Sudah nonton film 5 cm ?

“Sudah nonton film 5 cm ?”

Setelah beberapa minggu gagal nonton film itu akhirnya aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban “sudah!”.

Pertanyaan itu memang sempat mengusikku selama beberapa minggu ini, maklum aku memang sudah beberapa kali “check in” di studio 21 untuk antri film itu dan selalu tidak pernah kebagian tempat favoritku di kursi “best view”. Jadinya aku malah nonton film yang lain, mulai dari “STOLEN” sampai Life of PI. Minggu kemarin akhirnya sukses juga menonton film ini, istimewanya kita bisa nonton sekeluarga. Sebuah peristiwa yang langka di keluargaku bisa kumpul berlima dalam sebuah acara. Mungkin karena kita baru saja jagong manten di trah “Sukoharjo”, sehingga pulang dari acara “jagong manten” langsung mampir ke gedung bioskop.

Akibatnya istriku tertidur ketika menonton film ini saking capeknya.

Untungnya anak-anak serius nonton film ini, jadi ada sesuatu yang didapat dari film ini. Apalagi kalau bukan bertambah cintanya kita pada negeri tercinta Indonesia dengan pemandangan alamnya yang sangat indah dan memukau. Sang sutradara telah mengekploitasi seluruh keindahan Gunung Semeru dengan begitu detil, sehingga hanya decak kagum yang bisa kita buat.

“Setelah nonton film ini, apakah tertarik naik gunung?”

Pertanyaan itu sekarang ganti kutanyakan pada mereka yang sudah nonton film ini. Sebagian besar dari mereka menjadi ingin naik gunung dan sebagian lagi malah jadi takut naik gunung.

“Batu-batu dan lereng gunung yang susah dilalui bikin aku takut tuh”

“Wah ngeri ya naik gunung itu, tapi kok pingin ya?”

“Pemandangannya luar biasa indahnya, kapan ya bisa kesana?”

“Apa benar seorang pendaki gunung pemula bisa naik gunung tertinggi di Jawa?”

“Wah bukit cintanya bikin keki deh !”

“Dingin banget ya di gunung itu?”

“Memang harus tengah malam untuk naik ke puncak gunung?”

“Kalau dibandingkan Merapi, masih lebih curam Merapi tuh, tapi pingin juga nih jalan-jalan ke Semeru”

Komentar teman-temanku memang sebagian besar tertarik pada film itu. Keindahan alam memang menjadi daya tarik tersendiri film 5 cm ini. Jalan cerita yang tidak rumit, persahabatan yang begitu indah membuat film ini jadi nyaman ditonton oleh seluruh anggota keluarga. Ini film keluarga yang sangat pas ditonton di minggu yang penuh liburan ini.

 

+++

Sinopsis versi 21cineplex silahkan dibaca dibawah ini.

“ 17 Agustus di puncak tertinggi Jawa, 5 sahabat 2 cinta, sebuah mimpi mengubah segalanya”

Genta, Arial, Zafran, Riani dan Ian adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan belasan tahun lamanya. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya.

Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga bulan berselang mereka berlimapun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia.

Sebuah perjuangan atas impian, perjalanan hati yang merubah hidup mereka untuk selamanya.

+++

Simak juga sinopsis dari FB 5 cm

5 cm adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 12 Desember 2012. Film ini disutradarai Rizal Mantovani. Film ini dibintangi oleh Herjunot Ali dan Fedi Nuril.

Film ini diangkat dari novel berjudul sama 5 cm.

Sinopsis

Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji) adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan sepuluh tahun lamanya. Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Zafran yang puitis, sedikit “gila”, apa adanya, idealis, agak narsis, dan memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Riani yang merupakan gadis cerdas, cerewet, dan mempunyai ambisi untuk cita-citanya. Genta, pria yang tidak senang mementingkan dirinya sendiri sehingga memiliki jiwa pemimpin dan mampu membuat orang lain nyaman di sekitarnya. Arial, pria termacho diantara pemain lainnya, hobi berolah raga, paling taat aturan, namun paling canggung kenalan dengan wanita. Ian, dia memiliki badan yang paling subur dibandingkan teman-temannya, penggemar indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula Dinda yang merupakan adik dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang sebenarnya dicintai Zafran. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya.

Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang mencintai negeri ini.

Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5cm dari depan kening.

+++


Selamat nonton film 5 cm

+++

Gambar dari FB 5 cm

Jumping The Broom (film)

Tak sengaja aku nonton film #JumpingTheBroom di HBO saat menginap di sebuah hotel ketika aku dalam perjalanan dinas ke Sulawesi Utara.

Film yang sangat sederhana ini menceritakan sebuah perkawinan dari keluarga yang tidak “sekufu”. Seorang laki-laki dari keluarga menengah ke bawah menikah dengan seorang cewek cantik yang kaya raya.

jumping-the-broom-1

Pesta pernikahanpun dilaksanakan dengan sangat meriah dan tentu saja mewah. Di acara inilah konflik mulai dibangun sedikit demi sedikit dan makin lama makin hangat dan akhirnya sangat panas. Begitu panasnya konflik ini, sehingga membakar semua tokoh utama film ini.

 

Suasana yang begitu romantis sontak berubah menjadi neraka bagi kedua keluarga mempelai. Keluarga miskin merasa tradisi leluhur telah diinjak-injak oleh modernisasi keluarga kaya. Sementara keluarga kaya merasa sangat terhina dengan sikap ibu mempelai pria yang begitu sinis memandang kehidupan orang kaya.

Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi menit demi menit. Semakin lama semakin rumit dan membuat sepasang mempelai yang tadinya sudah berjanji sehidup semati terpaksa memikirkan kembali kalimat mereka terhadap makna kata CINTA.

Sebuah kata yang sudah muncul sejak jaman Adam Hawa dan sampai saat ini masih menjadi penyebab hancur luluhnya kekerabatan atau bersatunya perpecahan keluarga.

Film ini mencob amenunjukkan bahwa CINTA bisa beraneka wajah dan bisa beraneka penyebab. Film ini juga menggambarkan betapa rapuhnya CINTA bila sudah mulai bersinggungan dengan keluarga, terutama ibu.

Suasana menjelang pesta perkawinan yang tadinya diharapkan meriah dan khidmat awalnya sudah diganggu dengan adanya isu selingkuhnya ayah mempelai wanita. Hal ini dipicu dengan adanya wanita lain yang hadir dalam acara itu padahal tidak diundang.

Tradisi pernikahan yang biasanya ada adegan melompati sapu #JumpingTheBroom ternyata tidak ada dalam susunan perencana perkawinan. Inilah konflik awal yang memanas sampai ke menit-menit selanjutnya. Adegan terus memanas ketika ternyata mempelai wanita bukan anak kandung dari sang empunya hajat.

Pernikahan terancam batal ketika suasana sudah semakin kacau. Namun masalah terus muncul. Ayah mempelai wanita akhirnya menyampaikan uneg-unegnya di hadapan sang istri ketika akhirnya mereka berkesempatan berduaan.

“Aku mengalami bangkrut dan kekayaan kita smeua habis, tinggal rumah yang kita tinggali saat ini. Bahkan untuk membayar pesta pernikahan besok saja belum tentu aku mampu membayarnya, apalagi berlibur ke Cina “, ucap sang suami sendu.

Pagi hari ketika rahasia anak adopsi terbuka, maka larilah sang calon pengantin wanita. Meledaklah semua yang tadinya tersimpan di dalam hati masing-masing. Pesta yang tinggal menghitung menit akhirnya harus tidak jelas nasibnya.

“Apakah undangan perlu diberi tahu hal ini?”, tanya perencana perkawinan ketika waktu terus berjalan dan tempat pernikahan sepi karena semua orang mengejar calon mempelai wanita yang lari.

Layaknya film mimpi, maka tuntutan happy ending menjadi mutlak adanya, tetapi dengan kondisi yang sudah separah ini, mampukah sutradara mengakhiri film ini dengan akhir bahagia?

Penonton masih bertanya-tanya tentang ending film #JumpingTheBroom ketika adegan sudah sampai ke pamitnya ibu mempelai pria karena merasa menjadi penyebab bubarnya perkawinan anak tersayangnya.

Sang Ibu merasa semua ini terjadi karena salahnya yang terlalu usil dan suka mencampuri urusan orang lain. Sang Ibu merasa tak berharga lagi di depan sang anak dan keputusan sudah tetap, pamit dari acara yang dihadiri oleh orang yang tidak mengharapkannya.

Malu dan sedih campur aduk di hati Ibu mempelai pria. Dinaikkannya semu akopernya ke mobil dan pergilah dia meninggalkan tempat perkawinan.

Sampai disini sutradara masih merasa perlu untuk mengocok perasaan penonton dengan membuat adegan larinya lagi sang calon mempelai wanita tanpa alasan yang jelas. Orang-orangpun dibuat sibuk dan silahkan tonton akhir film #JumpingTheBroom ini dengan pop corn di tangan kanan dan tangan kiri sebuah sapu tangan atau handuk juga perlu kalau anda masuk kategori cengeng.

+++

Foto diambil dari FB film #JumpingTheBroom

Battleship : Sang Pecundang yang menyelamatkan Dunia

Ini sebuah film yang mirip dengan pertarungan antara Daud dan Goliath. Jadi inget film Die Hard 4, antara teknologi canggih melawan akal konvensional. Ceritanya terkesan mengada-ada, tetapi dari adegan ke adegan selalu memunculkan cita rasa action plus bumbu humor disana-sini.

battleship goliath versus daud 1

Awal cerita sudah dimulai dengan humor edan-edanan untuk mendapatkan sebuah makanan ayam. Suatu hal yang sangat herois bagi para pecinta dan terpanalah sang putri jelita. Kisahpun bergulir dengan cepat dan sang pangeran terus menunjukkan kebodohan dan kekeras kepalaannya. Munculah stempel konyol di kepala sang pangeran “HOPPER”.

Dimulai dari kekerasan hatinya mengambil tendangan penalti padahal dia sedang terluka sampai ke tindakan perkelahian tidak jelas di antara sang pangeran dan tentara Jepang. Semua memberi image bahwa HOPPER adalah pecundang. Cerita makin jelas ketika muncul sebuah berita bahwa seusai pelayaran, maka HOPPER akan dipecat.

Penontonpun dibuat yakin bahwa pasti akan ada penyelamatan luar biasa yang akan dilakukan oleh HOPPER untuk membalikkan berita yang muncul tentang pemecatan dirinya.

Di belahan daerah yang lain, ada konflik lain yang dimunculkan. Itulah kisah seorang mantan tentara yang dua kakinya hilang di medan perang dan semangatnyapun ikut terbawa angin. Dengan kemarahan yang luar biasa terhadap hilangnya sepasang kakinya dan tiadanya penghargaan yang sepadan baginya, menurut dia, maka lengkaplah kekecewaan sang mantan tentara ini.

Potongan cerita lainnya adalah adanya sebuah stasiun bumi yang sanggup berkomunikasi dengan planet lain yang jaraknya sangat jauh, bahkan sampai ke ruang angakasa lain yang tidak diketahui keberadaannya.

Potongan cerita inilah yang sambung menyambung membuat film ini jadi terasa penuh teka teki di awal dan mulai saling menyambung di ujung cerita.

Secara umum, inilah film yang sangat menghibur bagi mereka yang suka dengan film drama action dengan bumbu humor disana-sini. Film yang cocok untuk pasangan anak-muda atau suami istri yang ingin mengenang saat mereka berpacaran dulu.

Selamat menonton

+++

Sinopsis versi 21cineplex.com

Armada Angkatan Laut internasional menjadi basis pertahanan terakhir ketika spesies asing yang disebut The Regents mencoba menyerang Bumi

Terperangkap di tengah serangan mahkluk asing, Letnan Alex Hopper (Taylor Kitsch) harus bekerjasama dengan saudaranya, Stone (Alexander Skarsgard) dan ayah tunangannya, Laksamana Shane (Liam Neeson), untuk membantu tim mengusir para penyerbu sebelum terlambat.

+++

Gambar diambil dari FB Battleship. Baru tahu juga kalau salah satu tentara cewek yang sangat macho dan terkesan berkulit gelap, aslinya ternyata berkulit putih dengan penampilan yang sangat jauh berbeda di film dan di dunia nyata sehari-hari.

tentara Cewek Battleship

+++

Thrillernya silahkan dinikmati disini

https://www.youtube.com/v/JpoabtbEJOI?version=3&hl=id_ID

NoBar BeBlog : Negeri 5 Menara

Salah satu kegiatan komunitas Blogger Bekasi adalah kopdar dan minggu ini kita pilih menu kopdar adalah NoBar film “Negara 5 Menara”. Minggu sebelumnya aku sudah ikutan nobar film “Sampai ke Ujung Dunia“, hari ini anggota komunitas BeBlog(Blogger Bekasi) rame-rame nonton film Lima Menara. Sebelum nonton lebih dulu asyik ngobrol tentang film yang diangkat dari sebuah novel.

“Kalau kita belum baca novelnya dan nonton filmnya, maka bisa dipastikan mereka akan mengacungkan jempolnya”

“Sebaliknya, bila sudah baca novelnya dan kemudian lihat filmnya, maka biasanya akan banyak protes keluar dari mereka”

“Begitulah sunatullahnya. Saat ada seribu pembaca novel Lima Menara, maka akan tercipta seribu wajah Alif, seribu sekolah Madani dan seribu suasana kamar para santri, namun saat semuanya itu dijadikan sebuah film, maka hanya ada satu wajah Alif, satu sekolah Madani dan satu suasana kamar para santri”

“Sutradara telah memaksa semua pembaca novel untuk melihat perwujudan dari apa yang ada di semua imajinasi para pembaca novelnya”

Perbincangan seru itu akhirnya berhenti ketika waktu sudah menunjukkan jam tayang film. Setelah berebut masuk toilet, mulailah sajian film Lima Menara muncul.

http://negeri5menara.com/

Penonton langsung disuguhi keindahan pemandangan di Sumatera Barat. Kualitas camera, sudut ambil camera dan obyek yang indah membuat pemnonton seperti tersihir masuk dalam alam Minangkabau. Bahasa awal film yang menggunakan dialek Minang membuat suasana terbangkit segera.

Adegan penjualan kerbau sangat menarik, baik dari proses pengambnuilan gambarnya, pesan yang disampaikan dan akting Alif yang begitu pas.

Perjalanan Alif terus bergulir sampai ke tanah Jawa dan film terus mengalir pelan, memberikan detil-detil pesantren, semua nafas kehidupan yang ada dalam pesantren. Yang belum pernah melihat pesantren jadi bisa sedikit membayangkan seperti apa yang disebut pesantren itu.

“Guru di pesantren ini tidak dibayar? Lalu darimana mereka menghidupi dirinya sendiri?”

Pertanyaan Alif itu tetap menjadi pertanyaan sampai di ujung cerita dan sutradara memang membuat pertanyaan itu menggantung dengan melakukan editing yang sangat bagus antara pulangnya ustadz favorit Salman dan jawaban pertanyaan itu.

Adegan sederhana yang cukup menyentuh adalah saat Sang Kiai pimpinan pondok pesantren tidak mau disebut hutang barang, demi memenuhi tuntutan para santrinya. Sebuah contoh risiko demokrasi yang harus dipikul penuh tanggung jawab. Sayang para wakil rakyat kita mungkin kurang tertarik dengan adegan ini (semoga prasangkaku yang salah, astaghfirullah).

Alif memang menjadi tokoh sentral film ini dan aktingnya sungguh patut diacungi jempol, meskipun Alif masih perlu peran lain untuk menunjukkan kemampuan aktingnya. Proses dari sebuah kebencian terhadap sebuah pesantren sampai akhirnya kecintaan akan sebuah pesantren diperankan dengan sangat pas oleh Alif.

Sisipan adegan gadis berjilbab main badminton sebenarnya bagus, demikian juga adegan kekalahan Lim Swie King sangat pas. Adegan lain yang cukup menarik adalah adegan Alif foto bertiga dengan dua gadis cantik. Adegan yang sangat natural dan manusiawi serta membuat penonton terkekeh-kekeh.

Meski begitu, kalau saja sutradara mau mengorbankan adegan bagus itu untuk mengisi pra ending mungkin film ini akan menjadi lebih bagus lagi. Ada gap yang sangat terasa menjelang ending cerita. Penonton belum siap untuk menyaksikan Alif ketika menjadi seorang wartawan sukses.

Ending cerita Lima Menara ini malah kalah menarik dibanding ending film “Sampai ke Ujung Dunia” yang secara keseluruhan masih kalah kelas. Sama-sama ending yang bisa ditebak, tetapi Lima Menara terasa sangat Hollywood banget endingnya. Harus berakhir bahagia !:-)

Meski demikian, film ini masih sangat layak tonton sebagai film keluarga. Kecintaan seorang Ibu dan Ayah pada keluarganya patut untuk ditonton bersama oleh sebuah keluarga yang menginginkan pencerahan dalam keluarganya. Pencerahan tentang pesantren juga diucapkan oleh sang Kiai dengan jelas dan gamblang.

Akhirnya, selamat menonton.

Foto sebagian peserta NoBar, diambil oleh spesialis fotografer kawakan dari Kompasiana pak Dian Kelana

+++

Gambar diambil dari sini dan dari sini.

The Flying Swords of Dragon Gate (Jet Li) : Two Thumbs Up

Acara Kopdar BeBlog dadakan dan dalam skala mini akhirnya terlaksana juga. Ketika aku sedang akan mengetik di keyboard, tiba-tiba mas Yulef nelpon dan mengajak kopdar di Giant Bekasi. Langsung gak jadi negtik dan meluncur ke Giant Bekasi. Sampai di Bekasi langsung parkir mobil dan menuju masjid, pas saat aku lewat masjid ada suara Ilham yang sedang mencariku dan kamipun tertawa bersama.

“Ayuk sholat dan langsung beli tiket”, kataku

“Apa filmnya ?”

“Yang penting nontonnya bukan filmnya”

“Hahahaha….”

Akhirnya kita sepakat nonton Film The Flying Swords of Dragon Gate, sebuah film kungfu yang sudah lama kuidamkan untuk ditonton. Film The Flying Swords of Dragon Gate ini sejatinya didisain untuk tampilan 3D, sehingga ketika menyaksikan dalam dimensi 2D, masih saja terasa efek 3D-nya. Rasanya layar seperti naik turun sesuai keinginan sang sutradara. Luar biasa !

Mengapa film sederhana ini layak tonton?

Faktor pertama dan kedua boleh dibilang sama besarnya, yaitu faktor Jet Li dan Tsui Hark. Dua nama ini sangat bisa dipegang sebagai jaminan untuk melihat tontonan yang berkelas, apalagi kalau memang anda termasuk Jet Li mania, maka film ini benar-benar film yang laik tonton.

Meskipun Jet Li terlihat semakin gemuk dan semakin tua (tidak seperti foto di atas), tetapi koreografer pertarungan antara Jet Li dan para lawan-lawannya tetap sangat menarik, apalagi kalau disaksikan di layar 3D. Tali temali yang melingkar-lingkar selama pertarungan pasti membuat tampilan yang sangat cantik dalam efek 3D.

Jalan ceritanya sendiri, kalau dilihat di sinopsis yang dimuat pada situs 21cineplex sangat sederhana.

The Flying Swords of Dragon Gate menggambarkan tiga tahun setelah Dragon Inn yang terkenal dibakar saat para pemilik penginapan Jade menghilang. Sekelompok perampok baru telah mengambil alih menjadi pemilik penginapan pada siang hari dan menjadi pemburu harta karun pada malam hari. Penginapan tersebut merupakan lokasi rumor kota hilang yang terkubur di bawah gurun, dan harta yang terpendam hanya akan terungkap oleh badai raksasa setiap 60 tahun. Geng ini menggunakan penginapan sebagai pusat menemukan harta yang hilang.

Namun dalam penyajiannya tetap ada unsur-unsur yang mengejutkan serta trik yang cerdas untuk mengacaukan taktik lawan. Adu taktik dan kesalahan taktik menjadi menu sendiri dalam film ini.

Persahabatan dan cinta meski diberi porsi yang sedikit tapi tetap berbobot, khas kisah kasih dalam dunia kung fu. Cinta tidak harus saling memiliki, tapi bila harus memiliki, maka harus dikejar sampai kemanapun. Satu hal lagi yang bisa diambil dari film ini adalah “Cinta tidak bisa dibohongi!” Ketegaran tidak bisa terus tegak, dia akan tunduk dengan hukum cinta.

Gambar-gambar panorama yang ciamik juga menghiasi sepanjang film ini, selain hamparan gurun pasir yang gersang dan juga masih terlihat cantik.

Sayangnya jebakan tali yang sangat tajam kurang ditonjolkan sebagai salah satu variasi dalam film ini. Mungkin memang jebakan model ini agak terlalu mengada-ada di jaman dulu, sehingga tidak diekspose lebih jauh.

Yang paling seru memang pertarungan antara Jet Li dan para lawannya. Terlihat scene demi scene tertata rapi dan koreografinya sangat pantas diacungi jempol. Film Kung Fu tanpa pertarungan memang jadi terasa hambar dan ini rasanya masih menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi para sineas film kung fu mandarin. Andai saja ada film Kung Fu dengan jurus seadanya tapi lebih menitik beratkan pada sisi cerita mungkin akan menjadi tayangan tersendiri.

Red Cliff sudah kuat di cerita, tetapi tetap saja ada adegan pertarungan yang perlu koreografi khusus.

Jadi sebagai salah satu penggemar kung fu ala Jet Li, agak kurang obyektif kalau aku sarankan untuk menonton film ini, tapi sebaiknya memang tonton film ini dan berikan apresiasi untuk Tsui Hark dan Jet Li.

Selamat menonton.

+++

Gambar diambil dari FB The Flying Swords of Dragon Gate (Jet Li)

Resensi Film “The Last Love”

Ini sebuah film yang sinetron banget penampilannya. Cukup menguras air mata bagi yang menyukai sinetron, bagi yang tidak suka sinetron, jangan coba-coba untuk nonton film ini. Banyak kejadian kebetulan (ala sinetron) yang mewarnai film ini.

Bagaimana seorang Martin bisa ketemu dengan Angel, berpisah dan kemudian ketemu lagi, adalah salah satu gaya khas sinetron kita. Serba kebetulan dan PAS !:-) Dalam dunia mimpi semuanya itu mungkin dan dalam dunia sinetron kita isinya memang mimpi melulu.

Kalau anda ingin cuci mata anda dengan membayar seharga tiket masuk, maka jangan gunakan otak kiri dan nikmati saja semua isi cerita film My Last Love ini. Saya jamin nada akan keluar dari bioskop dengan mata sembab dan sehat. Air mata anda akan keluar tanpa anda sadari dan itulah pembersih mata dari Tuhan yang paling manjur. Namun sekali anda gunakan otak kiri anda, maka air mata akan sulit keluar dan akan banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban.

Jawaban itu barangkali ada di Novel aslinya, barangkali juga tidak bisa dijawab sama sekali. Jadi gunakan otak kanan saja saat nonton film ini. Nikmati dengan penuh suka dan kepercayaan tinggi.

Saat Martin mengantar Angel dari hutan ke Villa Angel, maka nasib sepedanya tidak jelas dan kalau harus diceritakan pasti akan membuat cerita jadi kepanjangan, jadi anggap saja sepeda itu sudah ada yang ngurusin.

Film berdurasi 88 menit ini cukup memikat di awal dan seperti biasa agak kedodoran di ending, meski begitu pesan yang ingin disampaikan semoga sampai pada para pemirsanya.

Jangan free sex, jangan narkoba dan sejahat apapun seorang manusia, tetap mereka pasti punya hati nurani yang baik. Berbaik sangkalah pada semua orang, itu lebih nyaman daripada menyimpan dendam atas perbuatan tidak baik yang kita terima. Tobat itu tidak sulit dan tinggal dijalani saja. Perkara diterima atau tidak itu sudah menjadi urusan lain.

Dari situs bioskop 21, inilah sinopsis film ini.

Angel (Donita) percaya bahwa cinta sejatinya adalah Hendra (Ajun Perwira). Laki-laki pilihan terbaiknya. Angel malah berkhayal suatu saat kelak hubungan kasih yang telah cukup lama mereka jalin berhiaskan kesetiaan, akan berujung di kursi pelaminan

Suatu ketika, musibah tragis tak terduga menimpa Angel. Mobil mewah yang dikendarai oleh Martin (Evan Sanders), menabraknya. Martin bukannya menolong tetapi malah kabur begitu saja. Membiarkan Angel yang pingsan dengan cedera parah. Angel selamat, tapi kenyataan pahit harus diterimanya. Kedua kakinya cacat, dan Angel semakin terpukul oleh sikap Hendra yang menghilang begitu saja tanpa kabar setelah mengetahui keadaan Angel

Nadya (Putri Una Astari), sahabat Angel, serta sodara sepupu Angel, Anton (Jordi Onsu), mengajak Angel refreshing di villa Nadya. Tanpa disangka Angel bertemu dengan Martin disana. Angel tak mengenali Martin, tapi Martin mengenali wajah Angel. Martin yang sesungguhnya juga sedang mencari ketenangan diri di tempat tersebut akibat penyesalannya atas peristiwa tabrak lari terhadap Angel, merasa sangat bersalah menyadari cacat kedua kaki Angel. Namun demikian, Martin tak segera mengakui bahwa dirinyalah yang berbuat. Sejak pertemuan itu, Martin bertekad menebus kesalahannya, dengan mencari dokter terbaik yang mampu menyebuhkan kaki Angel

Seiring perguliran waktu, hubungan Martin dan Angel semakin dekat. Benih-benih cinta diantara mereka pun bersemi. Angel tak pernah sadar bahwa Martin adalah orang yang menabraknya hingga kakinya lumpuh. Angel tak lagi memedulikan Hendra. Fokus Angel tertuju pada Martin yang begitu memerhatikannya dengan penuh kasih sayang. Hingga satu ketika, Angel lagi-lagi harus memikul kenyataan pahit. Apakah kenyataan itu? Apakah cinta mereka akan terus terjalin?

my last love1

+++

Sumber gambar dari sini
Dimuat juga di blog pribadi

Resensi FILM : Don’t be afraid of the dark

Ini adalah sebuah film yang tanpa sengaja aku tonton. Sebuah film horor yang bernuansa ngepop. Keinginanku untuk menonton film dan keterbatsan waktu yang kupunyai membuat aku memutuskan untuk nonton film yang paling cepat mainnya. Alhamdulillah, ternyata pilihanku cukup tepat. Ini adalah sebuah film horor yang ngepop, tidak terlalu horor tapi cukup menegangkan. Maklum, aku termasuk orang yang tidak suka film horor. Gimana mau suka, sudah nonton pakai membayar, eh di sepanjang film malah ditakut-takutin.

 

dont be afraid of the dark 1

Kisah dimulai pada beberapa puluh atau ratus tahun yang lalu dan kemudian dipadukan dengan kejadian saat ini. Ini kisah seorang pelukis natural yang di akhir hayatnya berubah menjadi penulis dengan aliran yang sangat berbeda.

Rumah pelukis itu akhirnya jatuh ke tangan seorang arsitek yang sudah menanamkan semua uangnya ke rumah itu. Saat keinginan untuk menjual rumah harus segera tuntas, saat itulah teror makin memuncak terhadap anak sang arsitek.

Rumah berhantu itu memang tidak layak huni, sayangnya hanya satu orang gadis kecil yang tahu bahwa ada makhluk seram di rumah itu. Seekor makhluk kecil seram, jahat dan kejam. Makhluk dari neraka yang kejam itu memang mempunyai kelemahan yaitu takut sinar, tapi siapa yang tahu? Hanya si gadis kecil yang tahu dan semua orang tidak ada yang mempercayai apa kata si gadis kecil.

Kerinduan akan ibu di rumah, kecanduan obat dan segala macam hal buruk lainnya membuat si gadis kecil jadi tidak dipercayai telah bicara dengan benar. Celakanya, si gadis kecil ini terlalui berani, sehngga dia ingin mengungkap rahasia makhluk kecil itu sendirian. Celakanya lagi, si makhluk kecil semakin pandai menghindari cahaya.

Ini memang sebuah film yang patut diduga endingnya, tapi sang sutradara mengemasnya cukup rapi, sehingga kita dibuat penasaran oleh kekeras kepalaan sang Ayah yang tidak mau mendengar apa kata anak gadisnya. Ketika semakin banyak yang percaya, maka kondisi sudah begitu runyamnya.

Sang penjaga rumah yang tadinya berniat tidak mau menceritakan keangkeran rumah itu, aklhirnya membuka mulutnya. Meskipun yang diberikan bukan kisah tentang rumah itu tetapi sebuah teka teki di musium, namun apa yang diucapkan cukup membantu menelusuri keberadaan makhluk kecil dan jahat itu.

Kisah menjadi semakin seru ketika kondisi di rumah sudah makin tidak terkontrol sementara itu sang Ayah akhirnya juga harus percaya pada keberadaan makhluk itu. Sayangnya semua sudah terlambat. Lalu bagaimana kisah si gadis kecil yang sendirian menghadapi rombongan makhluk kejam itu?

Tidak seru kalau dijawab disini. Silahkan tonton sendiri film horor yang ngepop ini. Ada memang beberapa adegan yang sadis, tetapi adegan itu tidak mewarnai seluruh film. Jadi cukup aman ditonton oleh para pemula di bidang film horor.

Selamat menonton.

+++

Sumber gambar : FB Don’t be afraid of the dark

Sudah nonton Sang Pencerah? Harus itu…

Untung aku tidak jadi karaoke dan kemudian memilih nonton film Sang Pencerah. Coba aku jadi karaoke pasti kondisi badanku akan makin “gering” dan batuk-batukku akan mewarnai isi ruangan karaoke. Ini sebuah film yang bakal laris manis di penghujung tahun ini.

Sang Pencerah : KHA Dahlan

Ini sebuah film tentang kehidupan KHA Dahlan yang penuh dengan kalimat bijak dan disampaikan dengan cara sederhana. Salah satu contohnya ketika istri KHA Dahlan bercerita tentang bagaimana dia memilih Darwis (nama kecil Ahmad Dahlan) sebagai suaminya.

“Aku tidak perlu sholat istikharah untuk memilih Darwis sebagai suamiku, aku cukup bermunajat pada Allah dan aku sangat yakin akan kepribadian Darwis untuk menjadi suamiku”

Kegelisahan sosial Ahmad Dahlan tercermin dalam beberapa adegan, misalnya ketika melihat ibu sahabatnya harus berutang hanya untuk mengadakan tahlil 40 hari sepeninggal ayah sahabatnya itu.

Film ini sangat pantas untuk ditonton bagi mereka yang ingin mengenal Islam versi KHA Dahlan (bukan Islam versi klenik) dan mengenal Muhammadiyah secara utuh. Kita jadi tahu bagaimana sekelompok orang Islam bisa bertindak brutal seolah tanpa kendali dan bagaimana sekelompok lainnya bisa bertindak penuh budi pekerti, semuanya itu ada di film ini.

Klenik dalam Islam jaman dulu
Klenik dalam Islam jaman dulu

Muhammdiyah bukanlah organisasi Islam, tapi adalah organisasi pendidikan. Bukan tempat untuk mencari hidup tetapi tempat untuk berkumpulnya beberapa orang dalam menyeru kepada kebenaran melalui tindakan nyata yaitu melalui dunia penidikan dan kegiatan sosial.

Tangan Kanan AMar Makruf, Tangan Kiri Nahi Munkar

Bagi para pendekar Tapak Suci tentu sangat memahami hal ini karena setiap mereka memberi salam maka posisi kedua tangannya adalah perlambang dari amar makruf nahi munkar.

Berdirinya beberapa panti asuhan Muhammadiyah adalah berkat pelajaran tentang Surat Al Ma’un oleh KHA Dahlan. Surat dalam AL Quran tidak hanya untuk dibaca tapi untuk dipraktekkan dan praktek nyata untuk surat Al Ma’un adalah dengan menyantuni anak yatim.

Film ini benar-benar menggambarkan perjuangan KHA Dahlan sejak dia masih menjadi Darwis sampai dia berubah nama menjadi Haji Dahlan. Darwis muda sudah gerah dengan ritual Islam yang sering melenceng dari Quran dan Hadits, sehingga ketika ilmunya makin mencukupi maka mulailah dia bergerak untuk menunjukkan islam yang sesuai ijtihadnya.

Banyak sekali kalimat-kalimat khas Muhammadiyah yang muncul dalam dialog-dialog yang begitu fasih dibawakan oleh para aktor yang semuanya bermain dengan apik. Semua tokoh telah memainkan peran masing-masing dengan benar, sehingga film terasa mengalir begitu cepat dan tahu-tahu sudah hampir dua jam kita terpaku menyaksikan film ini.

Pemunculan suasana kota Jogyakarta di jaman dulu juga lumayan digarap dengan apik, misalnya beberapa adegan di sekitar tugu Jogya maupun di stasiun Lempuyangan. Meskipun terlihat ada rekayasa disitu, tetapi tetap terlihat sangat natural sehingga membuat para penonton merasa terbawa ke Jogyakarta beberapa puluh tahun lampau.

Bagi penonton dari Jogyakarta tentu ada yang merasa aneh ketika perjalanan dari rumah KHA Dahlan menuju ke Lempuyangan harus melalui Tugu, tapi secara keseluruhan adegan ini tidak mempengaruhi jalan cerita. Keinginan untuk selalu menampilkan tugu tahun dulu begitu kuat sehingga sutradara selalu mencoba menampilkan tugu dalam beberapa adegannya.

Untukmu Agamamu dan Untukku Agamaku

Adegan terakhir terasa sangat halus disampaikan oleh sang sutradara. Itulah saat Dahlan mulai menyadari bahwa bersikap keras saja tidak cukup, perlu adanya win-win solution tetapi dengan tetap menjaga keyakinan yang dipegang teguh. Menghargai pendapat orang lain adalah sesuatu yang harus tetap dipertahankan disamping memegang teguh keyakinan yang ada di dalam hati kita masing-masing.

Sesama muslim adalah bersaudara dan tidak layak untuk saling bermusuhan.

Lukman Sardi bermain sangat apik dalam film ini. Dia bisa menggambarkan betapa rapuhnya Dahlan ketika begitu banyak hujatan menimpa dirinya tetapi dia juga bisa menunjukkan betapa tegarnya hatinya terhadap keyakinan yang dipegangnya.

Nyi Ahmad Dahlan juga terlihat begitu lugu dan patuh dengan suami.

“Saya tidak tahu lagi siapa yang benar. Apakah suamiku atau orang lain, tapi aku wajib menurut pada suamiku dan itulah yang kuyakini kebenarannya”

“Subhanallah”

Kalimat indah ini meluncur dengan lembut dari mulut Nyi Ahmad Dahlan. Sungguh luar biasa indah kalimat ini. Kalimat yang sangat sederhana tapi sangat sulit dicari orang yang bisa melakukan hal seperti Nyi Dahlan di jaman ini.

Itu juga yang mungkin membuat kumpulan Ibu-Ibu Aisyiah terlihat sangat bangga kala mendampingi para anggota Muhammadiyah melakukan kegiatan apa saja. Mereka merasa apa yang mereka lakukan adalah demi beribadah padaNya.

Jika penasaran dengan film ini dan ingin melihat potongan filmnya silakan lihat di bawah ini.

Melalui film ini kita bisa melihat betapa sulitnya Dahlan ketika mencoba merubah arah kiblat Masjid Agung Kauman, bahkan Dahlan harus rela suraunya dirobohkan oleh mereka yang tidak setuju dengan pendapatnya.

Dahlan memang seorang yang sanghat kontroversial di jamannya. Dia adalah Kiai Kafir yang jika didekati bisa menjadi ketularan gila. bagaimana tidak, ketika dia ditanya tentang agama, maka Dahlan menajwabnya dengan bermain musik.

“Agama adalah sesuatu yang menyenangkan menentramkan bagi yang memeluknya. Akan tetapi bila kita tidak menguasai ilmu agama, maka agama bisa menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi kita dan bagi orang lain di sekitar kita”

Sebuah kalimat yang kembali membuat kita terangguk-angguk. Bahkan Ketua Muhammadiyah saat ini (Din S) telah menonton film ini sampai 6 kali.

“Oleh karena itu siapa nanti pejabat, tokoh lain yang ingin nonton dan memerlukan keikutsertaan ketua umum Muhammadiyah, saya menyediakan waktu. Apalagi nontonnya gratis. Dan walaupun sudah enam kali nonton, saya tidak merasa bosan. Makin lama nonton, makin asyik. Kalau tidak percaya, tontonlah beberapa kali lagi,” kata Din seperti dimuat dalam tribun news.

+++

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”

+++

Gambar diambil dari sini dan dari sini

dibalik layar
dibalik layar

+++

dimuat juga di blog pribadi

Expendables : SERU dan (terlalu) SADIS

Siapa tak kenal Statham? Biarpun sendirian, dia mampu mengalahkan satu bataliyon jagoan pilihan. Gerakannya cepat dan akurat, langsung mematikan. Pukulan maupun tendangannya bikin penggemarnya selalu terkesima. Diapun lulus sebagai seleb papan atas dalam hal adu jotos.

Demikian Statham demikian juga Rambo Stallone. Siapa sih yang meragukan kemampuan Rambo? Hanya bersenjatakan pisau saja sudah bisa menghabisi begitu banyak musuh.

Lalu masih ada lagi Jet Li. Pria Asia kecil yang begitu mematikan dalam semua film-film yang dibintanginya. Kemudian kalau masih belum puas, masih ada Lundgreen (pasangan main Ayu Ashari dalam no Mercy) yang begitu jangkung serta perkasa. Di belakangnya masih ada lagi banyak jagoan kelas atas. Silahkan kenali sendiri jagoan mana yang digemari.

Semua jagoan itu ngumpul dalam sebuah film yang sangat mahal biaya pembuatannya “The Expendables”. Biaya film ini membengkak terus karena semua aktor yang masuk di film ini adalah aktor laris yang mahal. Mungkin bayaran untuk Mr Church (Bruce Willis) dan Arlnold sudah cukup untuk mengentaskan kemiskinan di suatu daerah terpencil, padahal mereka main hanya beberapa menit saja. Ini mirip dengan peran Marlond Brando dalam film Superman.

Rumornya, untuk tampil 10 menit Marlon Brando mendapat bayaran 4 juta dollar (kurs saat itu 1 USD masih sekitar 2 ribu rupiah). Tentunya untuk ukuran Bruce Willis dan Arlnold bayarannya bisa lebih banyak atau minimal setara dengan bayaran Marlon Brando (silahkan search sendiri bayaran mereka untuk main di film ini).

Seperti film action lainnya, maka kekerasan yang cenderung brutal diumbar di film ini. Hanya ada sedikit perkelahian yang berseni dari Ying Yang (Jet Li), selebihnya adalah perkelahian brutal dan sadis. Tangan putus, kepala lepas atau leher patah menjadi ramuan standard film ini.

Bagi penggemar film action, pasti akan sangat puas menyaksikan film ini. Semua jagoan ngumpul dan semuanya mendapat porsi yang cukup untuk memamerkan kelebihannya.

Film ini sangat tidak disarankan untuk mereka yang tidak suka melihat darah berceceran, atau mereka yang ingin melihat film action berkelas, misalnya Red Cliff, Rambo 1, Die Hard 4. Film ini benar-benar memuaskan bagi mereka yang suka melihat adegan adu jotos sadis, senapan mesin yang berpeluru “jumbo” (sekali ledak sebuah rumah type 36 bsia hancur berantakan).

Senapan kokang versi Jumbo saja sudah mengerikan, di film ini CREWS memakai senapan mesin yang berpeluru jumbo, bisa dibayangkan sendiri kekuatan ledaknya.

Seperti biasa, film ini punya alur yang mudah ditebak. Tentara bayaran yang punya hati, lebih mementingkan setia kawan daripada uang. Memasang artis cewek sebagai pemanis dan bumbu, yang sebenarnya tidak perlu. Tanpa pemain cewek itu, mungkin cerita ini bisa dilarikan ke arah komedi ala Jet Li atau kemanusiaan ala Rambo 1 (Rambi 2 dst sudah lebih ke film aksi yang jauh dari sisi kemanusiaan).

Rocky 1 adalah contoh film action yang sangat menyentuh. Seperti Rambo 1, maka Stallone telah berhasil memerankan sosok yang humanis dan tetap sangar. Di film ini sosk itu sepertinya ingin ditampilkan lagi, tapi sosok Stallone sebagai ahli adu jotos yang lebih muncul.

Riasan Rourke yang mirip lawan Iron Man 2, rasanya kurang pas. Sebagai tukang tato, mungkin akan lebih enak kalau didandani Gipsy model apa saja, asal bukan mirip Ivan Vanko lawan Iron Man 2.

Selanjutnya terserah anda. Mau lihat film action yang sadis dan penuh adu jotos serta ledakan super, inilah filmnya. Takut akan adegan sadis? Jangan sekali-kali nonton film ini. Mungkin lebih baik nonton SALT yang tidak terlalu sadis.

+++
sumber gambar : FACEBOOK Expendables

Khan di mataku

Kawanku harus nunggu 6 (enam) jam di mall untuk menyaksikan film My Name is Khan. Sebuah film yang diunggulkan untuk menyabet banyak gelar di berbagai ajang penghargaan insan perfilman.

Inilah film Cinta yang sangat mudah ditebak endingnya tetapi ternyata sangat menguras air mata saat mengikuti perjalanan Cinta Khan (Shahrukh) pada Mandira (Kajol). Di awali dengan plot cerita yang agak terasa lambat dan monoton, cerita terus bergulir dan makin lama makin asyik untuk diikuti.

Adalah Khan, seorang penderita sindrom Asperger yang dididik dengan sangat baik oleh Ibunda tercintanya. Begitu sayang sang ibunda pada Khan kecil, sehingga Zakir, adik Khan, jadi sedikit terabaikan. Kecerdasan yang luar biasa dari Khan membuat ia lebih diperhatikan dibanding adiknya. Untungnya plot cerita tidak membahas hal ini dengan lebih detil, karena bisa jadi cerita akan lari dari fokusnya.

Cerita selanjutnya lebih menitikberatkan pada kisah cinta Khan pada seorang janda beranak satu, Mandira. Penontonpun dibuat tersenyum-senyum melihat cara Khan memikat Mandira dan juga anak kecintaan Mandira, Sameer.

Cerita berubah menjadi menegangkan ketika terjadi peristiwa tanggal 11 September 2001 atau lebh dikenal dengan peristiwa 9/11. Warga muslim India dianggap sama dengan etnis Afghanistan. Kecurigaan masyarakat Amerika terhadap kaum muslim begitu membabi-buta, sehingga kehidupan Khan dan keluarganya ikut terseret dalam suasana yang sangat tidak menguntungkan.

Puncaknya ketika Samer harus menerima perlakuan kejam dari para pembenci kaum muslim. Adegan ini meskipun digarap kurang begitu bagus, namun cukup menimbulkan kesan betapa sakitnya kaum muslim di Amerika pasca 9/11.

Mandira bahkan rela untuk berpisah dengan Khan yang muslim, karena gara-gara kemusliman Khan, maka Samer dianiaya oleh teman-teman Amerikanya. Betapa hancur hati Khan berpisah dengan Mandira, sehingga Khan perlu menanyakan kapan bisa kembali berkumpul dengan Mandira.

Disinilah film mulai makin memikat. Ucapan Mandira yang minta agar Khan pergi menemui presiden untuk menyatakan bahwa mereka -etnis India- bukan teroris, telah membuat Khan punya niat untuk melaksanakan permintaan Mandira itu.

Perjuangan yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh seorang rakyat etnis India muslim. Dari sudut pandang manapun rasanya tidak mungkin seorang etnis India muslim bisa bertemu dengan seorang presiden Amerika Serikat.

Ini memamg petualangan yang luar biasa dari seorang yang biasa-biasa saja untuk menemui presiden sebuah negara Adidaya yang sangat sulit untuk ditemui.

Tidak pelak lagi, akting Khan memang sangat memikat. Ia begitu ganteng dan begitu pas memerankan sosok penderita autis. Pasti diperlukan penghayatan yang luar biasa dari seorang Khan yang biasanya berperan sebagai orang yang normal.

Kekuatan Cinta terasa sangat mendominasi cerita ini. Inilah kisah Cinta yang digarap dengan seting yang sangat berbeda dibanding kisah cinta yang pernah ada di film lain.

Akankah film ini sehebat pendahulunya, Slumdog Millionaire? Ataukah justru lebih hebat lagi, kita tunggu saja saat ajang penghargaan pada para insan perfilman dilaksanakan.

Tidak rugi antri berjam-jam untuk nonton film ini. Semua jempol untuk “My Name is Khan”

+++

+++

Dimuat juga di Blog Pribadi