Puasa masa Kecil di Bekasi

Bulan Ramadhan atau saya kecil menyebutnya bulan puasa adalah bulan yang di tunggu-tunggu anak-anak, karena pada bulan ini anak-anak libur sekolah sebulan penuh. Alasan lain adalah pada bulan ini di penghujungnya ada lebaran yang berarti ada baju baru, sepatu baru dan juga banyak makanan enak.

Awal tahun 80an di pinggiran Jakarta tepatnya di sekitar Jatibening kota bekasi, listrik belum masuk di kampung kami, suasana ramadhan begitu kental dengan adat Betawi pinggir, dimana-mana langgar dan masjid penuh walaupun agak berkurang di akhir ramadhan. Ketika itu saya dalam masa kanak-kanak dengan empat bersaudara. Kebun sekitar rumah lumayan luas dengan pohon-pohon buah yang lengkap, mulai dari durian, rambutan, kebembem (kweni), nangka, cempedak, sawo,jambu, pepaya, pisang dan lain-lain.

Kesenangan berpuasa dimulai ketika akan berbuka puasa. Selesai shalat ashar sehabis bangun tidur siang mulailah saya keliling kebun mencari buah-buahan untuk keperluan berbuka puasa. Buah yang di dapat nanti akan di bikin rujak buah, tinggal ditambah syrup dan es batu jadilah rujak buah yang kan jadi rebutan kami sekeluarga. Begitu juga dengan Ibu saya, ketika ingin memasak sayur, tidak perlu membeli, tinggal cari di kebun mau daun singkong, daun pepaya, daun melinjo untuk sayur asem semua tersedia. Oh ya pengalaman membeli batu es pun masih sangat jelas dalam ingatan. Ketika jam 5 sore saya berangkat bersepeda membeli es batu ke pertigaan apotik argia. Waktu itu tidak ramai kendaraan apalagi macet seperti saat ini. Es batu ini berupa potongan dari es batu balokan, yang kemudian di ikat denga tali rafia di belakang bagasi sepeda mungil saya. Pernah sekali waktu es batu ini jatuh dari sepeda saya dan pecah hancur. Es batu ini bertahan sampai kita pulang tarawih, jika rujak buahnya masih ada.

Selesai berbuka puasa, perut ini terasa akan meledak karena semua makanan masuk terlebih lagi rujak buah bersyrup ditambah kelapa muda, jika belum habis pasti akan terus saya meminumnya. Berangkat taraweh dalam keadaan perut kekenyangan, tapi kami senang-senang saja karena pulang taraweh pasti perut kosong lagi karena taraweh kami 23 raka’at he he he…

Masa itu listrik belum masuk kampung kami, jalanan masih tanah becek yang jika hujan licin dan berlumpur serta sendal atau sepatu akan berat karena tanah menempel dibawahnya, kami sebut itu ‘dibel’. ‘ Jika jalan tanah sering di lindas mobil jalanan yg tadinya becek akan licin karena mengering dan bekas ban mobil itu jadi licin kami menyebutnya ‘lebeg’. Nah jalan yg ‘lebeg’ itu setelah mobil lewat anak-anak akan bersujud dan mencium tanah bekas mobil lewat tersebut. Jika bulan puasa musim hujan memang enak tidak panas, tapi kalo malam sepi paling hanya suara jangkrik dan tonggeret saja yang terdengar. Sepulang taraweh yang masih saya ingat adalah makan bakso yang sangat nikmat. Dalam keadaan gelap pulang dari masjid terdengar kentungan tukang bakso, maka ketika jamaah masjid masih membaca : ‘Subhanal malikil kuddus……berhamburanlah anak-anak dari mesjid buru-buru pulang, nah di jalan pulang dekat rumah itulah saya makan bakso yang nikmat tadi.

Masih kental dalam ingatan saya ketika selesai sahur dan shalat subuh, kami anak-anak kampung tidak tidur tapi main galasin atau main asen atau main benteng rame-rame sampai jam 7 pagi. Permainan ini adalah permainan tradisional dimana untuk membuat garisnya menggunakan abu dapur, yaitu abu dari hasil pembakaran kayu bakar di dapur. Biasanya kita bikin garis-garis kotak-kotak, setiap garis ada yang jaga team yg kalah dan ada yang memasuki area, jangan sampai ada yang terkena. Tiap team terdiri dari 4-5 anak. Kalo permainan benteng yang jadi benteng adalah pohon, masing-masing team harus menyerbu benteng lawan dan harus di jaga jangan sampai terpegang oleh lawan benteng tersebut. Wah seru banget kalo udah main.

Puasa ketika saya kecil, yang saya masih ingat samapi sekarang adalah ketika mandi, mandinya masih di sumur yang menggunakan lahang (semacam bak mandi dari kayu) yang di tempatkan lebih tinggi jadi setelah diisi air dengan timba sumur kerek ada semacam pancuran keluar dari lahang tersebut. Nah ketika haus tak tertahankan maka, ketika air segar menyiram kepala, kucuran air itu mampir di cecap mulut yang haus dan puasa tetap berlanjut sampai magrib dengan haus yang hilang.. he he he he…dasar anak-anak.

Napak Tilas 1 Tahun SeBUAI

Malam Tanggal 8 Januari ’11

Tepat 1 hari menjelang 1st Anniversary SeBUAI. Rasanya baru kemarin,saya punya ide untuk nyumbangin buku-buku saya & adik-adik dirumah karena banyak yang masih bagus tapi sudah dipakai. Juga prihatin karena banyak anak-anak yang ngga mampu beli buku & ngga mendapat pendidikan yang layak. Karena waktu itu saya adalah seorang facebook-holic, maka ide untuk menyumbangkan buku-buku bekas layak pakai, saya lempar ke beberapa grup di facebook yang saya ikuti. Juga ke beberapa milis. Hasilnya, banyak respon positif yang saya terima.

Dan,ada satu yang nyangkut lalu menjadi diskusi serius antara saya & Pak Harun. Beliau sudah lebih dulu terjun di dunia sosial Bekasi,tapi untuk buku, belum. Makanya beliau tertarik untuk diskusi. Akhirnya, 9 Januari 2010, saya, Arief & Pak Harun kopi darat. Pak harun tanya “apa nih namanya?”. Saya memang sudah mempersiapkan nama. Saya jawab “Sejuta Buku Untuk Anak Indonesia, pak…”. Lalu kami diskusi singkat soal apa,bagaimana & darimana memulai. Kami juga diajak ke lampu merah Unisma, dimana banyak anak-anak pengamen disana yang nantinya akan kami distribusikan buku di pojokan warung. Jadi anak-anak disana bisa tetep dapet ilmu walaupun sambil ngamen.

Selesai dari pertemuan pertama dengan Pak Harun, yang juga tanpa sengaja ketemu dengan Mas Irfan & Mas Febri, juga dengan semangatnya Prasetyo, temen ku ikutan, saya & arief membawa setumpuk PR. Kami lalu membuat grup & page SeBUAI di Facebook untuk menjaring massa. Satu per satu temen-temen ku gabung di grup & di page juga logo SeBUAI. Tanggal 6 Februari, beberapa dari kami kopi darat untuk membahas gebrakan awal SeBUAI. Ada Kak Joko, Nake yang dateng bareng Lidya, Cahaya, Mas Wahid, Anggri. Kami rapat di ruang kerja Pak Harun. Kesimpulannya, minggu depan kami akan 1st Action. Masing-masing dari kami akan membawa minimal 10 buku.

Tanggal 12 Februari 2010 sore,kami kumpul. Pasukan bertambah dengan adanya Putri, Lutfi, Fai & Mas Adi. Sabtu pagi, 13 Februari 2010 kami berkumpul di Unisma, setelah pengumpulan & pendataan buku, kami bergerak ke pemukiman pinggir kali,Hembo,Proyek Bekasi. Yang subuh harinya baru saja terendam banjir. Total terkumpul 113 buku & sebanyak 80 buku kami distribusikan kesana.

19 Februari 2010, Saya, Arief & Andri juga pak harun diundang wawancara on air di Radio Dakta 107 FM untuk promo kegiatan SeBUAI di acara Car Free Day Bekasi. Minggu, 21 Februari 2010, kami buka stand & menerima sumbangan buku dari orang-orang. Kami juga sudah punya spanduk disana yang di desain oleh Andri. Video SeBUAI juga dibuat saat acara Car Free Day ini. Di hari yang sama, sorenya kami diundang Blogger Bekasi untuk ikiut rapat dalam rangka acara Amprokan Blogger.

Dari sana, bergulirlah kegiatan-kegiatan SeBUAI. Diliput oleh Radar Bekasi,digandeng BNI Syariah,Alfamart. Ini beberapa cerita SeBUAI yang saya ambil dari ‘kicauan’ saya di Twitter.

Besok, #1stannivsebuai ….aihhh ga ada habisnya klo cerita soal #sejutabukuuntukanakindonesia yg awal kebentuknya ngga sengaja bgt

Krn dirumah bnyk buku pljrn ku&adek2 yg dh ga kepake,jg buku2 bacaan.jd aku pingin nyumbangin buat anak2 ga mampu & anak2 jalanan #sebuai

Mulailah nglmpar ide ke milis2&grup2 di fb yg aku ikutin bwt ngumpulin buku2 layak pakai bwt disumbangin lg #sebuai

Responnya positif bgt…dri slh 1 grup di fb,aku kontak sama pak @mharunal yg lbh dulu jlanin kgiatan sosial di bekasi #sebuai

Lahirlah grup & page #sejutabukuuntukanakindonesia di FB.kmudian kami kopdar utk rembukan apa lngkh prtama spy org2 tau ttg kita #sebuai

Stlh logo jadi,disusunlah tim #sebuai & mrancang 1st action kami.waktu itu baru 10 org yg ‘turun’&nyumbangin buku2nya.

Lalu kami wwncara onair di @Dakta107FM shari sblm car freeday bekasi spy org2 tau klo kami bkl buka stand&nerima sumbangan buku2 #sebuai

Lalu kami dpt khormatan digandeng @bloggerbekasi diacara amprokan blogger.psrta yg hadir disuruh bawa buku utk #sebuai

Dstribusi ke pmukiman pinggir kali proyek,gdung juang tmbun&lmpu merah unisma.bhkn smpt survey brg ibu bupati bekasi #sebuai

Kami jg digandeng BNI Syariah bwt acara milad ke10 di sklh pmulung bantar gebang. #sebuai dpt sumbangan 3000 buku dari BNI Syariah

Alfamart jg m’bntu kami dgn sumbangan buku2 & bbrp unit komputer ke rumah2 baca yg jdi partner #sebuai

Jalan ga slalu mulus.tmn2 dtg&pergi dgn b’bagai alasan.dri yg halus smpe yg “klo gw bantu lo,gw dpt apa?”.ngerasain ngurusin #sebuai sndirian

Salut bwt tmn2 yg ikhlas&rela tiap weekend kelayapan ke kampung2,jln2 njemput buku,panas2an&skali lagi,ini kgiatan sosial tnp profit #sebuai

Ingeett bgt ktika harus naik motor panas2an…ktika wktu main hilang…uang jajan pun beralih fungsi #sejutabukuuntukanakindonesia

Tapi ktika lihat anak2 dgn senyum&antusias baca buku,tanya ini itu,ketawa…itu ga kbayar dgn apapun!!mreka brhk pny cita2. #sebuai

#sejutabukuuntukanakindonesia ngucapin mksh bnyk utk Mas @kikasyafii yg sdh m’bntu&mmberi masukan jg m’bimbing kami…jgn capek ngajari kami

Apa yg kmi lkukn blm apa2…terus brusaha mlakukan yg t’baik utk mereka,anak2 yg kekurangan…pling tdk mmbntu lwt buku&pndidikan #sebuai

Benar-benar perjalanan 1 tahun yang menakjubkan. Ketika akhirnya kami bener-bener dari 0 membantu Pak Toni & Bu Omah untuk membuat perpustakaan di Rumah Belajar Mutiara Mandiri. Ketika kami harus rela tidak pergi main di weekend karena harus ‘jalan-jalan’ sama SeBUAI. Ketika banyak pihak berjanji membantu ini itu tapi ngga jelas & ngga ada action apa-apa. Terima Kasih.

Terima Kasih buat temen-temen yang rela berbagi waktu,tenaga,ilmu,materi & kesempatannya untuk berbuat bagi sesama. Perjalanan masih panjang. Masih banyak episode yang harus kita buat. Tetap Semangat. Tetap Kompak. Terima Kasih atas kerja sama,persahabatan,kekeluargaan & ketulusannya.

Terima kasih juga buat semua yang sudah membantu. Buat semua yang sudah support.

“Mereka Juga Berhak Melihat Dunia”

BeBlog,SeBUAI,Ibote & Anak-anak Rumah Baca Mutiara Mandiri

Kaget & Shock waktu saya dateng ke tempat acara di Kantor RW 01 Dusun Jati Bulak, Jati Mulya, Tambun Selatan minggu sore kemarin. Kenapa?? Beberapa jam yang lalu saya pulang dari tempat itu masih kosong, nah waktu saya datang lagi, loh kooo udah banyak banget anak – anak kecil & ibu – ibu yang berkumpul. Kedatangan saya langsung disambut Ibu Omah & Pak Toni. Saya langsung siap – siap di dalam kantor RW sambil terus SMS-an sama temen – temen lain yang masih OTW ke TKP.

Jam 4 lewat 15, acara dimulai dengan penampilan Marawis dari Remaja Putri. Disusul penampilan anak – anak Mutiara Mandiri yang bernyanyi & membaca pusi diiringi permainan gitar, jimbe & biola. Suasana makin meriah waktu Huda Magic, si pesulap tampil. Anak – anak berkali – kali mengeluarkan kata “wooww”….terus tepuk tangan. Senang sekali rasanya bisa membuat mereka gembira.

Jam 5 lewat, rombongan yang membawa konsumsi datang. Pak Rawi, Mba Mila, Mba Anggi, Mba Irma. Setelah sebelumnya Pak Aris & Pak Amril lebih dulu standby. Mas Yulef malah datang dari sebelum acara dimulai. Temen – temen SeBUAI, Arief & Mas Wahid memang dari siang ikut cek & ricek ke TKP, disusul kedatangan Ka Joko, Imat, dan Pita. Anak – anak Ibote juga datang (Om Ferdi, thnx spanduknya).

Acara sore itu juga kedatangan tamu istimewa. Surprise dari Mba Elly yang datang membawa sumbangan majalah Orbit dari Habibi Center, sempet ngobrol juga sama beliau tentang kegiatan SeBUAI di Rumah Baca Mutiara Mandiri. Kedatangan Teh Lani yang tadinya urung datang (makasih ya Teh buat sumbangan nasi box untuk anak – anak). Ada juga Audit & teman – temannya yang memang tertarik sama kegiatan SeBUAI, tapi baru kali ini bisa gabung.

Selepas mahghrib & santap makanan (makasih ya Pak Rawi), rombongan BeBlog & Ibote ini saya ajak menengok ke tempat Rumah Baca Mutiara Mandiri. Bagaimana kesan – kesannya? Silahkan temen – temen komen dibawah tulisan saya.

Akhirnya, acara selesai & kami pun saling pamitan dengan Pak RW, Pak RT, Bu Omah & Pak Toni. Saya merasa sangat capek sekaligus legaaaaa.

Behind The Scene

Saya masih ingat banget, waktu rapat mendadak setelah Seminar ASEAN di Hotel Horison tanggal 7 Agustus 2010 itu, Pak Aris & Pak Rawi memberikan amanah kepada saya untuk meng-arrange acara puncak ulang tahun BeBlog yang pertama. Tadinya acara itu akan diadakan tanggal 22 Agustus 2010. Mulailah saya rajin buka milis untuk mencari donator & sponsor. Komunikasi pun intens via SMS dengan Pak Aris & Pak Rawi.

Karena satu & lain hal, acara tanggal 22 Agustus 2010 itu pun diundur ke tanggal 29 Agustus 2010. Saya masih nge-blank tentang konsep acara, konsumsi, tamu yang datang, dana dsb. Tapi Alhamdulillah, satu per satu ada pencerahan. Dari mulai banyak yang mengirim bantuan via rekening saya, menelepon untuk bilang “saya nyumbang ini …..bisa?”, kabar dari Pak Toni kalau Pak RW welcome dengan acara kita. Subhanallah, indahnya.

Terus, bantuan dari ibu – ibu bayangkari BeBlog, Mba Anggi, Mba Ratu, Mba Irma, Mba Mila & Mba Mira yang bahu membahu mengatur menu untuk ta’jil (makasih ya Mba(ku) yang cararantik…hehehe). Selesai masalah konsumsi, saya ‘lari’ matengin konsep dengan Pak Toni sambil memanggil prajurit SeBUAI (walaupun akhirnya Cuma ada Arief & Mas Wahid) buat bongkar stok buku untuk bikin souvenir paket buku anak – anak juga bingkisan khusus untuk anak yatim & dhuafa disana. 4 hari menjelang acara baru kepikiran masalah spanduk, itupun karena Pak Aris mengirim email desain spanduk (walaaahhhh…). Untunglah Om Ferdi dari Ibote bersedia membantu.

Ibu-ibu bayangkari BeBlog
Ibu-ibu bayangkari BeBlog

Ahhh…akhirnya, acara pun sukses (menurut saya) terselenggara. Terima kasih untuk para donatur & sponsor ; Pak Aris, Pak Eko, Om Jay, Pak Amril, Mba Devy, Mba Mira, Mba Ratu, Mba Anggi, Mba Irma, Mba Mila, Mas Yulef, Teh Lani, Bu Elly, Pak Rawi, Yessi Winda, Seseorang yang ngga mau disebutin namanya, Dag Dig Dug, Mas Wisnu. Angkat topi juga buat temen – temen Ibote ; Om Ferdi, Ryo, Ilham dkk. Makasih buat Mas Irfan& Nake yang nyempetin buat cek & ricek sebelum acara.

Ps : ada titipan salam dari Bu Omah & Pak Toni buat BeBlog “Mba Ady, sampein makasih yang sebesar – besarnya ya karena udah mau bikin acara begini gede di tempat kita…karena ini baru pertama kali ada kayak gini…” sambil berlinang air mata.

Cerita lainnya tentang acara BukBer ini bisa dilihat

disini & disini

***

Foto ; pribadi, profil picture Mba Anggi, Mba Irma, Mba Ratu, Mba Mila & Mba Mira

***

Lindungi Anak-anak Kita dari Tontonan TV Tidak Berkualitas!

Berapa jamkah dalam sehari anak-anak anda menonton televisi?

Anda tahu hari Minggu tanggal 25 Juli 2010 yang baru lalu merupakan ““Hari Tanpa TV” atau “No TV Day”?
Mungkin anda tidak tahu, tapi mungkin juga tahu, terlebih anda yang sering bergaul secara online, karena gerakan yang digagas oleh Koalisi Nasional Hari Tanpa TV, yang merupakan gabungan dari berbagai LSM, institusi pendidikan serta lembaga perlindungan anak, banyak memanfaatkan jejaring sosial seperti facebook dan twitter, untuk mengkampanyekan gerakan ini.

Dasar seruan mereka adalah bahwa saat ini anak-anak adalah golongan masyarakat yang paling “rentan” dan “teraniaya” oleh bentuk dan jenis tayangan acara-acara di televisi. Berbagai program televisi, mulai dari sinetron, infotainment, reality show (yang disinyalir sebenarnya merupakan kegiatan pengerukan dana masyarakat dari biaya sms yang dikirimkan sebagai dukungan terhadap peserta) atau ajang pencarian bakat, kuis, lawak, berita kriminal, film, iklan dan lain-lain, banyak yang dibuat tanpa memikirkan dampaknya terhadap perkembangan jiwa dan perilaku anak. Banyak yang tidak layak tonton, tidak aman dan tidak sehat bagi anak-anak kita. Bahkan mungkin bisa membuat mereka terganggu masa tumbuh kembangnya karena waktunya habis di depan televisi, juga aspek psikologis yang terganggu seperti misalnya mendewasakan anak sebelum waktunya, peniruan adegan maupun bahasa yang negatif, perilaku konsumtif, gangguan perilaku seks, dan lain-lain yang merupakan dampak negatifnya. (Ada teman saya yang anaknya sering minum kuah mie langsung dari mangkuk, karena terpengaruh sebuah iklan mie instan!)

Televisi memang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita dan anak-anak, bisa menjadi alat informasi sekaligus alat hiburan. Namun jika kita tidak bisa mengatur pola kebiasaan anak-anak kita dalam menonton televisi, dampak negatiflah yang lebih berhasil mempengaruhi anak-anak. Peran kita sebagai orang tua mutlak dituntut di sini.
Pengontrolan konsumsi menonton televisi, akan mengurangi ketergantungan anak terhadap televisi, melindungi mereka dari tayangan yang tidak sehat dan tidak aman. Juga sikap kritis kita terhadap berbagai program televisi yang tidak berkualitas dengan aktif menyampaikan kritik, saran maupun usulan kepada pihak terkait: para penyelenggara siaran televisi, para rumah produksi, para produsen komoditas komersial, biro iklan, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), pemerintah dan DPR, serta pihak terkait lainnya, sangat diperlukan. Regulasi yang jelas dan tegas dari pemerintah dan DPR, mutlak diperlukan untuk membangun program siaran televisi yang mendidik, yang menjadi sumber hiburan yang sehat dan sekaligus alat penunjang belajar yang berkualitas. Dan bukan sebaliknya.
Anda pernah mengajukan komplain atau kritik kepada penyelenggara siaran televisi? Secara langsung atau lewat surat pembaca di surat kabar, atau juga lewat KPI?

Pelaksanaan Hari Tanpa TV

Entahlah, apakah gerakan Hari Tanpa TV di hari Minggu lalu ini berhasil atau tidak, saya tidak tahu persis, karena saya pribadi tidak mengikuti perkembangannya. Saya hanya membayangkan, sulit bagi kita untuk mengikuti seruan ini seratus persen, mematikan televisi di rumah anda, dari pagi hingga tengah malam. Sulit bagi sebagian besar orangtua yang memiliki anak-anak.

Satu, mungkin anak-anak anda merengek-rengek ingin menonton film kegemarannya yang di hari Minggu memang cukup banyak, mulai dari Dora Emon dan Sin Chan di stasiun “R”, Tom & Jerry dan Upin & Ipin di “T”. Lalu ada Power Rangers dan Dragon Ball di “I”, Spongebob di “G”, dan masih banyak lagi . Dua, mungkin juga anda sendiri yang gregetan ingin mendapatkan hiburan dan informasi dunia luar, apakah itu tentang situasi dan kondisi masyarakat (misalnya tentang teror ledakan gas elpiji), tentang selebritis dalam bingkai infotainment, dan lain-lain. Ibu-ibu dan kaum perempuan pasti penasaran dengan acara Indonesian Idol di “R”, lalu ada lagi KCB2 bagian 2 di stasiun yang sama, dan sinetron-sinetron lain yang begitu menarik hati. Untuk para bapaknya, mungkin masih ingin menyaksikan berita, atau bagi anda penyuka olahraga, mungkin ingin melihat liputan sepakbola, atau penasaran dengan perkembangan balap mobil F1 yang hari itu sedang berlangsung di GP Jerman.

Dalam liputan hari Minggu di sebuah stasiun televisi mengenai kampanye gerakan ini, diperlihatkan bahwa banyak pihak yang mendukung Hari Tanpa TV ini dan berkomitmen mematikan tivinya sehari penuh di hari tersebut. Namun saat itu, kita yang menyaksikan liputan ini, tentu saja dalam kondisi menyalakan televisi! Hihihi….benar sulit bukan?

Ya sudah, mungkin kita tidak bisa mengikuti seruan gerakan tersebut. Tapi, yang terpenting bagi kita sebenarnya, bagaimana kita bisa mengontrol anak-anak agar dalam menonton televisi dengan lebih selektif, memilihkan buat mereka acara yang sehat dan mendidik bagi anak-anak, serta membatasi waktu menonton agar tidak berlebihan yang berakibat mengganggu kegiatan yang lain. Bermain dengan teman-teman mereka, belajar, shalat dan mengaji, tentunya harus diutamakan. Bisakah kita mengatur pola kebiasaan menonton televisi pada anak-anak kita?

Mari kita lindungi anak-anak kita dari tontonan televisi yang tidak berkualitas!


Kuis Cowok atau Cewek, salah satu tontonan tidak berkualitas

Salah satu acara yang masih terhitung baru adalah Kuis Cowok atau Cewek, yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi. Dalam program acara ini, beberapa orang laki-laki atau perempuan didandani habis-habisan (di-makeover) agar penampilan dan wajahnya berubah menjadi seorang perempuan, lalu peserta kuis diminta untuk menebak apakah mereka wanita palsu (cowok) atau wanita asli (cewek). Sebagai bumbu penarik, ditampilkan beberapa artis yang akan memberikan komentar terhadap para wanita palsu dan asli ini, sebelum peserta kuis menentukan terkaannya.
Peserta kuis menganalisis objek kuis tersebut berdasarkan fisiknya, mulai dari bentuk muka, mata, hidung, bibir, bentuk badan hingga ke bentuk kaki, untuk memutuskan apakah objek yang harus ditebaknya cowok atau cewek. Juga dalam satu sesi, diberilah kesempatan si objek untuk mengeluarkan suaranya, yang tentu saja kalau dia seorang laki-laki, akan meninggikan/menghaluskan suaranya.

Tebakan si peserta kuis bisa benar bisa salah, karena pengaruh dandanan itu bisa menyulap seorang laki-laki terlihat persis menjadi perempuan. Jika tebakannya benar, sebagaimana acara kuis-kuis yang lain, si peserta akan mendapatkan hadiah sejumlah uang yang jika salah, uang tersebut beralih menjadi jatahnya objek tebakan.

Lucu dan seru, tapi juga sangat tidak lucu dan sangat tidak seru!
Menghibur memang, tapi acara tersebut benar-benar tidak berkualitas, dan tidak mendidik. Dalam bahasa gaul sekarang, nggak penting banget nih acara!. Buat apa kita menebak jenis kelamin seseorang berdasarkan dandanannya. Tidak ada nilai tambahnya!

Jenis kuis seperti ini malah cenderung mendidik masyarakat untuk menerima penyimpangan seksual (transeksual, jenis kelamin yang menyebrang) pada sekelompok masyarakat. Bukankah fenomena banci, bencong, waria, wadam atau apalah namanya, cenderung makin banyak di masyarakat kita?. Meskipun dikatakan bahwa laki-laki yang didandani itu adalah laki-laki tulen, tetap kita tidak percaya bahwa mereka adalah laki-laki 100%. Laki-laki jenis apa yang mau didandani sedemikian rupa menjadi terlihat persis menjadi seorang wanita? Ditambah penampilan yang kemayu, apa tidak mencirikan bahwa ada unsur “wanita” dalam diri mereka?

Apa mungkin mereka semata-mata butuh honornya saja?
Ah, kalaupun itu benar, yang jelas pembuat kuis ini sangat tidak kreatif. Kuis yang nggak penting banget!
Masih banyak kuis yang menghibur, tapi masih memberikan kita tambahan wawasan, membuat kita berpikir atau mungkin juga menguji ketangkasan fisik kita.

Anda ikhlas kalau saudara laki-laki atau anak laki-laki anda berdandan bak seorang cewek cantik? Apalagi misalnya mereka sering nongkrong di Taman Lawang. Hiiy….gak mau lah!

Kita komplain ke KPI yuk! Biar acara seperti ini langsung distop saja penayangannya.

Salam,

Ceppi Prihadi
http://ceppi-prihadi.blogspot.com

Selamat Hari Anak Nasional

Yap! Aku memulai hari ini, 23 Juli 2010 dengan status di Facebook “Selamat Hari Anak Nasional untuk seluruh anak-anak di Indonesia…..Semoga hak-hak anak Indonesia dapat terpenuhi,terutama untuk Pendidikan, Kesejahteraan
& Kesehatan…..”.

Dibeberapa sudut kota atau bagian di Negara ini mungkin sedang merayakan Hari Anak Nasional dengan lomba – lomba di sekolah, pawai, atau apalah namanya. Bahkan pemerintah pun membuat sebuah acara peringatan Hari Anak Nasional. Tapi, jauh…jauh dari hiruk pikuk peringatan seremonial Hari Anak Nasional itu, coba ingat – ingat ketika dalam perjalanan di Bis, di lampu merah, atau di tempat – tempat umum. Masih banyak (sangat banyak malah) anak – anak yang membawa kecrekan untuk mengamen, membawa gitar kecil yang suara senarnya sudah ngga karuan & ditimpali dengan suara nyanyiannya yang ehem….ngga pas sama musiknya. Atau lihat, anak- anak batita yang digendong – gendong ibunya dari mobil ke mobil meminta sedikit belas kasihan para pengendara di lampu merah. Atau para batita yang terpaksa tidur di trotoar. Makan seadanya. Kepanasan. Debu. Dipaksa bekerja, atau terpaksa bekerja karena keadaan. Continue reading Selamat Hari Anak Nasional

Milad Ke-10 Bank BNI Syariah Menggandeng SeBUAI

Sebuah Kehormatan untuk SeBUAI ketika diajak oleh Bank BNI Syariah dalam rangka Milad Ke-10 dengan tema Berbagi. Senin siang itu,saya dihubungi oleh salah seorang staff BNI Syariah Bekasi yang langsung to the point mengajak SeBUAI untuk ikut dalam rangkaian acara Milad Ke-10 Bank BNI,yang kebetulan akan menyumbangkan buku-buku & alat tulis bagi anak-anak kurang mampu. Rupanya pihak Bank BNI Syariah melihat artikel tentang SeBUAI di Radar Bekasi edisi hari Senin,17 Mei 2010 ketika SeBUAI dropping buku ke Rumah Baca Mutiara Mandiri.

Setelah bertemu dengan Pak Nurfi,Kepala Kantor Cabang BNI Syariah Bekasi & juga Mba Isri,salah seorang staff BNI Syariah,maka disepakati bahwa BNI Syariah akan bekerja sama dengan SeBUAI mendistribusikan buku ke Sekolah Alam Tunas Mulia,Sumur Batu,Bantar Gebang yang juga akan menghadirkan perwakilan ‘partner’ SeBUAI,seperti Pak Toni & Ibu Omah dari Rumah Baca Mutiara Mandiri,Bang Min bersama anak-anak KPJ Lampu Merah Unisma,Mas Adi bersama Sekolah Pinggir Kali Hembo,Proyek,juga perwakilan temen-temen KSGJ,Gedung Juang. Tapi yang bisa hadir hanya Pa Toni & Ibu Omah serta Bang Min,tentu saja bersama anak-anak. Continue reading Milad Ke-10 Bank BNI Syariah Menggandeng SeBUAI

Semangat Belajar dalam Keadaan Apa Adanya

Senin sore,hampir maghrib. Saya menyusuri jalan kalimalang dari arah UNISMA. Berbaur bersama ratusan pengendara motor lainnya. Terjebak kemacetan. Sementara teman saya, Arief mengemudikan motor, saya duduk manis di boncengan sambil sesekali melihat jam di tangan. Melewati lampu merah tol timur, handphone saya bunyi

“saya tunggu di depan Sumi Asih ya Mba Ady”

Sampai di depan PT Sumi Asih,saya sudah di tunggu oleh Pa Toni. Dari situ,saya dibawa Pa Toni menyusuri gang sempit di samping PT Sumi Asih. Di tempat seperti inilah,kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Menjelang maghrib,anak-anak berlarian menuju musholla yang yah,kalau ngga mau dibilang kecil,kita sebut saja apa adanya. Aroma-aroma khas pemukiman padat tercium. Saya juga melewati tempat pemancingan. Dan, sungguh kontras. Anak-anak menuju musholla, sementara ngga sedikit juga laki-laki dewasa yang masih asik mancing sambil merokok ataupun sekedar kongkow-kongkow.

Setelah cukup jauh melewati rumah-rumah padat penduduk,melihat dengan nyata kehidupan yang sebelumnya mungkin saya ngga tau,saya sampai di depan rumah petak. Dengan pagar bambu yang sudah hampir rubuh. Ada pohon-pohon yang tumbuh tak terurus. Lalu saya diajak masuk. Hmmm…..rumah petak,4 pintu. Di cat warna hijau muda yang sudah hampir pudar. Atapnya sudah pada bolong. Saya melewati 2 pintu pertama,dan di persilahkan masuk di pintu ketiga. Apa yang saya lihat?

Ini seperti ruang kelas. Dengan bangku,tempelan di tembok, tempelan khas yang sering kita liat di TK-TK. Ada papan tulis kecil tergantung di dekat jendela. Di pojok ruangan ada dispenser kecil & beberapa gelas. Ada pintu lagi ke belakang. Dan yang saya tau,itu kamar mandi. Ketika saya masuk,ada anak laki-laki kecil,mungkin usia 5 tahun sedang belajar menulis di dampingi seorang ibu yang kemudian di perkenalkan Pa Toni sebagai istrinya. Ibu Omah namanya. Ketika bersalaman,terlihat wajah lelah Ibu Omah.

“istri saya ini dari tadi pagi belum berhenti ngajar mba ady…..” Pa Toni membuka obrolan.

“dari pagi?” aku, Arief, dan kedua adik kembar ku terperangah

“iya mba…saya dari jam 7 sampai nanti jam 8 malem ngajar anak-anak….”

“ibu ngajar sendiri?” aku bertanya

“iya mba….jadi belajarnya 1 jam-1 jam. 1 jam nya itu bisa 10-14 anak” kata Bu Omah sambil mengawasi si anak laki-laki tadi yang sedang menulis,sambil sesekali memberi tahu kalau dia salah.

Aku,arief & kedua adik kembar ku terdiam. Speechless.

“istri saya ini selama 4 taun,setiap harinya begitu mba…ngga berhenti. kalau saya ngajarnya nanti malem jam 8an…ngajar rebana,marawis,atau ngaji sama anak-anak remaja…..di ruangan sebelah,Mas Adit ngajar anak-anak SD dari jam 2 siang mba sampe nanti jam 8 malem…”

Aku masih terdiam.

Ahh….saya ngga sanggup lagi meneruskan penggalan obrolan saya dengan Pa Toni & istrinya. Miris banget. Sampai gemetar tangan saya waktu mengetik penggalan cerita di atas. Di tempat Pa Toni, Rumah Baca Mutiara Mandiri, mereka mengajari anak-anak usia TK,tentu saja yang ngga mampu membayar uang sekolah TK untuk membaca,menulis & berhitung. Gurunya?Ya Ibu Omah sendiri. Karena Kalau siang hari,Pa Toni bertugas mencari uang. Dengan mengamen,bantu-bantu di kelurahan,dan sekarang dapet job tambahan sebagai petugas sensus.

Anak-anak binaan Ibu Omah,bisa diadu kecerdasannya dengan anak-anak dari TK. Bahkan,mereka lebih pintar ketika tes masuk SD. Karena itu,sekolah-sekolah di sekitar sana,malah kadang berbalik menitipkan murid-murid yang belum lancar membaca & menulis untuk les di tempat Ibu Omah. Total anak yang diajar Ibu Omah ada 217. Sebagaian sudah pindah ke kelas belajar SD,yang diajar oleh Mas Adit. Tiap semesternya,murid Ibu Omah bertambah karena promosi dari mulut ke mulut. Makanya, Ibu Omah agak kewalahan sekarang.

Anak-anak yang belajar disini,umumnya memang binaan Pa Toni & Bu Omah dari kecil. Mereka semua bersekolah di sekolah umum,jadi yaa kalau disini,seperti bimbingan belajar lah. Tapi ada juga yang ngga sekolah di sekolah formal,karena ngga ada biaya. Orang tua mereka,biasanya berprofesi sebagai tukang ojek,buruh cuci,sopir angkot,atau buruh serabutan. Rumah petak 4 pintu ini juga sebagai tempat tinggal Pa Toni beserta Bu Omah & anak-anaknya. Di pintu paling ujung. Nah,di ruangan pertama,itu sebagai tempat latihan rebana,atau tempat tidur anak-anak jalanan yang dirangkul Pa Toni.

Semua peralatan untuk anak-anak disini,sebagian adalah sumbangan dari beberapa sekolah dan dari individu. Tapi,lebih sering sih Pa Toni secara swadaya. Beliau cerita bagaimana memperbaiki atap & lantai yang hanya dilapisi semen. Bagaimana anak-anak binaannya berhasil mendapat beasiswa. Bagaimana Bu Omah mengajar anak-anak nonstop dari pagi sampai malam. Ada juga yang membuat saya agak geram. Katanya,sudah turun bantuan dari Kelurahan untuk melengkapi peralatan belajar & perbaikan ruangan,tapi sampai hari ini Pa Toni ngga pernah terima sepeser pun. Duuhh,untuk urusan yang begini aja,masih bisa ya mengambil yang bukan hak nya?

Rencananya,ruangan yang biasa dipakai belajar rebana juga akan di fungsikan sebagai perpustakaan. Makanya Pa Toni meminta bantuan SeBUAI. Karena anak-anak disini ngga punya buku bacaan sama sekali. Ok,this is our project & must be done as soon as possible. Siap! Saya langsung menyerahkan beberapa buku,terutama buku-buku agama islam untuk langkah awal. Ke depannya,kami harus menyediakan rak untuk buku. Mungkin nanti kami akan mencoba ‘colek-colek’ temen-temen yang lain untuk sarana belajar seperti papan tulis,alat tulis,dan yaahh yang dibutuhkan. Oh iya,disini juga masih kurang tenaga pengajar.

Anak-anak disini semangat sekali belajarnya. Ini terbukti,walaupun sudah lepas maghrib,mereka jarang ada yang bolos. Bahkan, ada anak usia 5,5 tahun bisa keterima di SD,karena waktu tes,dia bisa melewati tes itu. Ngga terasa,saya & team harus pamit. Berkali-kali Pa Toni & Bu Omah berterima kasih karena kami sudah mau datang. Anak-anak disana juga gembira sekali sewaktu di beri tahu kalau sebentar lagi meteka akan punya perpustakaan.

Kunjungan ke tempat Pa Toni membuat nurani saya semakin pilu (agak puitis ngga apa-apa ya?). Di tempat ini,anak-anak tetap semangat belajar walaupun dengan keadaan apa adanya. Ketulusan & kegigihan Bu Omah mengajar,membuat saya salut & heiii…..beliau adalah Srikandi Pendidikan. Bener kan?Pulang dari sana,adalah pekerjaan rumah untuk SeBUAI & saya pribadi. Karena,disana lah,akan terbentuk generasi penerus bangsa yang berhak mendapat pendidikan yang layak.

Perjalanan Panjang di Hari Minggu

Begitu mulai nulis cerita ini,masih dengan badan pegel-pegel,cape banget,plus bête karena foto-foto kegiatan tiba-tiba menghilang dari memori handphone setelah di kirim ke handphone Pa harun (harusnya di copy malah ke-send -_- )

Kegiatan hari minggu,21 Maret 2010 diawali dengan saya yang biasa ontime,malah belum mandi & siap-siap waktu di jemput Arief ke rumah. Alhasil,gedebak-gedebuk sambil terus di buru-buru sama Mamah,saya pun menyelesaikan ‘ritual’ perempuan kalo mau ke rumah dengan cukup singkat,20 menit aja (biasanya bisa 1 jam). Dari rumah saya,kami bergerak ke Islamic Center Bekasi yang kali ini kebagian jadi meeting point. Ternyata disana sudah ada wahid & Joko. Disusul kami kedatangan Ibu Yani & suami beserta anaknya yang dulu pernah nyumbang buku juga waktu event Car Freeday 21 Februari. Lalu kami juga kedatangan wajah baru,yaitu Edi,Lia,Pita dan Kiki yang mencoba bergabung dengan kegiatan SeBUAI.

Jam 10 tepat,kami berangkat menuju Hembo,Proyek di Jl. Mayor Oking. Syukurlah disana ngga lagi kebanjiran lagi seperti pertama kami kesana. Mas Adi, staf pengajar disana juga baru datang ketika kami sampai disana. Kami pun duduk ngariung di musholla yang juga jadi tempat berkumpul anak-anak. Setelah sedikit memberikan kata-kata pembukaan,kami naik ke ruang atas yang berfungsi sebagai ruang belajar & juga perpustakaan. Team SeBUAI lalu ngobrol-ngobrol dengan beberapa anak yang ada disana & menyerahkan buku untuk keperluan perpustakaan disana. Total ada 86 buku yang disumbangkan hari itu.

Lalu kami turun lagi ke musholla & memulai permainan bersama anak-anak kecil disana. Mereka awalnya malu-malu waktu di suruh memperkenalkan diri. Beberapa anak langsung familiar sama Team SeBUAI Karena sudah pernah ketemu sebelumnya (cerita lengkapnya disini). Lalu saya mengawali permainan dengan membuat permainan “melanjutkan kata”. Jadi, saya memulai dengan kata Makan, lalu anak disamping saya meneruskan kata dengan di awali kata Kan (dari Ma-Kan) dan begitu seterusnya. Yang tidak bisa meneruskan kata,harus keluar dari lingkaran & nanti di hukum. Team SeBUAI pun ikut dalam perrmainan & ngga luput dari hukuman karena ngga bisa melanjutkan kata. Seru banget deh pokoknya. Dalam permainan ini anak-anak di tuntut konsentrasi & kreatifitas dalam melanjutkan kata-kata. Setelah 2 putaran lingkaran,akhirnya Wahid,Kiki,Pita,Eddi,dan Rina harus di hokum. Rina yang masih duduk di kelas 4 SD pun dengan sukarela mengajari Kakak-kakak SeBUAI yang di hokum untuk menyanyi. Kami semua pun larut dalam tawa & gembira.

Permainan dilanjutkan dengan berjalan memutar dalam lingkaran mengikuti lagu. Lalu ketika lagu berhenti,saya meneriakan “stop 2” yang artinya harus berpasangan 2 orang. Lalu lagu di putar lagi, kami pun berjalan memutar lagi. Lalu saya meneriakan “stop 3” yang artinya harus berpasangan 3 orang. Anak-anak senang sekali,walaupun ada sedikit inside nada yang berantem. Yah,biasalaha, anak-anak kan sering salah paham sama temennya. Tapi Team SeBUAI bisa mengendalikan situasi. Kami pun duduk & istirahat sambil minum & ngobrol-ngobrol. Waktu saya Tanya sama anak-anak “cape ngga??” mereka jawab “nggaaaaaaaaaaaaa” dengan kompaknya. Waduuhh….celaka ini! Padahal muka-muka Team SeBUAI udah kelelahan & keringetan banget. Umur emang ngga bisa di bohongin. Hehehehe…..Karena sudah masuk waktu sholat Dzuhur,kami pun sholat berjamaah dengan anak-anak & juga Mas Adi. Selepas sholat,kami pun pamitan karena akan melanjutkan perjalanan ke Babelan untuk survey Perpustakaan disana. Sebelum pulang,foto-foto dulu donk,,,,,

Team berangkat ke Babelan minus Anggri,Putri & Dimas yang pamit ngga ikut rombongan. Kiki,Pita,Saya, dan Lia yang memang Cuma 4 orang perempuan yang tersisa naik mobil. Sementara Arief,Joko,Wahid,Fai,dan Eddy naik motor. Ternyata saudara-saudara, Babelan itu jauuuuuuuuuuuuh sekaliii……………Walaupun jalannya Cuma lurus aja,tapi bener-bener jauh. Team SeBUAI yang emang ngga pernah tau Bekasi bagian utara ini,sempet shock. Dari pasar Babelan,lokasi yang dituju masih lurus terus 5 km sampai jembatan CBL. Dan gedung ALU yang di maksud berada persis di sebelah kanan jembatan CBL. Lantas? Team SeBUAI shock karena perjalanan yang jauh di terik matahari dan kaget dengan lokasi Gedung Alu yang berada di tengah lapangan yang gersang.

Kami langsung disambut oleh Pak Alek & Pak Sanusi. Kami juga dijelaskan tentang rencana pemekaran kabupaten bekasi utara. Kami juga baru tahu kalau ternyata,bekasi utara itu memiliki potensi yang luar biasa hebat. Kami di ajak melihat gedung yang akan digunakan untuk perpustakaan bagi masyarakat disana. Bisa dikatakan masyarakat disana memang agak tertinggal. Fasilitas umum pun sulit dijangkau karena jaraknya sangat jauh. Pak Sanusi bilang “saya & warga disini senang & bangga karena adek-adek dari SeBUAI ini mau membantu kami dalam bidang pendidikan dengan memfasilitasi buku-buku untuk perpustakaan supaya masyrakat disini mendapat pencerahan”. Yah,semoga SeBUAI bisa melakukan dengan maksimal.

Karena hari semakin sore,kami pun bergegas pamit. Dari Babelan,kami menuju UNISMA karena sudah di tunggu Bang Ane untuk koordinasi launching Perpustakaan untuk anak-anak jalanan di Gedung Juang, Tambun yang akan dilaksanakan tanggal 27 Maret 2010. Dari UNISMA,Team SeBUAI menuju basecamp yang ngga lain adalah rumah saya di Taman Narogong. Team pun sempat beristirahat & sholat Ashar sambil menurunkan buku-buku yang merupakan hasil sumbangan dari Bu Yani,Kiki,Pita,Eddi dan Lia. Total ada 2 kardus & 4 kantong plastic besar. Terima kasih semuanya.

Dari rumah saya,Team meluncur ke Kemang Pratama untuk meeting dengan Pa Harun yang hari itu berhalangan hadir dalam kegiatan SeBUAI. Team yang tersisa sore itu tinggal Saya,Arif,Joko,Wahid, dan Fai. Kami pun melaporkan hasil kegiatan SeBUAI yang memang padat sambil merancang kegiatan tanggal 27 Maret. Jam 19.00 meeting pun selesai.

Senin,22 Maret 2010 anak-anak jalanan & pengamen yang tergabung dalam Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ) Kota melakukan aksi bersih kota dari mulai Tol Timur sampai ke Pemda. Sedangkan tanggal 23 Maret malam hari,giliran Komunitas Seniman Gedung Juang (KSGJ) melakukan acara syukuran di Gedung Juang yang dilanjutkan acara bersih gedung Juang tanggal 24 Maret 2010 & acara puncaknya tanggal 27 Maret 2010 yaitu launching Perpustakaan SeBUAI di Gedung Juang.

Hmmhh…..bener-bener hari minggu yang panjang & melelahkan. Begitu banyak pengalaman yang kami dapat dan merupakan ‘suntikan’ semangat buat kami. Semoga saja apa yang kami lakukan senantiasa di mudahkan jalannya walaupun dengan segala kekurangan, terutama dalam hal yang agak sensitif (baca:keuangan) Hehehehe…..^^. Tapi itu tidak menyurutkan niat & langkah kami untuk membuat anak-anak yang tidak mampu supaya tetap bisa melihat dunia. Buat temen-temen yang ingin bergabung,kami persilahkan dengan senang hati.

Profil SeBUAI dapat dilihat disini,disini,dan disini

Mulai dari Yang KeciL

Ada yang menarik di Acara Duel Maut..ini dia.

Si Kecil nggak mau kalah dengan bapak-bapak /ibu-ibu yang lagi asyik mengikuti Workshop Blogger dan Joomla.

Langsung si kecil pun membuat tulisan di Blog nya…dan mengupdate status Facebooknya. “Sedang Duel Maut di Sami Kuring..Jangan di ganggu”

Calon “ Blogger dan Pengusaha IT “

Lain lagi dengan anak yg ini…Gemuk…namun kekar…badannya seperti Mike Tyson.

Dia senang menulis dan mengamati Brosurnya NetCOMM…sepertinya anak ini mencari spesifikasi yang cocok untuk membeli Notebooknya di NetCOMM.

Karena pada hari itu memang ada Promo Notebook Murah….ACER dengan harga 3.4 jt saja….

Asyik cari-cari spek Computer yg murah “NetCOMM Computer”

Begitulah dunia anak-anak. Isinya hanya bermain dan bersenang-senang. Kadang kita lupa dan memaksakan diri agar anak kita cepet-cepet bisa menulis, bisa berhitung ataupun bisa hal-hal lain yang sebenarnya belum waktunya untuk dimiliki oleh seorang anak.

Kebanyakan orang tua merasa bangga kalau anaknya yang masih kecil [balita] sudah pandai menulis, membaca dsb. Padahal bila semua itu dicapai dengan cara yang tidak benar, maka akibatnya bisa berpengaruh besar terhadap perkembangan anak itu sendiri.

Semua “kepandaian” itu kalau memang diinginkan, maka yang perlu diperhatikan adala cara memberikan “kepandaian” itu. Ajaklah anak bermain sambil belajar, sehingga yang terasa adalah nuansa bermain bukan belajar. Kalaulah setelah bermain kemudian anak-anak menjadi bisa membaca, menulis dan sebagainya, maka itu adalah efek sampingnya.

Jangan coba dibalik. Anak dipaksa untuk tahu akan sesuatu tanpa memperhatikan kebutuhannya untuk selalu bermain. Carilah sekolah yang mampu membuat anak kita “pintar” dengan cara yang benar. Kalau anda tinggal di Surabaya, maka ada TK Nurul Azizi 3 yang bisa membantu anda mendiskusikan hal ini.

Tulisan di atas adalah kiriman dari pak Wawan yang saya tambahin disana-sini biar cocok dengan diriku.

+++ [show_avatar [email protected]]

+++