Sebagai orang Bekasi, saya ini mungkin tergolong orang yang kurang bersyukur atas segala nikmat dan rahmat dari effendi. Beberapa kali atau malah sering sekali saya melontarkan kritik atas banyaknya kebijakan dari Walikota Bekasi yang dirasakan kurang pas atau belum maksimal. Biarlah itu masa lalu.
Banyaknya Mal yang terus tumbuh di wilayah Bekasi Kota, perlahan bisa saya rasakan sebagai keindahan. Mungkin karena Pak Wali kurang pandai membuat hutan dari pohon maka beliau pun mempersilahkan para pengembang properti untuk membangun hutan beton. Hutan beton itu keindahan tersendiri loh, buktinya Jakarta juga senang sekali menghidupkan hutan beton.
Saya teringat nasehat dari Mas Ahu, bahwa nulis tentang Bekasi itu tak perlu yang serius-serius. Bisa dengan candaan. Ucapan yang sangat menyentil, langsung saya sadar bahwa selama ini saya terlalu serius. Menganggap semua hal harus dengan teliti dan fokus tanpa guyonan sedikitpun. Ini pula yang mungkin membuat saya sadar, selama ini terlalu lama gaul sama Bang Komar. Ah semoga Bang Komar tahu kalau Mas Ahu juga merindukan cambangnya.
Sebagai orang yang hidup di kota ribuan motor, Bekasi adalah keindahan tersendiri. Tahukah kalian bahwa Jatiwaringin yang menuju Pondok Gede itu sangat menyenangkan untuk ditinggali. Banyak sekali kuliner di sepanjang jalannya, juga dekat dengan Jakarta. Kalian mau ke Jakarta tinggal nyeberang jembatan Tol, maka sampailah di Jakarta. Dijamin juga Bebas Polisi.
Tidak ada yang lebih enak selain hidup di Bekasi. Pingin bukti? Kalau saya sudah membuktikan, selama 5 tahun hidup di Bekasi dan belum juga pindah. Mau makan bareng keluarga tinggal ke Jatiwaringin, mau ke Mal tinggal jalan ke Bekasi Barat, mau pulang kampung? Tinggal masuk tol.
Jadi kalian yang merendahkan Bekasi namun sebenarnya butuh lewat Bekasi untuk pulang kampung, sebaiknya meminta maaf. Sebelum nanti saya minta tolong Pak Suhardi Alius untuk memarkir bus di jalan arah ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Atau mungkin pingin dicubitin sama Emak Blogger Bekasi Mira Sahid dan Indah Juli?
Oh satu hal lagi, rasa-rasanya Bekasi di Bully itu juga karena orang Bekasinya sendiri yang kurang mempromosikan keindahan Bekasi. Bahkan penggiat blog dari Blogger Bekasinya sendiri saja vakum, ya pantas kalau akhirnya di Bully. Sejak Pilkada dan Pilpres kemarin, masih banyak yang belum move on untuk kembali berteman. Tapi ini cuma dugaan saya saja.
Saya sebagai orang Bekasi selalu bangga menunjukkan bahwa Bekasi itu indah, seindah pikiran saya yang tidak pernah menganggap kesalahan orang lain di masa lalu sebagai kesalahan masa sekarang. Setiap hari adalah baru. Sesuai dengan kata Bekasi yang diambil dari konsonan Be = Dengan dan Kasi = Kasih Sayang artinya Bekasi = Dengan Kasih Sayang. Seperti yang terus didengungkan oleh Mas Amril dengan puisi-puisinya dan Mas Eko Eshape dengan senyum lebarnya.
Satu lagi “kado” untuk Kota Bekasi yang akan membuatnya menjadi semakin sexy dan menawan hati di usianya yang ke 17 bulan Maret lalu, yaitu kehadiran hotel Santika Premiere di Kota Harapan Indah pada tanggal 25 April 2014 lalu. Kehadiran Walikota Bekasi untuk meresmikan mulai beroperasinya hotel bintang empat ini tentu menunjukkan betapa pentingnya keberadaan Santika Premiere di kota yang punya julukan “Kota Patriot” ini.
Menyadari akan keberadaannya yang cukup penting, pihak Santika Premiere rupanya tidak tinggal diam untuk tetap memberi kepuasan bagi konsumennya yang juga sebagian warga Bekasi atau orang-orang yang bekerja atau berbisnis di kota ini. Untuk itulah pada Jumat 9 Mei 2014 lalu Santika Premiere Harapan Indah mulai memperkenalkan sebuah konsep makan malam ala “al fresco dining” yang keren, yaitu makan malam ala barbeque-an di ruang terbuka, tepatnya di area yang luas antara hotel dan sport club, yang merupakan sport club terlengkap yang dimiliki oleh sebuah hotel di Bekasi.
Makan malam di ruang terbuka ini akan semakin menambah kazanah konsep alfresco dining di kota Bekasi yang masih jarang ada. Barbeque-an di Santika Premiere Harapan Indah ini boleh dibilang merupakan pilihan yang tepat bagi mereka yang haus akan tempat “nongkrong” yang berkelas. Di sini selain tersedia makanan ala panggang atau bakar-bakaran yang lezat, mulai dari bebek panggang asli dari Peking hingga Pisang Epek, juga minuman unik bandrek tradisional, hingga yang modern seperti bir dan soda.
Istimewanya lagi, barbeque-an yang diadakan setiap Jumat malam ini para pengunjung juga dihibur oleh live music yang ciamik merdu mendayu. Apa lagi yang kurang? Jumat malam, di mana seluruh jalan di Jabodetabek biasanya akan selalu padat, daripada terlibat macet, kenapa nggak rileks dulu aja di sini sambil makan malam yang lezat, dengerin musik enak, menikmati kesegaran taman terbuka yang hijau, sekaligus bertemu rekan bisnis atau mungkin juga pasangan kita? Sungguh pilihan tempat nongkrong yang elegan.
Pertengahan Desember 2012 saya bekesempatan mengunjungi Yayasan Zamrud Biru di wilayah Mustika Jaya. Pada waktu itu, saya bersama teman-teman memberikan bantuan kepada yayasan yang bergiat menangani orang-orang yang mengalami disabilitas mental. Pada Selasa (2/5), saya atas nama Pemerintah Kota Bekasi mengunjungi yayasan tersebut guna memberikan bantuan untuk operasional yayasan tersebut.
Dalam kesempatan tersebut saya sangat bersyukur bisa hadir di lokasi tersebut, sebuah kebahagiaan bisa belajar banyak hal dari yayasan yang dikelola Bapak Suhartono. Sebelum berbagi tentang inspirasi dari dari Yayasan Zamrud Biru tersebut, saya ingin memperkenalkan sekilas tentang yayasan tersebut.
Yayasan Zamrud Biru, sebuah lembaga kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanganan orang-orang yang mengalami disabilitas mental. Lembaga kemanusiaan ini dikelola secara swadaya dengan menggunakan fasilitas seadanya. Zamrud Biru menangani 40 orang yang mengalami disabilitas mental. Selama melakukan aktivitas pemulihan mental, Zamrud Biru telah berhasil menyembuhkan beberapa orang di antaranya.
Keberadaaan Zamrud Biru ini sangat berarti di tengah masyarakat Kota Bekasi. Lembaga kemanusiaan yang mampu memberikan nilai pada kemanusiaan. Memberikan dan memulihkan hak-hak anggota masyarakat yang mengalami disibilitas mental. Dengan penuh dedikasi Bapak Suhartono dan kawan-kawan telah memberikan peringatan kepada kita semua dan lebih khusus kepada Pemerintah Kota Bekasi bahwa ada hak-hak warga yang selama ini kita abaikan.
Dalam kunjungan kedua saya ke Zamrud Biru, berbagai pelajaran patut dipetik dan menjadi renungan kita bersama. Pertama, Zamrud Biru telah membuka mata kita semua, terutama Pemerintah Kota Bekasi untuk memenuhi hak-hak warga yang mengalami disibilitas mental. Apa pun kondisi mereka, Pemerintah Kota Bekasi memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-hak mereka sebagai bagian dari keluarga besar Kota Bekasi. Lantas, upaya-upaya strategis dan taktis perlu dilakukan di masa yang akan datang untuk memenuhi hak-hak warga yang mengalami disibilitas mental.
Kedua, Zamrud Biru membuka mata hati kita sebagai manusia yang memiliki rasa empati kepada sesama. Barangkali dengan mengunjungi Zamrud Biru kita bisa memulihkan energi postif yang ada dalam diri kita. Memulihkan rasa kebersamaan yang selama ini tertutupi oleh noktah-noktah individualisme. Zamrud Biru mengajari kita untuk lebih peduli kepada sesama. Menghidupkan kembali falsafah kebersamaan dan gotong royong yang selama ini menjadi identitas kita sebagai bangsa.
Ketiga, Kegiatan sosial berbasis swadaya menjadi hal penting dalam penataan pembangunan ke depan. Pembangunan partisipatori menjadi alternatif dalam menyelesaikan berbagai problematika perkotaan. Dengan asumsi bahwa keuangan daerah yang terbatas, peran serta masyarakat dan swasta menjadi alternatif dalam mempercepat arus pembangunan. Melibatkan swasta dalam menyelesaikan berbagai problematika sosial perlu digagas dan disinergikan dengan program-program pemerintah.
Dengan tiga pelajaran tersebut, saya memiliki imajinasi jika Bekasi akan menjadi kota yang humanis. Kota yang layak untuk di huni. Kota yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Kota yang mana masyarakatnya memiliki kepedulian kepada sesama. Kota yang masyarakatnya saling bahu membahu dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapi kota ini.
Apa yang dilakukan oleh Zamrud Biru adalah cambuk bagi saya selaku salah satu stakeholder pengambil kebijakan. Dengan kepedulian yang berasal dari bawah akan menumbuhkan diaspora ditengah masyarakat kita. Dan ini adalah bibit menuju kota humanis. Selaku pemerintah daerah, berbagai dukungan akan terus kami upayakan untuk mendukung aktivitas-aktivitas kemanusiaan yang berbasis community participation. Zamrud Biru menjadi pelajaran berharga dalam mewujudkan Bekasi kota humanis. **
Minggu pagi (27-01-2013) saya sudah menyibukkan diri dengan handphone. Bukan untuk sibuk dengan internetan dan sebagainya seperti biasa, melainkan menyibukkan diri untuk kontak-kontakan dengan (ajudan) Walikota Bekasi. Sehubungan dengan adanya kegiatan IGI Bekasi (Ikatan Guru Indonesia) yang mengadakan seminar “Pendidikan Karakter Dengan Metode Sentra” di ruang rapat Pemkot Bekasi bersama Yudhistira ANM Massardi dan Siska Massardi (pendiri dan kepala sekolah Batutis Al-‘Ilmi Kota Bekasi). Acara seminar ini akan dibuka oleh Walikota Bekasi sekaligus memberikan sambutan. Untuk hal mengundang walikota lebih sering saya yang menjadi mediator karena secara emosional dan kultural punya kedekatan sejak Bang Pepen sapaan akrab Dr.H. Rahmat Effendi, M.Si masih menjadabat ketua DPRD Kota Bekasi dan saya mengundangnya datang ke Jogjakarta bertemu dan berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa Bekasi di Jogja.
Namun karena timing terlalu singkat saya pun baru bisa mengirimkan suratnya melalui staf di ruang walikota pada H-5. Sebetulnya bisa saja saya potong kompas langsung SMS ke pak Wali. Tapi saya tidak ingin menyalahi prosedur birokrasi karenanya tetap surat permohonan saya kirimkan melalui stafnya di Pemkot Bekasi. Dalam hal ini, banyak orang yang tak mengerti dan selalu memaksakan pejabat untuk hadir ketika mengundang. Padahal kita pasti tahu yang namanya pejabat mana pun pasti setiap harinya banyak undangan menghadiri acara, bisa jadi pas kita mengundang tidak sempat hadir atau suratnya terlalu mepet untuk diagendakan. Maka jangan kesal dahulu, lebih baik berbaik sangka. Begitu juga saya waktu itu mencoba memahami. Sejak H-2 acara saya sudah SMS-an dengan staf walikota perihal jadwal tersebut dan menurut info sudah diagendakan, kabar itu pun saya teruskan ke pak Yudhis selaku narasumber seminar dan disambut doa agar pak Wali bisa hadir tidak ada halangan.
Pas hari H saya menelpon staf walikota namun tidak aktif (mungkin sedang ada acara) kemudian saya beralih menelpon salah seorang dari ajudan walikota yang masih tersimpan nomornya di Hp saya, tapi sama tidak aktif juga. SMS saya kirimkan ke staf dan ajudan, setelah menunggu beberapa lama juga tidak ada konfirmasi. Akhirnya kami putuskan untuk memulai acara dan berkoordinasi dengan panitia bahwa pak Wali kemungkinan tidak hadir. Seminar pun dimulai oleh panitia dan pak Yudhis memberikan materi pertama dengan tema pentingnya metode sentra. Di tengah acara saya sempat terpikir untuk langsung kirim SMS ke pak Wali; “Aslmkm.. Bang hari ini ada undangan membuka acara seminar IGI Bekasi di Ruang rapat pemkot Bekasi. Sdh diagendakan? Saya sudah kirim suratnya lewat mba Ajeng (nama staf kantor Walikota)”, ketik saya di kotak pesan. Saya terbiasa menyapanya dengan sebutan Bang / Abang dari pertama bertemu sampai sekarang jadi walikota, dan alhamdulillah beliau tidak keberatan malah senang biar lebih akrab. Teman-teman mahasiswa di Jogja juga banyak yang menyapanya dengan sapaan bang Pepen.
SMS ke pak Wali itu pun tak ada balasan. Saya lanjut di ruang seminar dengan memperhatikan paparan narasumber sambil sesekali blusukan buat jeprat-jepret dengan Canon EOS 1000 D-nya bu Betti (ketua panitia). Tak lama kemudian panitia seksi konsumsi yang di-mayoritasi oleh ibu-ibu meminta bantuan saya mencari tempat makan dan membeli untuk makan siang panitia. Saya pun langsung tancap gas ke warung masakan padang yang ada di belakang komplek Pemkot langganan saya dulu waktu sering berkunjung ke Pemkot. Setibanya saya kembali ke ruang seminar dengan puluhan bungkus nasi padang saya diberitahu oleh panitia bahwa Pak Encu (Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi) hadir dan sudah duduk di dalam. Dalam hati saya langsung berkata, ooo… ternyata pak Wali merespon SMS saya dengan mengirimkan langsung utusan (perwakilan) meski tidak membalas SMS saya (mungkin karena tidak sempat). Saya pun langsung menghampiri pak Kadisdik, Dr. H. Encu Hermana, MM di dalam untuk berjabat tangan menyampaikan salam dan terima kasih. Dalam sambutannya pak Encu menyampaikan pesan mewakili walikota dan memberikan dukungan kepada IGI Bekasi atas kiprahnya serta beberapa pesan dan saran untuk ke depannya.
Setelah sambutan selesai pak Encu pun langsung pamit karena harus menghadiri acara di Pondok Gede. Saya yang mendampingi sampai loby kantor Walikota saat menuju mobil memanfaatkan untuk berdiskusi (ngobrol lepas non formal) seputar masalah pendidikan di Kota Bekasi. Dari mulai kesiapan menyambut kurikulum 2013, tunjangan guru, sertifikasi, sampai yang paling lama bahasannya adalah kelanjutan nasib eks. RSBI di Kota Bekasi. “Kami menaruh harapan besar kepada Dinas Pendidikan untuk bisa melahirkan kualitas pendidikan Kota Bekasi yang unggul meski tak menggunakan label RSBI/SBI”, ujar saya kepada pria yang memulai karirnya dari guru olahraga ini. Beliau pun menyampaikan terima kasih dan supportnya untuk sama-sama membenahi pendidikan Kota Bekasi, next time kita bicara lagi lebih intens (sharing) dengan IGI Bekasi, ucapnya menutup perbincangan. Wah, dapat sambutan hangat langsung dari pak Kadisdik cukup mengesankan dalam obrolan kami. Oya, beliau juga membeli buku “Pendidikan Karakter Dengan Metode Sentra” yang ditulis oleh pak Yudhis dan isterinya, Bu Siska Massardi sebanyak 10 buku. Namun bukan untuk dirinya melainkan untuk dibagikan kepada peserta sebagai doorprice. Kontan peserta pun semua gembira menyambut donasi dari pak Encu ini. Maklum bukunya tersebut harganya cukup mahal untuk ukuran guru, yaitu 300.000 satu buku.
Keesokan harinya, Senin (28-01-2013) pagi sekitar jam 05.30 SMS masuk di Hp saya. Setelah saya buka ternyata dari pak Wali yang mengabarkan bahwa kemarin tidak sempat hadir. Benarkan, pasti agendanya banyak sehingga tak sempat hadir. Bayangkan, hari minggu saja masih harus keliling menghadiri banyak undangan dari masyarakat. Saya pun membalasnya dengan ucapan terima kasih karena sudah mensupport dan mendelegasikan Kepala Dinas Pendidikan, serta menginfokan rencana kegiatan jelang 2 tahun IGI Bekasi.
Rabu (7/11) saya diundang oleh masyarakat Kranji. Alhamdulillah berbaur hadir di acara tersebut tokoh- tokoh masayarakat Kranji asli Bekasi maupun yang dari berbagai daerah, termasuk di antaranya 20 pemuda asal Cirebon, Kota kelahiran saya, dari berbagai tempat yang tersebar di Kota Bekasi.
Bertemu dengan warga Cirebon di Bekasi tentu saja mengingatkan kampung halaman. Bahkan jadi teringat dengan pesan sesepuh Cirebon, seorang wali yaitu Syaikh Sunan Gunung Jati yang pernah berpesan “Ingsun Titip Tajug lan Faqir Miskin” (Aku titipkan musholla dan orang-orang miskin).
Memang sederhana apa yang diwasiatkan tetapi dari sinilah justru semangat kebangkitan dan kebersamaan bisa dibangun dan muncul menjadi sebuah geraqkan yang menakjubkan.
Pertama, Tajug adalah suatu tempat yang biasa digunakan untuk sholat berjamaah, dalam bahasa Indonesia bermakna mushollah (tempat sholat) atau masjid. Islam sangat menganjurkan pada para pengikutnya untuk menegakkan sholat di masjid. Berbagai keutamaan akan didapatkan oleh orang yang berjamaah di masjid 27 kali lipat daripada sholat sendirian di rumah.
Sholat di masjid juga akan memunculkan interaksi sosial di masyarakat dalam suasana kebersamaan, tidak terlalu membedakan kaya miskin dan tidak membedakan pejabat dan rakyat. Rasulullah SAW sendiri menyatukan hati orang-orang Muhajirin dan Anshor dilakukan di masjid. Memang Allah memberikan jaminan bahwa di masjid yang didirikan sejak awal atas dasr ketakwaan akan dijumpai orang-orang yang cinta akan kesucian, sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalam mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”
Kebersihan diri diperlukan karena dari sini seseorang akan berani mengambil langkah dan kebijakan yang benar. Kebersihan diri akan memunculkan sikap lapang dada. Sikap lapang dada diperlukan untuk membangun komunikasi efektif. Jika komunikasi efektif sesungguhnya banyak persoalan yang bisa diurai dan diselesaikan dengan tuntas secara mudah. Pantaslah jika semangat kebangkitan dan reformasi (ishlah) di masa Rasulullah dan kehidupan sesudahnya banyak dimulai dari masjid.
Kedua, faqir miskin merupakan para mustahiq zakat. Distribusi pendapatan yang tidak merata di tengah kehidupan masyarakat akan memunculkan problematikan sosial. Kesenjangan (gap) antara kaya dan miskin bisa menyebabkan petaka nasional dan revolusi sosial. Itulah sebabnya, salah satu terobosan Islam, Allah mewajibkan penunaian zakat kepada orang-orang kaya yang didistribusikan kepada faqir miskin. Mereka inilah harus diberdayakan secara manusiawi.
Di samping kewajiban zakat yang besarannya sudah ditentukan langsung oleh Allah (dari 2,5 % hingga 20 %), Islam memberikan motivasi kepada orang kaya untuk melakukan infaq dan sedekah yang tidak ada batasannya besarannya. Sebagai contoh Umar bin Khaththab pernah menginfaqkan separuh hartanya, bahkan Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah menginfaqkan seluruh hartanya.
Bilamana dua wasiat Syaikh Sunan Gunung Jati ini dipegang dengan baik, insya Allah tidak akan terjadi gejolak sosial. Justru sebaliknya akan tercipta suasana damai dalam naungan ridho Allah SWT. Semoga bisa diwujudkan di Kota Bekasi.
Mencermati perkembangan yang terjadi di Kota Bekasi akhir-akhir ini sungguh membuat hati Saya miris. Bagaimana tidak, satu per satu para pejabatnya diinapkan di Hotel Prodeo. Sekedar membalik lembaran sejarah saja, mari kita mulai dari tertangkapnya Hery Lukmantohari dan Hery Supardjan, mereka adalah Kepala DPPKAD dan Inspektorat Kota Bekasi.
Setelah itu menyusul Tjandra Utama Effendi yang pada saat itu menjabat Sekretaris Daerah (Sekda). Beberap bulan kemudian dalah Mochtar Mohamad (M2) Walikota kita semua. Belum usai sidang yang lalui oleh Mochtar Mohamad, Saya dikejutkan dengan penangkapan Agus Sofyan Kepala Dinas Binamarta oleh Kejari Bekasi.
Kebetulan Saya ditugaskan oleh kantor Saya untuk meliput acara persidangan M2 di PN Tipikor Bandung. Jadi Saya berkesempatan berinteraksi dengan berbagai sumber dan berbicara tentang perkembangan Kota Bekasi ke depan. Dalam dakwaan jaksa dari KPK saja sudah dapat ditebak, bahwa kasus yang menimpa M2 tidak bakalan berhenti sampai M2 saja.
Di dalam dakwaan jaksa tersebut tertulis bahwa yang menerima uang suap dari M2 adalah Lilik Haryoso yaitu Ketua Harian Badan Anggaran DPRD Kota Bekasi. Bukan itu saja, disana juga disebutkan Lilik tidak sendiri, dia bersama anggota dewan yang lain diantara yang disebutkan dalam surat dakwaan itu adalah Tumai yaitu Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi, Sutriyono yaitu Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi, Choiroman yaitu Ketua Fraksi PKS Kota Bekasi, Said yaitu Ketua Fraksi Amanah Pembangunan.
Namun didakwaan tersebut tidak disebutkan nama Andi Zabidi yaitu Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kota Bekasi. Padahal sewaktu reka ulang di Villa 200 bulan lalu, KPK memperagakan bahwa uang tersebut diterima oleh Lilik Haryoso disaksikan dengan Andi Zabidi. Salah satu jaksa yang ditugaskan oleh KPK untuk perkara ini yaitu Ketut, ketika berkesempatan berbincang dengan Saya, ketika ditanyakan mengenai tidak tercantumnya nama Andi Zabidi berkata “Kita belum masuk ke pokok perkara Bang, nanti pada saat sesi pemeriksaan saksi-saksi nanti dia juga akan muncul”.
Dalam benak Saya, usai persidangan ini maka Kota Bekasi akan digegerkan lagi dengan ditangkapnya para elit Kota Bekasi. Karena logikanya jika perkara suap menyuap, harus ada yang menyuap dan harus ada yang di suap. Dan kedua-duanya harus masuk penjara, Saya rasa Anda semua setuju dengan ini……..
Dan jika kita mencermati ulang peristiwa reka ulang beberapa bulan yang lalu, maka kita juga bisa memprediksi siapa saja yang kemungkinan akan terlibat. Agus Sofyan Kepala Dinas Binamarta jelas berperan besar karena dia menyumbang dana terbesar untuk menyuap Badan Anggaran DPRD, jumlahnya hampir mencapai 3 Milyar rupiah. Setelah itu mungkin Rayendra Sukarmadji Kepala P2B, dia mengaku memberikan uang sebesar 1,25 Milyar rupiah.
Belum lagi beberapa jabatan setingkat eselon II atau setara Kepala Dinas yang kosong karena ditinggal pension oleh para pejabatnya. Sudah pasti elit Kota Bekasi bisa kosong melompong karena semua pada hengkang sesuai dengan kepentingannya….hehehe….
Jika ada benar dan kejadian, seperti yang Saya utarakan di atas maka esok para pejabat Kota Bekasi hanya tinggal beberapa gelinitir. Bahkan secara bercanda teman-teman wartawan yang biasa meliput dilingkungan Pemkot Bekasi menyatakan “Pejabat yang selamat dari hotel prodeo adalah pejabat yang memiliki dua kemungkinan, yang pertema karena dia tidak tahu dan yang kedua karena dia bodoh”.
Bisa kita lihat, yang terisisa nanti masuk katagori mana……..Salam Prodeo !
Ide dari dua orang person dari Bekasi Utara tidak mewakili. Lontaran itu cuma ‘gertak sambal’ saja. Ini antara lain alasannya :
1. Bergabung dengan Kota Bekasi sama sekali tidak menyelesaikan masalah. pa indikator Kota Bekasi lebih maju dari Kabupaten. Gak jelas. Bahkan, kalau lihat penghargaan, Kab. Bekasi mendapat anugerah pelayanan publik. Kota Bekasi mana….kontribusi wilayah kabupaten Bekasi lebih besar dari Kota bBkasi. dari PPh badan saja 47 Trilyun ke pusat. belum lagi pph 21 dari seluruh karyawan di 8 kawasan industri yang terdiri dari 3200 perusahaan dari 11 negara. KOta bekasi mannna…..
2. Kalau membandingkan Kota dan Kab. jelas gak fair. Lebar dan luasnya berbeda. Apalagi membandingkan jalan Ahmad Yani, jl Cut Mutia sama Babelan. kagak pas.
3. dari segi sumber daya alam, kec. Tarumajaya dan Babelan saja jauh lebih kaya dibanding seluruh kecamatan di kota Bekasi. Buat apa gabung ke kota.
3. Pilihan yang sudah beranjak adalah dimekarkannya Kab, bekasi jadi dua. sehingga, rentang kendali pelayanan publik lebih baik. kemudian kran dari DAU dan DAK dari pusat akan jadi dua. Eit, jangan bilang membebani pusat. Kontribusi Bekasi selama ini besar ke pusat. Malah pusat yang selama ini membebani Kabupaten Bekasi.
4. Bergabungnya hanya 2 kecamatan yakni Tarumaya dan Babelan melukai kecamatan lain. Emangnya Babelan dan Tarumajaya doang yang perlu dipikirin. Di sini kan ada Cabang Bungin, Sukawangi, Muaragembong, Pebayuran, Sukakerta, Sukatani dll…
jadi, bergabung dengan Kota Bekasi……tidak logis…!
Yang paling logis da konstitusionil adalah Bupati segera mengeluarkan rekomendasi untuk memekarkan Kab. Bekasi….
Bekasi? Hayooo sudah pada tahu tentang kota Bekasi beloom? Tentu nama yang tidak asing ditelinga kita bukan. Sebuah kota di Jawa barat yang sedang masa pembangunan dan terus berbenah seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi.
Semua juga tahu kalao saya bukan orang yang terlahir di Bekasi (hallah sok terkenal) kota besar kelima di Jawa Barat ini. Bukan orang yang tinggal atau pun sedang menempuh pendidikan disana.
Tapi tidak ada salahnya bukan jika saya mengenalkan kepada Indonesia dan kepada dunia tentunya. Untuk dapat mencintai (bagi yang belum kenal) dan semakin mencintai (bagi yang sudah kenal) kota yang berbatasan dengan Jakarta Timur ini.
Tidak ada yang tidak mungkin bukan, siapa tahu satu saat kelak saya dapat jodoh orang Bekasi dan tinggal disana, hehehe. Atau karena tulisan ini membuat saya dan calon istri benar-benar jatuh cinta dan ingin tinggal disana. Maka dari itu kita kenali dan cintai Bekasi Yukk,. ada apa saja sih disana.
Bekasi? dimana sih?
Bagi warga atau yang tinggal di Bekasi, pertanyaan ini hanyalah pertanyaan konyol, hehe. Bukankah semua sudah tau dimana Bekasi. Semoga bermanfaat bagi mereka yang ingin mengenal dan mencintai Bekasi. Berdasarkan Wikipedia.org, kota Bekasi terletak si koordinat 106° 48’28”–107° 27’29”BT dan 6° 10’6”–6° 30’6”LS sebelah timur kota Jakarta.
Dengan perbatasan sebagai berikut :
barat : Jakarta Timur
utara : kabupaten Bekasi
timur : kabupaten Bekasi
selatan : kabupaten Bogor
Kenalan dengan Bekasi Yukk..
Sekilas tentang Bekasi
Menurut om Wikipedia *hallah om, Kota Bekasi dengan moto ‘Kota Ihsan‘ memiliki luas 210, 49 km dengan jumlah penduduk 1.773.470 jiwa pada tahun 2006 dan kepadatan 8.425 jiwa/km2. Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan dan 56 desa/ kelurahan yang dipimpin oleh Mochtar Muhammad dibantu wawali H Rahmat Efendi.
Rahasia dibalik lambang Kota Bekasi
Setiap kota, kabupaten, provinsi, badan usaha, komunitas pasti memiliki logo/lambang. Begitu juga Kota Bekasi loo… berikut makna dari lambang kota Bekasi :
Perisai melambangkan ketahanan fisik dan mental masyarakat Kota Bekasi.
Kota Patriot berarti semangat pengabdian dalam perjuangan bangsa.
5 Bambu Runcing melambangkan semangat patriotisme merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
8 Buah-buahan melambangkan jumlah Kecamatan dan 50 bulir Padi adalah jumlah Kelurahan/Desa.
10 tali simpul adalah tanggal dan 3 anak tangga adalah bulan Hari Jadi Kota Bekasi.
gelombang laut/riak air melambangkan dinamika masyarakat dan pemerintah tak pernah henti membangun daerah dan bangsa.
Warna kuning, kemuliaan. Biru keluasan wawasan dan kejernihan pikiran. Putih kesucian, Merah keberanian, Hijau muda melambangkan harapan masa depan dan Warna hitam melambangkan ketegaran patriot.
Kotanya keren walikotanya gaul euy..
Kota yang terus berbenah seiring perkembangan jaman ini sekarang dipimpin oleh Bapak Walikota Mochtar Muhammad dibantu wawali H Rahmat Efendi. Walikota pertama yang dipilih langsung oleh warganya. Kerennya lagi walikotanya gaul euy. Punya blog atau website pribadi .
Disana ditulis segala kegiatan beliau seperti silaturahmi dan syukuran dengan masyarakat Gorontalo, penghargaan dari HIPENCA, kegiatan idul qurban, dsb. Terdapat juga profil, galeri foto, dll. Percaya gaak?.. langsung deh ke website pribadi Bapak Mochtar Mohamad
Kota Bekasi dan Komunitas Blogger
Seiring berkembangnya jaman, khususnya bidang IT, menuntut kita untuk terus mengikutinya agar bisa sejalan dengan kemajuan tersebut. Perkembangan dunia blog/blogging meningkat tajam seolah menjadi bagian dari gaya hidup kita.
Begitu pula lahirnya blog/blogger dari Kota Patriot ini. Dengan semakin banyaknya blogger, kesamaan visi dan misi untuk membangun kota khususnya di bidang IT/teknologi, maka di bentuklah Komunitas Blogger Bekasi yang akrab di sebut BeBlog dengan dukungan penuh dari walikota tepat 17 Oktober 2009 silam
Pariwisata-Pariwisata unggulan di Bekasi
Jika kita bertanya kelebihan sebuah kota tentu yang paling utama ada pariwisatanya bukan. Berikut beberapa pariwisata andalan Kota Patriot ini :
Wisata Alam Pantai Muara Bening, pantai dengan konsentrasi habitat burung-burung asal Tiongkok, lutung hitam dan buaya rawa menyuguhkan keunikan tersendiri bagi wisatawan. Pantai Muara Libendera, sebuah pantai di semenanjung Laut Jawa dengan sajian panorama matahari terbenam nan elok.
Ada juga Muara Gobah Sungai Citarum dengan panjang 7km dan lebar 40 meter, sungai dengan segudang manfaat. Dengan hasil ikannya dapat juga dijadikan tujuan wisata kuliner. Sedangkan Bojong Manggu berpotensi sebagi wisata pedesaan dan wisata olahraga dengan arum jeramnya, mantaBb.
Wisata Kuliner
Setiap kota memiliki makanan khas dengan andalan masing-masing, begitu pun Bekasi. Pecak lele contohnya, dengan bumbu sambal kacang, siraman air panas-nasi uduk dan semur jengkol siap menggoyang lidah kita, nyam nyam.
Sayur Gabus Pucung, dengan bahan utama ikan gabus dan bumbu hitam pekat dari pucung (kluwak) tidak kalah lezat dan menggoda selera, slrupp. Masakan-masakan khas ini bisa kita dapatkan di beberapa sudut Bekasi, terutama di warung tenda Ibu Salbiah, sebelah Masjid Al Muwahiddin, jl Bunga Karang - Kartini Kota Bekasi. Tape uli, dodol bekasi, dan akar kelapa juga harus anda coba.
Wisata Sejarah
Selain wisata alam dan wisata kulinar yang tidak boleh terlupakan adalah wisata sejarah. Sebagai saksi suatu kejadian/peristiwa bersejarah tentunya. Diantaranya yang masih bisa kita kunjungi adalah Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi di jl A Yani. Ada Monumen Makam Pahlawan Bulakkapal yang dibangun tahun 1966, Monumen Kali Bekasi dekat stasiun kereta api.
Di Kabupaten Bekasi ada monumen Bambu Runcing di kecamatan Cibitung. Ada gedung tinggi Tambun di Jl. Diponegoro Kabupaten Bekasi. Selain itu ada juga monumen tonggak berdirinya Bekasi di Jl Veteran, monumen di pertigaan Jl Agus Salim, dan masih banyak monumen/gedung-gedung bersejarah lainnya. namun sayang kurang begitu terawat. Harus ada perhatian dari pemerintah setempat untuk mengembangkan postensi dan bukti-bukti sejarah ini.
Sekian sekilas tentang Bekasi yang saya tahu, tentu masih banyak kelebihan-kelebihan lain dari Bekasi yang tidak akan kita temui di kota lain di Indonesia bahkan di dunia sekalipun. Dengan tulisan ini semoga bisa membuka mata untuk bisa mencintai dan semakin mencintai kepada Bekasi. Mari kenali dan cintai bekasi sekarang juga.
Tulisan ini saya publikasikan sebagai bentuk cinta Bekasi yang merupakan salah satu kota di Indonesia, cinta Indonesia pada umumnya. Untuk saya ikutkan dalam kontes ngeblog Aku Cinta Bekasi yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Bekasi, BloggerBekasi dot com
Refrensi : bloggerbekasi.com, wisatamelayu.com,
wikipedia.org, kotabekasi.go.id, dan beberapa sumber
Pagi, Jati makmur - Pondok Gede - Kali Malang- Rawamangun. Sore, Rawamangun -Kali Malang - Pondok Gede - Jati Makmur. Ya, itulah rute keseharianku, melintas di antara dua propinsi Jawa Barat dan Jakarta. Yang juga berarti sekaligus melintas di antara dua kota, Bekasi dan Jakarta. Sebuah rutinasitas yang bisa jadi, merupakan kebiasaan sebagian besar masyarakat kota Bekasi.
Ya, tak terpungkiri itulah realita yang terjadi. Perhatikan saja setiap harinya, bagaimana di pagi buta ruas-ruas jalan dari daerah Bekasi menuju arah Jakarta dipadati berbagai macam kendaraan yang melintas. Bukan hanya untuk urusan kerja sepertinya, tapi juga untuk urusan pendidikan. Hal itu bisa diperhatikan dari banyaknya pelintas yang mengenakan seragam sekolah.
Kenapa? Di satu sisi, jelas hal ini berhubungan dengan posisi Bekasi sebagai penyangga kota Jakarta. Namun tidakkah di sisi lain, hal ini menunjukkan ketergantungan Bekasi yang cukup besar terhadap Jakarta. Bekasi belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan serta sarana pendidikan yang layak bagi warganya.
Berposisi sebagai kota penyangga, mau tak mau Bekasi memang harus berhadapan dengan hal semacam ini. Menjadi bayang-bayang sang kota sentral. Baik dalam hal pembangunan maupun jati diri. Tapi tentu saja, hal ini bukan berarti membuat Bekasi harus menjadi “ketergantungan” dan kehilangan jati dirinya.
Satu hal kecil, mengacu pada sisi sejarah Bekasi memiliki latar belakang karakteristik yang cukup kuat. Bukankah nama Bekasi sendiri bila diurai memiliki kandungan nilai historis yang cukup dalam? Lalu, tidakkah predikat posisi sebagai ibu kota kerajaan Taruma Negara (358-669) dahulu seharusnya menjadi modal cukup kuat bagi Bekasi untuk membangun sebuah kota yang berkarakteristik?
Posisi Bekasi pada masa itu memegang peran cukup sentral. Bekasi menjadi daerah penghubung jalur perdagangan antara kerajaan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta.
Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, itulah sebutan Bekasi tempo dulu sebagai ibu kota Kerajaan Tarumanagara, tempat asal-usul Maharaja Tarusbawa (669-723 M) sang pendiri Kerajaan Sunda yang seterusnya menurunkan raja-raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M) Raja Kerajaan Sunda- disebut pula Kerajaan Pajajaran- yang terakhir.
Catatan sejarah membuktikan, kalau Bekasi seharusnya tidak sekedar menjadi kota penyangga yang kehilangan jati diri terlindas bayang-bayang kota yang disangga. Bekasi mampu menjelma menjadi sebuah kota yang berkarakter kuat bila ditelusur berdasar perjalanan sejarahnya.
Dalam berbagai era perjalan sejarah di Nusantara, Bekasi selalu memegang peran cukup penting sebagai sebuah kota. Baik itu di masa kerajaan, kolonialisme, perebutan kemerdekaan, dan pasca-kemerdekaan. Berdasar hal itu, seharusnya masyarakat Bekasi bangga akan kota tempat tinggalnya. Ironisnya, sepertinya hal itu tak terjadi.
30 Juli 1980 seorang bayi terlahir di daerah Pondok Gede, Bekasi. Masa kecil hingga masa remaja dihabiskannya di Bekasi. Ia hidup di tanah Bekasi, menghirup napas di Bekasi namun setiap kali ia keluar kota dan ditanya asalnya dari mana ia akan lebih nyaman menjawab: “Jakarta”.
Ia malu menjawab “Bekasi”. Ia tak bangga menjadi orang Bekasi. Namun disuatu hari ia menyadari, bila ingin Bekasi menjadi kota yang “kuat” dan berkarakteristik maka warganya harus mulai menumbuhkan kebanggaan terhadap kota tempat tinggalnya. Kebanggan akan menumbuhkan rasa memliki, rasa memiliki akan menumbuhkan rasa kebersamaan untuk membangun kota tempat tinggalnya, Bekasi.
Orang itu adalah saya. Seseorang yang berjanji bila ada yang menanyakan dari mana asalnya nanti, akan menjawab dengan bangga, “aku orang Bekasi”.