Gowes Bekasi

Lama tidak melakukan aktifitas olah raga Gowes Bekasi, akhirnya aku gowes juga dari pagi dan berakhir menjelang Maghrib. Bukan gowes nonstop, tapi gowes dalam rangka arisan rutin dan setelah selesai acara arisan pulang lagi naik sepeda. Aku ingin menunjukkan, bahwa kita bisa ikut sebuah acara, tanpa harus mengotori udara Bekasi dengan asap kendaraan bermotor. Risikonya tentu ada, tabrakan di jalan dengan kendaraan lain yang asal selonong, dipepet kendaraan lain yang dikejar setoran ataupun risiko yang lainnya, tapi aku sudah bertekad, jadi ya tetap saja gowes Bekasi ini jalan terus.

Yang bikin masalah ternyata adalah hujan yang mendadak turun menjelang maghrib. Hujannya tidak menjadi masalah, tetapi dengan kondisi hujan deras, maka jarak pandang jadi lebih dekat dan jalan menjadi semakin macet. Aku harus memperlambat laju sepeda agar bisa menghindari lobang yang tertutup genangan air hujan, mungkin kalau yang main hujan-hujanan ini adalah pejabat Bekasi, maka lokasi jalan yang penuh lobang itu akan segera ditambal keesokan harinya.

Bonus klakson mobil yang bersahutan, lebih meramaikan perjalanan gowesku. Sungguh ini adalah gowes yang penuh dengan keramaian. Semakin mendekati Maghrib, langit semakin pekat, kendaraan semakin berlomba untuk segera sampai tujuan dan akupun makin memperlambat laju sepeda karena hujan makin deras dan jarak pandang sudah makin terbatas. Saat akhirnya aku memutuskan untuk berhenti saja, karena kucuran air hujan sudah menutup deras di mukaku, tiba-tiba langit menjadi cerah dan akupun dengan lega bisa melanjutkan gowesku lagi.

Gowes Bandung yang panas

Musim hujan di temapat lain, sebenarnya sudah berlalu, tetapi kelihatannya sang hujan masih ingin tetap turun membasahi bumi Bekasi tercinta ini. Pasti sebagian keluargaku memertawakan kegiatan bersepedaku ini. Ada banyak kendaraan bermotor, kok malah memilih pergi ke arisan memakai sepeda, mungkin begitu kata mereka. Hal seperti ini kualami juga di komunitas yang lainnya. Masih lebih nyaman naik sepeda motor daripada naik sepeda !

Sebenarnya aku juga berpikiran seperti itu, lebih nyaman dan lebih aman naik sepeda motor untuk pergi dari suatu tempat ke tempat yang lain, dibanding naik sepeda onthel. Mas Bagus, salah satu anggota komunitas TDA, yang memberiku pelajaran bahwa naik sepeda kemana-mana itu tidak masalah dan tetap bisa dinikmati dengan ceria. Apalagi kalau kita memakai aplikasi pencatat kegiatan olah raga kita, dijamin kegiatan akan menjadi semakin menarik. Apple Watch yang bakalan membanjiri dunia olah raga Indonesia, pasti akan membuat kegiatan olah raga menjadi semakin meriah.

Gowes Ceria bersama istri

Aku sendiri masih setia memakai Garmin FR 920xt sebagai pencatat kegiatan gowesku. Dengan garmin ini, aku bisa melakukan sinkronisasi dengan aplikasi lainnya, misalnya Strava atau Endomondo. Bila tahun-tahun sebelumnya hanya Endomondo yang berjaya, maka mulai tahun 2014 dan seterusnya Strava mulai makin berkibar. Adanya tantangan Granfondo, bersepeda sejauh 100-150 km dalam 24 jam, membuat Strava makin diminati para goweser sedunia.

Padahal sebenarnya bukan catatan sepedanya yang penting dalam beriolah raga gowes. Bukan pula merk sepeda yang ratusan juta harganya, ettapi adalah kegiatan bersepedanya yang paling pemnting untuk dilakukan secara rutin. Sekali olah raga bersepeda, sebaiknya lebih dari 30 menit. Jangan sampai bersepeda kurang dari 30 menit, kecuali kondisi badan tidak memungkinkan. Lakukan juga 3 x selama satu minggu secara rutin, bisa dipilih hari Rabu, Jumat dan Minggu atau kombinasi hari yang lain. Tidak perlu memaksakan diri untuk rutin tiap hari, cukup 3x dalam seminggu saja.

Tidak baik terlalu sering berolah raga dengan jarak yang ekstrem jauh atau rute yang terlalu menantang. Lakukan olah raga semampunya saja, dengan rasa senang dan dengan niat untuk menjadi lebih sehat. Yuk Gowes Bekasi, gowes untuk siapa saja, baik dari Bekasi maupun dari daerah lain.

Salam sehati.

Gowes Bekasi

Dia Yang Tangguh

Pagi menjelang siang itu jam dinding menunjukkan pukul 10:30, waktu dimana seharusnya dia bersiap-siap melakukan rutinitas hariannya menjemput anak keduanya yang masih duduk di bangku sekolah tingkat TK.

Namun hatinya gundah gulana disebabkan cuaca kurang bersahabat, langit begitu gelap dan memuntahkan berton-ton air ke bumi yang mengakibatkan genangan air dijalan-jalan utama di kompleks perumahan dimana dia tinggal bersama ketiga anak dan suaminya tercinta.

Dan ternyata genangan-genangan air itu bukan genangan seperti biasanya.

Banjir di Jalan Utama Kompleks Perumahan

Ya….

Genangan air itu berubah seketika menjadi BANJIR….
Genangan air itu seakan mengamuk dan merangkak naik sampai nyaris menyentuh batas lutut orang dewasa dan terus merangkak naik entah sampai batas mana lagi…

Tambah kalut dan bingunglah pikirannya…

Kalut karena hujan yg tidak kunjung reda dan bingung karena banjir serta tidak tahu apa yang musti diperbuatnya.

Sementara diujung sana si anak yang seolah tidak mengerti keadaan ibunya, sedang asyik bercanda hahahihi dengan sebayanya dan bersiap-siap untuk pulang mengakhiri aktivitas sekolahnya.

Banjir di Jalan Menuju Pemukiman Kompleks Perumahan

Selama kurun waktu 30 menit diantara pukul 10:30 sd pukul 11:00, dia berulangkali menelpon suaminya ditempat yang berbeda diruangan kantornya yang nyaman untuk meminta penguatan.

Ditengah keseriusan menelphon suaminya itu, dia dikagetkan oleh suara jam yang berdentang 11 kali, yang lantas menghentikan sebentar pembicaraan dengan suaminya dan melakukan sedikit longokan keluar rumah dengan handphone tetap tergantung ditelinganya…

“Ayah… hujannya mulai reda aku berangkat bersepeda saja, khawatir mogok kalo montoran…”

Katanya semangat penuh keyakinan.

“Lah.. Terus si bontot gimana??

Balas si suami diujung telephone, menguji semangat keyakinan istrinya.

“Biar kubawa pake boncengan anak, disangkut di depan sepeda…. disangkutkan distangnya….”

Jawabnya mantap.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Banjir di Jalan Menuju Sekolahan Si Anak

Jam menunjukkan lewat pukul 12:00 siang ketika dia mulai memencet tuts qwerty hapenya dengan jari putihnya yg masih terlihat basah dan berkerut karena dingin.

“Halo sayang gimana tadi…??”

Getir terdengar diujung telphone suara suaminya yg tampak khawatir dan berharap akan sampainya berita baik kepadanya.

“Subhanallah Ayah…. Tadi itu airnya luar biasa tinggi…. Ban roda sepedaku hampir tenggelam seluruhnya…. Airnya itu hampir menyentuh kaki si bungsu di boncengan anak…. Kakiku sampai tenggelam Yah, jadinya aku menggowes dengan tenaga ekstra karena beban aku, si bungsu, si abang yang berada diboncengan belakang dan beban arus air banjir itu…. Alhamdulillahnya gak ujan tadi….”

Bak desingan peluru dia melaporkan kejadian heroik yang baru saja dilaluinya kepada suaminya diujung sana.

“Aku capek Yah….”

Dia menutup pembicaraan telephone dengan lirih dan sedikit gemetar yang ditahannya selama pembicaraan itu.

Sementara sang suami diujung telephone didalam ruangan kantornya yang hangat dan nyaman tampak diam terpaku.

Pikirannya berkelebat hebat terbang menuju lokasi banjir yang baru saja dilalui oleh istri dan dua anaknya dengan bersepeda.

Terbayang dipelupuk matanya seorang wanita berjilbab menggowes sepeda berpenumpang satu orang batita di boncengan anak didepan stang dan satu orang anak TK dibonceng dibelakangnya, berusaha mengarungi banjir menantang arus didepannya dan arus yang bergerak liar disekelilingnya, sepeda itu berikut ketiga penumpangnya bergetar dan bergoyang diterpa arus banjir….

Demikian Adanya
~TheEnd~

*BasedOnTrueStory*

Teruntuk Istriku tercinta dan para Istri2 yang turut mengalami perjuangan itu, InsyaAllah perjuanganmu tidak akan sia-sia….

Salam Hangat,
@ludwinardi | 313FE116
www.ludwinardi.com

Sepeda menjadi sebuah pilihan…?

BTW - om FA jepret dari gerobak jepangnya.

Kerja naik Sepeda…, apa nga malu sama temen-temen yang lainnya pak …? itulah yang terlontar dari istri dan anak-anakku, terkesan sangat menyederhanakan sekali padahal alat transportasi ini sudah sangat mendunia sekali bahkan seiring berkembangnya Zaman sepeda tidak atau bukan hanya alat transportasi yang sangat sederhana lagi.

Isu Global Warning karena yang katanya menurut para ahli adanya kerusakan lapisan ozon akibat polusi udara yang berlebih dari asap-asap kendaraan bermesin sebagai penyumbang kerusakan itu. Makanya dengan naik Sepeda sebagai alat transpotasi tidak bermesin adalah pilihan yang sangat baik untuk menunjang tentang istilah yang disebut GO-GREEN …

Goweser CBC narsis bareng saat mau ke Nawit - Warbon

Sudah beberapa bulan ini dengan rutin Gowes BTW ke Pabrik dan berkeliling ke beberapa lokasi yang berada di seputaran Cikarang dan sekitarannya dengan berpetualang bersama komunitas yang ada di sekitar rumah tinggalku saat ini www.cikarangbarucycling.com/

Membaca dalam suatu artikel tentang bersepeda menurut ahlinya katanya sangat bermanfaat, diantaranya :

1. Longer life (panjang umur),

2. Improved Health (meningkatkan kesehatan),

3. More Energy (meningkatkan tenaga),

4. Lower Cost (murah dan hemat) dan

5. Extra Fun (membuat hati kita selalu senang).

So…jadi kapan Anda akan menggunakan sepeda untuk aktivitas sehari-hari dan berpetualang di lingkungan Anda sendiri …?

Hutan jinjing pinggir tol
Gowes bareng KISS to GW
Menuju naik rakit Delta - MM2100

 

Jembatan Gantung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bapak [tidak] Jahat Nak….

“Kenapa bapak pulang malam?”, protes LiLo padaku.

“Jalan macet nak, jadi gak bisa cepat pulang”, jawabku sambil mencoba tetap tersenyum, meskipun badan rasanya capek dihajar kemacetan di depan pertamina Cikarang.

“Kenapa tidak naik sepeda saja ke kantor, kan naik sepeda tidak kena macet”, Lilo terus mengejar.

“Wah bapak tidak kuat kalau harus naik sepeda dari Cikarang ke Cawang nak”

“Kawan-kawanku bapaknya naik sepeda ke kantor. Bapak ikut B2W saja biar sehat !”

“Yah…mereka kantornya kan di sekitar Cikarang, jadi bisa cepat pulang, biarpun naik sepeda. Kalau bapak naik sepeda dari Cawang, jam 12 malem baru nyampai di rumah nak…”

Lilo terdiam mendengar semua penjelasanku. Aku lihat dia masih belum mau terima penjelasanku, tapi dia sudah males ngomong, jadi kulihat dia diam dalam kemarahan yang tertahan.

Kupeluk erat Lilo dan kurasakan tidak ada pelukan balasan dari Lilo.

“Ya Allah, jangan jadikan Lilo sebagai anak yang tidak bisa menerima keadaan ini. Mudahkan hati Lilo menerima kenyataan ini. Aku bukan bapak yang jahat dan semoga Lilo mengetahuinya”

Perlahan-lahan kurasakan pelukan balasan dari Lilo. Aku tidak tahu apakah ini balasan doaku atau kesadaran Lilo memang sudah sampai pada taraf memahami perasaan bapaknya yang sangat mencintainya.

“Percayalah nak, bapak selalu ingin cepat pulang dan bermain dengan Lilo”

Alhamdulillah, akhirnya larut malam datang dan membawa angin syukur di keluargaku.