Bekasi Dibully Siapa Diuntungkan?

Mungkin agak terlambat mengomentari kasus Bekasi yang dibully pengguna sosial media sejak tahun 2014 lalu. Namun kiranya belum terlalu terlambat jika saya mengomentari kasus bully Bekasi terkini yang dilakukan PT Indosat lewat iklannya yang beredar sejak pertengahan Desember 2014 yang berbunyi “Liburan ke Aussie lebih mudah dibanding ke Bekasi”.

Berkat iklan tersebut, Bekasi kembali jadi pemberitaan di media sosial. Warga Bekasi merasa tersinggung dengan Iklan Indosat karena terkesan mengolok-olok dan melecehkan Bekasi. Beragam komentar bermunculan, termasuk dari orang nomor satu di kota Bekasi, Rahmat Effendi, yang mengatakan “Bagi saya, itu pelecehan dari produk iklan yang tidak ada dasar ukurannya.

Ucapan senada juga dilontarkan Budayawan Bekasi yang juga blogger Bekasi, Komarudin Ibnu Mikam, “Buat kami, Bekasi itu seperti orang tua. Jadi kalau ada yang melecehkan itu responnya tidak rasional dan spontan. Etika dan hukum juga mengingatkan agar berhati-hati dalam menayangkan sesuatu yang bernada pelecehan atau penghinaan, pendiskreditan suku atau wilayah.”

Bukan sekedar berkomentar, sebagian warga Bekasi pun ada yang melakukan aksi demonstrasi di depan kantor cabang PT Indosat Bekasi. Lebih jauh bahkan ada yang berencana untuk memperkarakannya ke meja hiaju.

PT Indosat mungkin tidak pernah mengira bahwa reaksi yang muncul akan sedemikian ramainya. Padahal ketika Bekasi dibully di media sosial, tidak ada yang demo, apalagi sampai melaporkan ke polisi dan membawa ke ranah hukum. Karena itu tidak heran jika PT Indosat buru-buru meminta maaf dan mengatakan apa yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk menyinggung siapapun. Bukan hanya meminta maaf, PT Indosat pun mencabut iklan tersebut dari peredaran.

Dari kejauhan saya mencoba mengikuti kejadian ini. Sebagai warga Bekasi, meski saat ini lagi merantau, tentu saja ada perasaan sedih ketika daerah tempat tinggal kita di olok-olok oleh pihak lain, sama sedihnya jika negara kita dilecehkan oleh negara lainnya. Yang semakin membuat saya sedih adalah kenapa justru PT Indosat melakukan kekeliruan yang mestinya bisa dihindari.

Sebagai sebuah perusahaan BUMN yang telah malang melintang puluhan tahun dan paham dunia komunikasi, PT Indosat mestinya mengerti dampak dari tindakan yang dilakukannya, apalagi pembuatan dan penayangan iklan kan bukan proses sehari dua hari, melainkan melalui proses yang panjang. Semestinya PT Indosat tidak ikut-ikutan memanfaatkan popularitas dari pem-bully-an Bekasi untuk mengeruk keuntungan komersial semata. PT Indosat mestinya bisa menjadi panutan dan mitra para pengguna telekomunikasi untuk sama-sama memajukan Bekasi dengan sama-sama memperbaiki apa yang dikeluhkan para pengguna media sosial mengenai Bekasi.

MElalui laman Fesbuk, rekan saya Yulef juga berkomentar yang sama “sangat disayangkan, kenapa PT. Indosat ? Padahal sejak beberapa tahun yang lalu penggiat media sosial Bekasi baik secara komunitas melalui Bloggerbekasi maupun netizen secara personal dari Bekasi sudah terjalin hubungan baik dengan PT. Indosat”.

Nasi memang sudah menjadi bubur, tetapi bubur pun tetap enak jika dikasih kecap, bumbu kuning, abon, potongan daging ayam dan bumbu-bumbu lainnya. Nach PT Indosat bisa jadi telah melakukan kekeliruan melecehkan Bekasi, namun jangan sampai masalahnya kemudian menjadi berkepanjangan dan berlarut-larut.

Langkah meminta maaf dari PT Indosat sudah bagus, namun akan lebih bagus jika diikuti dengan langkah konkrit, mengampanyekan Bekasi dengan citra positif, misalnya membuat iklan yang berbunyi “Lebih Mudah dan Menyenangkan ke Bekasi dibanding ke Aussie”. Bantu warga Bekasi merealisasikan slogan tersebut, baik di kota maupun kabupaten (walau pejabat kabupaten Bekasi banyak yang diam saja ketika Bekasi dibully).

Kita sudahi aksi membully Bekasi. Jadikan energi untuk membully Bekasi untuk membangun bersama kota dan kabupaten Bekasi. Jadikan energi untuk membully untuk mengembangkan kerjasama dan meningkatkan sinergi antara pemerintah kota/kabupaten, warga masyarakat, pengusaha, dan para pemangku kepentingan lainnya.

Patriotisme dan perjuangan masyarakat Bekasi di masa lalu dapat dijadikan panutan untuk membangun Bekasi. Komentar sinis mengenai Bekasi di sosial media tidak dapat dipungkiri cukup merepresentasikan kondisi Bekasi hari ini. Akan tetapi masyarakat juga harus objektif menilai Bekasi.

Peran Bekasi dalam mendukung kemajuan dan pembangunan di Indonesia tidak dapat diabaikan. Di Bekasi misalnya berdiri salah satu kawasan industri terbesar di Asia. Keberadaan kawasan ini sangat penting bagi perekonomian bangsa, bukan hanya masyarakat Bekasi, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Contoh lainnya adalah peran Bekasi sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang dihasilkan masyarakat Jakarta. Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika Bantargebang yang terletak di Bekasi ditutup dan tidak dijadikan TPA. Bisa jadi Jakarta akan dipenuhi sampah yang menggunung.

Dari fakta-fakta itu saja, kita dapat melihat pentingnya Bekasi bagi Indonesia dan masyarakat Bekasi pun tidak perlu minder dengan keberadaan daerahnya. Melakukan kritik terhadap Bekasi merupakan hal yang wajar dan bahkan dibutuhkan, namun membully Bekasi bukan hal yang bijak dan tidak ada yang diuntungkan. Yang ada jusru masyarakat daerah lain yang akan ikut tertawa dan melecehkan.