang mereka lakukan dengan serius sekali yaitu belajar, tapi apa sedang di pelajarinya antara Ifan dan Andin ?

Kesempatan Bermain sambil Belajar seusia Andin dan Ifan memang sangat diperlukan jadi dalam kesempatan di Pelatihan ini si Andin dan Ifan menemukan caranya dalam bermain yang tidak menganggu kami yang sedang membantu acara Pelatihan mie dengan cara Belajar menulis dan berhitung dengan kertas atau buku yang yang tidak dipakai.

Jadi nga perlu terlalu khawatir jika pergi membawa anak, pasti mereka akan menemukan cara bermain yang aman tanpa harus membeli.

Ingat, anak adalah peniru yang ulung.

tag : fire protection, safety, pelatihan

Puisi : Kota Kecil dan Keheningan Itu

Senyap yang menggantung pada kelam kota kecil kita

Adalah desah nafas rindu yang kita tiupkan perlahan

pada langit, bulan separuh purnama, rerumputan pekarangan dan

desir angin yang mengalir lembut menerpa

pipimu yang telah basah oleh airmata

“Kesepian yang menyesakkan, ” katamu pilu.

Jawaban atas segala pertanyaanmu tak jua ditemukan

bagaikan kumbang merahasiakan makna dengungnya pada putik bunga,

Semua yang ada tak akan menjelaskan apapun

termasuk kehadiran kita di kota ini

tempat kita menganyam angan dan harapan

Kenangan itu akan kita kekalkan, mengukirnya di jagad hati dan

merangkai segala impian absurd seraya mengucap lirih namamu, namaku,

Dalam keheningan yang menikam

Di Kota kecil kita..

Cikarang, 3012011



Rahasia Kepedihan

Sebagaimana setiap cinta dimaknai, seperti itu pula dia, dengan segala pesona yang ia punya menandai setiap serpih luka jiwanya sebagai pelajaran gemilang. Bukan kutukan. Apalagi hukuman. Perih yang ada di hati memang memberi jejak kepahitan dan warna kelam dari sebuah perjalanan.Tapi apa yang terjadi bukanlah sebentuk ketidakberdayaan dan kepasrahan menanggulangi kesedihan.

“Ini,”katanya dengan suara serak,”Bagian dari proses. Menuju cinta. Ketabahan menghadapinya adalah kemenangan atas ego dan amarah yang liar mendesak batin. Setiap waktu. Aku belajar untuk tegar dari rasa sakit, kepedihan, dan setiap tetes airmata yang jatuh. Menyimpannya rapat-rapat. Hingga waktu melerai segala gundah, hilang, hingga bahagia mengemuka. Suatu ketika”.

Senja terlihat memerah di batas cakrawala saat ia meraih cangkir cappuccino, menyeruputnya perlahan seakan meresapi setiap teguk membasahi tenggorokan.

“Hidup ini harus dirayakan, bukan diratapi. Tak ada yang patut disesali. Karena apa yang tengah dan telah kita jalani sekarang adalah hasil pilihan-pilihan kita sendiri sebelumnya. Soal apakah kelak itu adalah pilihan keliru, bukanlah jalan terbaik untuk mencari siapa yang salah. Tapi kita mesti menghadapinya, sebagai resiko atas segala konsekuensi”, katanya dengan sorot mata tajam menikam.

Ia lalu menggenggam tangan sahabatnya erat-erat seraya berkata lirih dengan intonasi tegas,”Bangkitlah!. Kamu berhak untuk bahagia! Patah hati seharusnya membuatmu kuat, bukan lembek begini. Come on my friend, hidup ini terlalu indah untuk dinikmati”.

Mereka lalu berpelukan. Erat sekali.

****

Perempuan itu menatap nanar layar monitor komputer dihadapannya.

Disampingnya tergolek pakaian badut yang kerap kali digunakannya mencari nafkah di sebuah taman bermain. Tak ada satupun keluarga maupun kawan-kawannya yang tahu apa profesi sebenarnya. Ia enggan membagi kisahnya, pada siapapun. Tidak penting dan tak ada gunanya.

Apa yang dilakoninya saat ini merupakan rahasia dirinya. Yang disimpan rapat-rapat dalam brankas hati. Mendadak ia teringat ucapan Tony Leung yang berperan sebagai Tuan Chow dalam film “In The Mood for Love” (film ini memenangkan teknik film dan aktor terbaik pada festival film Cannes tahun 2000) di adegan percakapan dengan seorang pengunjung warung tempat ia biasa makan.

“Aku akan mencari sebuah pohon tertua di hutan, melubangi batang pohonnya dan membisikkan rahasia pada lubang pohon tersebut. Aku akan menutup lubang tersebut dengan lumpur atau sejenis tanah basah lainnya. Menunggunya hingga kering seraya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kuat-kuat. Dan beban itu telah terbagi. Rahasia itu telah tersimpan baik pada tempatnya”

Perempuan itu tersenyum sendiri dan membayangkan ada berapa banyak pohon yang dibutuhkan oleh penduduk dunia ini untuk menyimpan rahasia yang tak ingin dibaginya?. Lantas pertanyaan-pertanyaan lain datang mendera, bagaimana jika suatu waktu pohon itu ditebang, dipotong-potong dan menjelma jadi bentuk berbeda, apakah rahasia itu tetap akan aman disana?. Perempuan itu menghela nafas panjang. Rahasia itu mungkin tetap aman disana, dalam daging pohon, di wujud apapun, tak perduli seperti apa bentuknya. Ia lalu terkekeh pelan. Kenapa ia tiba-tiba jadi melankolis dan konyol begini?.

Jemarinya lalu menari pelan tuts-tuts keyboard netbooknya. Sebuah puisi lahir disana.

Menelisik potongan rindu yang entah kau letakkan dimana

seperti mengais serpih-serpih kenangan yang tercecer

bersama debu jalanan, belukar ilusi, hening malam dan

nyala lampu mercury yang membias hangat, memantulkan cahaya

pada genangan air di pinggir jalan

Gigil kangen ini, katamu pilu, serupa tatih langkahku yang gamang

meniti dari sunyi ke sunyi dengan tembang lirih melantunkan namamu

Kita merangkai segala kisah lama itu pada berlembar-lembar puisi

mencatatnya dengan jemari gemetar seraya meniupkan asa

pada setiap jejeran huruf yang menandai memori kolektif kita

Lembayung pucat dan semilir angin bertiup lembut

memahat getar asmara kita di langit,

menyisakan spektrum keheningan,

saat kita memulai pendakian hasrat itu sendiri-sendiri

lalu memandangnya dari kejauhan dengan tatap nanar

sambil berbisik lirih: bentang jarak adalah niscaya namun

cinta adalah episode yang tak akan usai dan

padam cahayanya di tungku hati..

Perempuan itu menangis seusai membaca kembali puisi yang baru saja ditulisnya.

Ia, sesungguhnya tak setegar seperti yang dibayangkan banyak orang. Tak sekuat dari apa yang ia sangka. Bahkan oleh sahabat terbaik sekalipun yang telah ia berikan nasehat terhebatnya untuk tetap tabah menerima segala nasib buruk yang menimpa, petang tadi di sebuah cafe.

Aku rapuh. Sangat rapuh, keluhnya pilu.

Pengkhianatan pedih yang dilakukan oleh lelaki pujaan hatinya membuatnya terpuruk dalam jurang kesedihan dan kesunyian. Ia memilih untuk diam. Menyimpan segalanya dalam hati. Membiarkannya lapuk sendiri seiring waktu. Tapi ternyata itu tak mudah. Melupakan segala kenangan manis bersama lelaki itu butuh perjuangan berat, tidak sekedar membakar foto-foto bersamanya, surat-suratnya atau menghindari untuk pergi ke tempat-tempat dimana mereka sering kesana.

Ia memang bisa berusaha terlihat tegar, kuat dan optimis, tapi itu bukan dia. Tetap saja, ia adalah perempuan yang tak bisa berdamai dengan masa lalu bahkan dengan menutupi diri sebaik mungkin sebagai badut di sebuah taman hiburan. Kenangan buruk itu senantiasa membuatnya limbung dan kehilangan kendali.

Perempuan itu menyeka air matanya. Bagaimanapun semua ini harus diakhiri. Secepatnya.

****

Perempuan itu meletakkan pisau yang baru saja dipakainya membuat sebuah lubang di pohon pada tempat tersembunyi di taman hiburan tempatnya bekerja. Kepala badut yang berat diletakkan disebelah kakinya. Ia lalu melangkah pelan, mendekatkan mulut pada lubang pohon dan berucap lirih:

Jika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi

Aku ingin kau mengenang

segala kisah tentang kita

yang telah terpahat rapi di rangka langit

bersama segenap noktah-noktah peristiwa

juga canda dan pertengkaran-pertengkaran kecil

yang mewarnai seluruh perjalanan kita

Dalam Lengang, Tanpa Kata

Jika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi

Aku ingin kau tetap menyimpan

setiap denyut nadi yang berdetak

dan degup cepat debar jantung

saat mataku memaku matamu

disela derai gerimis menyapu beranda

kala kita pertama bertemu di temaram senja

Dalam Sepi, Tanpa Suara

Jika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi

Aku ingin kita meletakkan segala perih itu

disini, pada titik dimana kita akan berbalik

dan menyimpan senyum dibelakang punggung masing-masing

lalu membiarkan waktu menggelindingkannya

hingga batas cakrawala

bersama sesak rindu tertahan didada

Dalam Diam, Tanpa Airmata

Jika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi

Aku ingin cinta itu tetap tersimpan rapi

pada larik bianglala, pada hujan, pada deru kereta,

pada embun di rerumputan, pada pucuk pepohonan

sembari memetik mimpi yang telah kita sematkan disana

lalu mendekapnya perlahan

Dalam Sunyi, Tanpa Cahaya

Jika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi

Aku ingin kita akan tetap saling menyapa

lalu merajut angan kembali

seraya meniti ulang segala jejak yang sudah kita tinggalkan

lantas menyadari bahwa menjadi tua adalah niscaya

dan untuk itu kita tak perlu ambil peduli

karena kita tahu

Dalam Lengang, Tanpa Kata

Dalam Sepi, Tanpa Suara

Dalam Diam, Tanpa Airmata

Dalam Sunyi, Tanpa Cahaya

Ada Bahagia

Untuk Kita

Hanya Kita…

Perlahan ia menutup lubang itu dengan tanah basah. Tak ada airmata mengalir.

Ia lalu melangkah ringan kedepan. Hidup ini, memang terlalu indah untuk dinikmati..

Cikarang,18 Februari 2011

Catatan:

Kisah-kisah Narsis (Narasi Romantis) lainnya bisa anda nikmati di Buku NARSIS. Silahkan baca cara memperoleh buku tersebut disini.

Tulis Cepat Bagaimana Caranya?

omjay dan pak Dedi Dwitagama
omjay dan pak Dedi Dwitagama

Banyak teman yang bertanya kepada saya bagaimana caranya menulis dengan cepat. Lalu saya jawab saja bila kamu ingin menulis dengan cepat, menulislah seolah-olah kamu mengobrol dengan lawan bicaramu. Anggaplah pembaca sebagai lawan bicaramu dengan begitu kata demi kata meluncur dengan deras dari otakmu yang cerdas itu. Tak perlu malau, dan tak perlu ragu.mLekaslah menulis.

Jangan Rampas Hak Pejalan Kaki

Menikmati trotoar yang nyaman dan aman saat berjalan kaki seperti menjadi hal yang sangat istimewa di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Betapa tidak, ketika kita tengah berjalan di trotoar tiba-tiba ada saja pengendara motor yang melintas dengan mengambil ruang di bahu jalan. Apa yang dilakukan si pengendara motor tentu saja membahayakan keselamatan si pejalan kaki karena bisa saja terserempet kendaraan yang lewat.

Dalam beberapa kesempatan saya mencoba menegur si pengendara motor agar menggunakan jalur yang semestinya untuk kendaraan. Satu dua pengemudi sambil malu-malu meminta maaf dan beralasan dikejar waktu sehingga mesti mengambil jalan pintas dengan terpaksa menjadikan trotoar sebagai jalur motor. Sementara kebanyakan lainnya malah lebih galak dari si pejalan kaki yang sesungguhnya lebih berhak berjalan di trotoar.

Karena seringnya melihat kelakuan pengendara motor yang seenak udelnya sendiri, terkadang saya berpikiran jelek, jangan-jangan si pengendara motor yang suka merampas hak pejalan kaki sebenarnya tidak memiliki otak yang memadai sehingga tidak bisa membedakan jalan yang semestinya mereka gunakan.

Bicara mengenai perampasan hak pejalan kaki, selain pengendara motor, ada pula pedagang kaki lima (PKL), gelandangan dan pengemis. Bukan pemandangan baru jika kita melihat trotoar yang semestinya digunakan untuk pejalan kaki malah dipergunakan para PKL untuk berjualan, mulai dari menjual barang kelontong hingga makanan dan minuman. Akibatnya pejalan kaki dipaksa berjalan di badan jalan yang sebenarnya untuk kendaraan bermotor. Selain membahayakan si pejalan kaki, juga menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Sama seperti pengendara motor, para PKL ini seringkali lebih galak dari pada pejalan kaki. Jangan coba-coba untuk menegur mereka jika anda bukan aparat keamanan. Bisa-bisa anda yang akan didamprat balik atau setidaknya dipelototin. Apalagi tidak sedikit dari PKL yang berdagang di trotoar sudah membayar sejumlah pajak tidak resmi kepada Gayus … eh maksudnya “aparat keamanan”.

Lalu bagaimana agar pejalan kaki tidak terampas hak-haknya? Saya melihatnya sederhana saja, para pengendara motor hendaknya mulai memunculkan kesadaran diri untuk tidak menggunakan trotoar sebagai jalur kendaraan bermotor. Jangan tergoda untuk ikut-ikutan pengendara lain yang terlebih dahulu menyalahi aturan. Dan tidak perlu pula menunggu aparat keamanan untuk bertindak.

Untuk PKL, gelandangan dan pengemis, kunci penyelesaian masalahnya terletak di aparat keamanan dan ketertiban (tramtib) itu sendiri. Maukah aparat tramtib bersungguh-sungguh melakukan tugasnya memelihara keamanan dan ketertiban lingkungan dan tidak menjadikan PKL sebagai obyek pungutan liar. Kalau aparat tramtib tegas, saya yakin PKL tidak akan berani berjualan di trotoar.

Begitu lah pemikiran sederhana saya, bagaimana dengan pemikiran dan pendapat anda?

Duka Tenaga Guru Honorer

Saya adalah seorang pekerja di salah satu yayasan islam di wilayah bekasi dan telah bekerja kurang lebih hampir 11 tahun mengabdi. Alhamdulillah saya sudah beristri 1 dan memiliki anak baru 2 (mudah-mudahan jangan kebalik). Istri saya adalah seorang Tenaga Pengajar (Guru) di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Bekasi dan sudah mengabdi dari tahun 2002 sampai sekarang. Continue reading Duka Tenaga Guru Honorer

Pengalaman Berobat di RSUD Bekasi

RSUD Bekasi
RSUD Bekasi

Kamis, 17 Februari 2011 saya diantar oleh istri tercinta berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bekasi. Kaki sebelah kanan dari kemarin sakit (snut-snut), dan kata dokter umum yang memeriksa saya di sekolah (kemarin), saya harus berobat ke dokter syaraf. Di sana akan dilihat apakah ada syaraf yang kejepit atau kecentet. Sebab kalau sudah digerakkan, rasanya sakit banget. Kayak disayat-sayat atau ditusuk-tusuk pisau. Pokoknya sakit sekali. Padahal hasil pemeriksaan general Check up kemarin, saya sehat-sehat saja. Kolesterol normal, asam urat pun normal. Saya pun mendapatkan surat rujukan dari dokter untuk berobat ke rumah sakit terdekat.

Continue reading Pengalaman Berobat di RSUD Bekasi

Awas, Hati-hati Memilih Bacaan buat Buah hati

Bagi orang tua di himbau untuk berhati-hati memberikan bacaan buku yang bersifat kreativitas ke anak-anak kita, seperti halnya dalam buku Ipin Upin yang berisi berbagai hal, dari sticker, puzzle, belajar mewarnai, mencocokkan gambar, Bahasa Inggris, mengelompokkan gambar, dan mencari kata-kata mendatar seperti dalam foto – gambar diatas.

Buku yang bagus bukan. Komplit….. Cobalah Anda telusuri tulisannya mencari kata-kata mendatar.

Jangan terkejut, apakah ini pantas ? tentunya ini sama sekali tidak pantas bagi siapa pun. Baris mendatar pertama sampai akhir, masing-masing baris terdiri dari 1 kata : Trisula, cewek, kurang, ajar, serta, nakal, seperti, pelacur, jual, tubuh !

Oleh karenanya, hati-hatilah dan selektif bagi para orang tua dalam memberikan materi bacaan Anak buah hati kita.

Untuk sampai saat ini Penerbit buku bacaan tersebut masih belum terindentifikasi. Salam waspadalah..!

tag ; buah hati,bacan anak

Mengapa PTK itu Perlu Bagi Guru?

Perlunya PK Bagi Guru
Perlunya PK Bagi Guru

Para guru saat ini disarankan untuk mampu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Namun banyak sekali teman-teman guru yang kurang memahami PTK dengan baik, oleh karena itu, dalam tulisan ini saya akan kemukakan perlunya PTK bagi guru.

I. PENDAHULUAN

Mengapa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diperlukan bagi seorang guru? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus mengacu pada dasar hukum yang melandasi tugas, pokok dan fungsi seorang guru. Dengan tahu landasan hukumnya, maka semakin jelaslah perlunya PTK bagi seorang guru.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 guru disebut sebagai pendidik. Dalam UU tersebut dikatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. (UU Sisdiknas no 20 tahun 2003; 5). Selanjutnya dalam BAB XI, pasal 39 disebutkan bahwa Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Dari uraian di atas sudah jelas bahwa guru adalah merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan bimbingan dan pelatihan. Di sini saja sudah jelas bahwa seorang guru adalah merupakan arsitek dalam pembelajaran sekaligus juga sebagai pelaksana termasuk di dalamnya melakukan evaluasi. Hal ini dipertegas lagi dalam pasal 40 UU Sisdiknas yang menyatakan bahwa pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban:

  • (a) menciptakan suasasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis;
  • (b) mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
  • (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikannya.

Apabila amanat yang tertuang UU Sisdiknas benar-benar dipahami dan dihayati oleh semua guru, selanjutnya diimplemantasikan dalam proses pembelajaran sehari-hari, maka pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan akan terwujud. Namun demikian untuk dapat mengiplemntasikan apa yang diamanatkan oleh UU No. 20 tahun 2003 tersebut tidak semudah seperti yang dituliskan. Mengapa demikian? Karena kita paham bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak sederhana dan memerlukan waktu yang lama, karena banyak unsur yang terkait di dalamnya. Unsur-unsur tersebut dapat dilihat dari sisi guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan, manajemen, kurikulum pendanaan, dan sebagainya.

Dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran, maka salah satu faktor penentu yang sangat penting adalah guru. Dengan guru yang berkualitaslah maka peningkatkan mutu pembelajaran dapat bertambah baik dan meningkat. Untuk bisa menjadi guru yang berualitas, salah satu hal yang harus dikuasaia adalah kemampuan meneliti.

Oleh karena itu, seharusnya guru mempunyai latar belakang pendidikan yang benar, guru dapat mengusai ilmunya, menguasai berbagai macam metode pembelajaran, guru memiliki kemampuan membuat evaluasi pembelajaran yang benar, guru mempunyai kepribadian sebagai seorang guru,dan menguasai berbagai macam media dan strategi pembelajaran dengan baik. Hal ini dipertegas lagi dengan adanya undang-undang guru dan dosen no. 14 tahun 2005.

1297736221898220095
Omjay ketika menjadi narasa Sumber di Asrama haji Aceh

Dalam UU tersebut dia atas dikatakan bahwa “guru adalah pendidik professional dengan tugas utama:

  • mendidik,
  • mengajar,
  • membimbing,
  • mengarahkan,
  • melatih,
  • menilai dan
  • mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (UU no. 14 tahun 2005; 2). Dalam UU no 14; 2005 pasal 20 ayat a. dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban untuk merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Dari uraian-uraian di atas sebenarnya sudah jelas bahwa pendidikan adalah merupakan sesuatu yang dinamis dan terus berkembang. Oleh karena itu gurupun harus dinamis dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan masyarakat yang terus berubah (termasuk di dalamnya perubahan sosial dan budaya). Agar guru terus dapat menjaga kualitas dan mutu pembelajaran di sekolah, maka guru harus terus mengkaji, membuat inovasi dan melakukan perubahan-perubahan dalam peroses pembalajaran di kelas.

Salah satu upaya dari sekian banyak aternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan guru adalah dengan melakukan penelitian yang berkenaan dengan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Penelitian yang paling pas dilakukan oleh guru adalah PTK.

Penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas adalah PTK. Hal ini sebagai mana dikemukan oleh Kember yang mengatakan bahwa penelitian kaji tindak mempunyai tujuan yang mendasar yaitu digunakan untuk perbaikan/peningkatan mekanisme belajar dan mengajar. (Kember 2000; 23). Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Jujun bahwa penelitian kaji tindak memang tidak ditujukan untuk menemukan pengetahuan ilmiah yang bersifat universal, melainkan mencari pemecahan praktis terhadap permasalahan yang bersifat lokal. Sedangkan menurut Issaac (1994:27) yang dikutif oleh Siswoyo bahwa penelitian kaji tindak bertujuan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau ditempat kerja. Mencermati dari amanat UU Sisdiknas, UU Guru dan dosen yang kemudian menghubungkannya dengan tujuan dari PTK, maka PTK sangat penting dan diperlukan oleh seorang guru.

12977348221594719850
Pak Dedi dan Omjay pada Peluncuran Buku PTK di Pascasarajana UNJ

II. PERAN DAN FUNGSI GURU DALAM PTK

Guru yang kita kenal sehari-hari adalah orang yang selalu memberikan pembelajaran, memberikan pengarahan, yang menegur kita kalau kita tidak disiplin, orang yang menasihati kita setiap saat dan lain sebagainya. Karena begitu akrabnya sebuan kata guru di telinga kita, sehingga kata guru punya makna tersendiri.

Guru berasal dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnyasangat “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) kata guru mempunyai arti orang yang kerjanya mengajar.

Kalau menurut pepatah Jawa kata guru dapat diartikan orang yang digugu dan yang ditiru. Menurut konsep ini seorang guru harus dapat menyelaraskan konsep gugu dan tiru. Gugu mengandung makna konsep “idiologi pemikiran” sedangkan tiru mengandung makna konsep “prilaku badani” yaitu orang yang digugu dan ditiru. Oleh karena itu di gugu memiliki makna yang sangat luas dan dalam, yaitu sebagai pribadi yang bijaksana (dalam bahasa Inggris wise) dan dapat memberikan nasehat yang luhur serta pedoman hidup yang baik (mampu memberikan futuristic concept sebagai bekal hidup).

Konsep digugu ini akan berlaku terus sepanjang jaman. Bagaimana tidak dengan konsep digugu, maka kata-kata, perintah atau pemikiran-pemikiran dari seorang guru akan dikerjakan oleh anak didiknya. Ditiru memiliki makna dapat menjadi teladan dalam berperilaku yang tidak merusak dan teladan tersebut menjadi semangat membangun. Dengan makna tersebut, seorang guru harus dapat membangun dan menyelaraskan konsep “gugu dan tiru”, gugu dalam konsep “ideology pemikiran” dan tiru dalam konsep “perilaku badan” atau sebaliknya (dapat sebagai bahan diskusi). Dengan pemahaman ditiru inilah seorang guru harus berhati-hati terhadap segala tingkah laku baik disekolah maupun diluar sekolah. Sebab setiap tingkah laku dari seorang guru akan dicontoh oleh anak didiknya. Dari penyelerasan digugu dan ditiru itu, maka kita dapat meminjam istilah dari seorang guru besar yaitu Toeti Soekamto bahwa guru harus dapat menjadi model untuk anak didiknya. Bukan hanya model, tetapi guru mampu memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya.

Sekolah berperan membantu orang tua memandirikan anak-anak mereka. (Drost,1997). Sejalan dengan hal tersebut Ki Hajar Dewantoro (1997) mengatakan pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya. Pengajaran adalah bagian dari pendidikan. (Dewantoro, 1997). Jadi pengajaran adalah bagian dari pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengatahuan atau juga memberi kecakapan pada anak didik, yang keduanya dapat berfaedah buat hidup anak-anak baik lahir maupuan batin. Sedangkan pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiannya yang setinggi-tingginya. (Dewantoro, 1997). Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahwa mendidik adalah mempengaruhi dan membimbing anak dalam usahanya mencapai kedewasaan (Langgeveld). Sedangkan menurut Hoogveld mendidik adakah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya.

Dari semua yang dikemukan di atas maka Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif, ilmiah, dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan kemauan dan kehalusan budi pekerti .

Jadi dengan demikian dari berbagai uraian tentang guru seperti yang dikemukakan di atas, maka peran dan fungsi seorang guru selain mengajar juga harus mendidik. Kalau dalam UU No. 14 tentang guru dan dosen dikatakan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan. (UU No. 14 tahun 2005; 5).

Menurut Sabri (2007; 68-69) peran seorang guru yang sangat dominan dalam proses belajar mengajar dapat diklasifikasikan menjadi tujuh yaitu:

  1. (1) guru sebagai demonstrator,
  2. (2) guru sebagai pengelola kelas,
  3. (3) guru sebagai mediator dan fasilitator,
  4. (4) guru sebagai evaluator,
  5. (5) guru sebagai administrator,
  6. (6) peran guru sebagai pribadi, dan
  7. (7) peran guru secara psikologis.

Karena begitu besarnya dan pentingnya peran guru, maka sudah selayaknya seorang guru harus dapat menajdi model bagi siswanya. Model dalam hal bekerja keras, mandiri, disiplin, selalu menimba ilmu dan mengikuti perkembangan-perkembangan ilmu yang digelutinya, jujur dan terbuka terhadap kritik, serta mampu mengevaluasi siswanya secara objektif.

Oleh karena itu dari uraian di atas tentang guru, maka guru memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan PTK. Hal ini dapat kita lihat dari prosedur penelitian kaji tindak. Bagaimana guru membuat perencanaan yang akan diterapkan di kelas untuk pertemuan yang akan datang agar terjadi perbaikan proses pembelajaran, mengadakan obserrvasi di kelas yang diajarnya, kemudian melakukan apa yang direncanakan dan sesudah itu guru melakjukan perenungan (merefleksi) dari hasil pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi yang dilakukan kemudian guru akan membuat perencanaan lagi untuk pertemuan berikutnya. Semua itu dapat dilakukan oleh guru.

Hal tersebut juga sejalan dengan tugas pendidikan seperti yang kemukakan Soediyarto yang mengatakan tugas guru secara profesional harus melakukan:

(1) perencanaan program pembelajaran;

(2) mengelola proses pembelajaran;

(3) menilai proses dan hasil pembelajaran;

(4) mendiagnosis masalah yang dihadapi peserta didik; dan

(5) terus memperbaiki program pembelajaran selanjutnya: (Soedijarto, 2008; 177.

III. PTK DAN KESULITAN BELAJAR

Luasnya lingkup pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang guru dan berubahnya paradigma pedidikan hal ini membuat guru harus mempunyai moto ” belajar bagai mana belajar”. Luasnya cakupan pengetahuan yang harus dikuasai guru tertuang dalam PP Mendiknas RI N0. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. Dalam PP tersebut dikatakan ada empat kompetensi utama guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kita lihat bagaimana mana luasnya pengetahuan guru dalam satu aspek misalnya aspek padagogik. Dalam aspek ini guru harus menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual serta menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Dalam aspek keperibadian seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Di samping itu guru juga dituntut harus dapat menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Agar dapat memberikan bimbingan, arahan dan motivasi pada anak didiknya guru juga harus dapat menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Dilihat dari aspek social maka seorang guru harus dapat bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. Selain itu guru harus mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Dari sudut profesional guru harus menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Di samping itu guru haurus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Lebih jauh guru harus dapat mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

12977364061266547993
Kenang-kenangan dari IPB

Melihat luas cakupan yang harus dikuasai guru justru saya khawatir persoalan pembelajaran bukan terletak pada siswa tetapi justru terletak pada guru. Untuk itulah maka guru harus meletakan dasar dalam dirinya belajar bagaimana belajar.

Dari tutuntan komptensi seorang guru kalau tidak diantisipasi sedini mungkin akan menimbulkan berbagai kesulitan dalam pembelajaran. Dari sisi siswa kesulitan tersebut di antaranya bagaimana menguasai konsep materi ajar yang sulit menjadi mudah, bagaiman beragam pengetahuan yang harus dipelajari diambil intisarinya dan dapat diimplementasikan dalam kehiduapan sehari-hari. Dari sisi guru bagaimana guru berupaya menyampaikan pesan tentang materi pembelajaran yang sulit sehingga menjadi lebih mudah diterima siswa. Kemudian timbul pertanyaan dari sudut paedagogik sejauh mana seorang guru menguasai startegi pembalajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan. Misalnya sejauh mana guru menguasai pendekagtan pembelajaran yang kontruktivisme dan kontekstual.

12977348901399989398
Omjay di Kampus UNJ Ketika memberikan Materi PTK

Dalam pembelajaran dengan menggunakan kontekstual saja, maka guru harus dapat menekankan pada (1) Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning), (2) Belajar berbasis inquiri (Inquiry-Based Learning); (3) Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based Learning); (4) Belajar berbasis kerja (Work-Based Learning); (5) Belajar kooperatif (Cooperatif Learning). Semua pendekatan pembelajaran tersebut sudah berpihak pada siswa sesuai dengan paradigma pembelajaran saat ini yaitu student centre leraning. Dari berbagai pendekatan pembelajaran tersebut yang akhirnya bermuara pada PTK. Apabila semua itu dikuasai oleh guru, maka kusulitan belajar yang di alami oleh siswa untuk memahami dan menguasai berbagai konsep materi pembelajaran akan dapat diatasi.

IV. PENUTUP

Di era informasi saat ini pemelajar di dalam kelas bukan menjadi objek tetapi menjadi subjek, sehingga paradigma pembelajarannya sudah berorientasi pada pemelajar. Untuk membuat siswa menjadi lebih aktif dan potensinya dapat berkembang secara optimal diperlukan penguasaan kompetensi seorang guru yang yang utuh dan menyeluruh.

Salah satu kompensi yang harus guru kuasai dilihat dari sudut paedagogik adalah penggunaan bebagai pendekatan pembelajaran di antara dapat menggunakan dan melaksanakan PTK. Dengan penggunaan PTK yang benar dalam pembelajaran, maka diharapkan PAIKEM yang tujuan utama mengembangkan potensi siswa agar dapat berkembang seoptimal mungkin akan terwujud. Oleh karenanya mari kita melaksanakan PTK di kelas-kelas kita untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

BUKU BSE

Salam PATRIOT..

Dikarenakan MAHAL nya buku yang digunakan di sekolah-sekolah terutama SD/SMP/SMA/SMK/MI, akhirnya Pemerintah pusat membeli hak cipta penulis dan diberi kebebasan untuk siapa dan dimana saja untuk bisa menggandakan buku tersebut. adapun buku terbitan Pemerintah di nanamakan dengan BUKU MURAH/BUKU BSE. Kenapa di namakan buku murah ??? yah karena memang harga buku tersebut amat sangat MURAH di bandingkan buku-buku terbitan dari penerbit swasta yang selama ini sudah banyak beredar di seluruh indonesia termasuk di kota kita tercinta BEKASI. sekarang kembali ke kita sebagai masyarakat yang peduli akan PENDIDIKAN yang tidak pula mengkesampingkan HARGA dari buku-buku untuk anak-anak kita di sekolah, apakah kita akan menggunakannya atau tidak??.

mohon maaf sebelumnya karena ada beberapa orang berpendapat dengan harga murah sangat berpengaruh terhadap bobot/qualitas dari isi buku tersebut. sebenarnya (boleh di cek) untuk penulis-penulis yang hak ciptanya sudah di beli oleh pemerintah adalah merupakan penulis-penulis buku yang juga sudah dan sering terbit serta di gunakan sekolah-sekolah, justru dengan dibelinya hak cipta penulis ini lebih di seleksi lagi tentang qualitas dari tulisan penulis tersebut dan melewati beberapa tahapan penilaian baik konten, isi, kurikulum dll. setelah lulus dari penilaian yang di lakukan oleh Pemerintah pusat barulah terbit BUKU BSE/BUKU MURAH.

untuk perbedaan harga buku BSE/BUKU MURAH sangatlah signifikan yaitu dengan harga jual paling mahal seharga Rp. 20.593 (buku IPS kelas 9 penulis Nanang Herjunanto) dan harga yang paling murah seharga Rp. 6.927 (buku PKN 2 penulis setiati widiastuti)

Mari kita galakan BUKU BSE/BUKU MURAH di KOTA BEKASI

Apabila dalam mencari atau untuk mendapatkan buku BSE/BUKU MURAH sulit kontak 081586134660